-->

iklan banner

Pengembangan Penemuan Teknologi Mendukung Agribisnis

Pengembangan Inovasi Teknologi Mendukung Agribisnis : Lahan pertanian bagi petani merupakan asset produktif yang sangat berharga. Dengan luas lahan yang ada, jumlah produksi pertanian sangat tergantung pada kesuburan lahan. Menurunnya kesuburan lahan lantaran lahan pertanian mengalami degradasi yang akan mengakibatkan penghasilan petani berkurang dan secara relatif menjadi lebih miskin. Peran lahan kering mendukung ketahanan pangan semakin meningkat, sejalan makin berkurangnya lahan pertanian produktif dan produksi padi khususnya di lahan sawah irigasi yang cenderung mengalami pelandaian . Lahan kering dicirikan dengan lahan yang mempunyai tingkat kesuburan dan produktivitas relativ rendah, peka terhadap ancaman pengikisan dan degradasi lahan terutama didaerah dataran tinggi . Seiring dengan itu pada umumnya petani didaerah lahan kering mempunyai kondisi social ekonomi yang sedikit tertinggal dibanding kawasan irigasi, yang salah satunya dicirikan dengan rendahnya daya beli saprodi. Hal ini berakibat produktifitas usahatani dan pendapatan petani lahan kering rendah.

Secara konseptual pengembangan ekonomi masyarakat sanggup ditempuh melalui pengembangan sumber – sumber pengembangan ekonomi yang telah berjalan dan penciptaan sumber – sumber pertumbuhan ekonomi baru. Program pemerintah dalam upaya peningkatan pendapatan petani dan pelestarian lingkungan mendukung pertanian berkelanjutan sanggup dilakukan melalui Industrialisasi Pedesaan dengan Pengembangan Agribisnis di Pedesaan. Sejalan dengan jadwal peningkatan pendapatan melalui penemuan (P 4 MI) Badan Litbang Pertanian Industrialisasi Pedesaan bertujuan untuk mendapat rintisan model Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan meningkatkan pendapatan petani dengan membuat sumber pertumbuhan ekonomi baru.

Wilayah kabupaten Temanggung merupakan kawasan yang didominansi dengan pegunungan yang berada di lereng gunung Sindoro potongan timur dengan ketinggian ± 3.151 m dpl dan potongan barat lereng gunung Sumbing ketinggian ± 3.260 m dpl. 

Makalah disampaikan pada Workshop ” Pengembangan Agribisnis Pedesaan P4MI 2008”, di Hotel Ria Diani, Cibogo- Bogor, Tgl 29 – 31 Januari 2008.

Wilayah ini mempunyai topografi yang bergelombang dan berbukit sehingga banyak dijumpai sungai-sungai kecil. Oleh lantaran itu pembuatan dam di sungai-sungai kecil potongan hulu sepertinya tepat. Air yang tertampung dalam dam dimanfaatkan untuk kepentingan perjuangan pertanian (tanaman, ikan dan ternak). Maksud lain dari pengelolaan air di kawasan perbukitan adalah, (1) merembeskan air ke dalam tanah melalui perkolasi, (2) meningkatkan kelembaban tanah dan (3) memperlihatkan pasokan air ke tumbuhan sesuai kebutuhan setiap phase..

Luas lahan di Kabupaten Blora kurang lebih 1820,59 km2 (1.820,59 ha) yang 49% merupakan lahan hutan. Sebagian besar di Kabupaten Blora merupakan lahan kering sehingga air merupakan problem yang harus menjadi perhatian serius. Ketersediaan air relatif berfariasi berdasarkan ruang dan waktu, sedang kebutuhan air terus meningkat mengikuti jumlah penduduk. Salah satu tindakan untuk mengatasi problem air di lahan kering yakni menyimpan air di animo hujan dan dimanfaatkan di animo kemarau dengan pendekatan pengelolaan air (Irianto dan Karama, 1996). Pada kawasan yang mempunyai curah hujan sedang menyerupai di Kabupaten Blora tindakan pengelolaan air perlu mendapat prioritas. Krisis air di kawasan ini sangat terasa terutama animo kemarau yang ditandai sejumlah sungai mengering(Suprapto dkk, 2006).

Tanaman pangan merupakan tumbuhan utama yang di usahakan di Kabupaten Blora da Temanggung dalam mencukupi kebutuhan pangan sehari – hari petani. Selain itu perjuangan pemeliharaan ternak baik sapi maupun kambing/domba merupakan perjuangan pokok disamping perjuangan pertanian pangan, namun dalam pengusahaannya masih belum intensif. Hampir setiap keluarga disini memelihara ternak baik untuk tabungan petani. Tujuan utama perjuangan tani ternak yakni untuk menambah pendapatan serta pemanfaatan kotorannya untuk pupuk. Dalam berusaha tani di lahan kering biasanya petani masih melaksanakan secara individu belum berkelompok. Kelompok tani sebagai organisasi tempat berkumpulnya petani kurang berjalan sebagaimana mestinya, selain itu dalam berkelompok petani lebih banyak bersifat social. Kartasasmita (1996) menyarankan dalam implementasinya konsep pemberdayaan petani memakai kelompok dan lebih lanjut disarankan kelembagaan kelompok mengarah pada profit, bukan manajemen atau social. 

Di Jawa Tengah hingga ketika ini dan mendatang, sektor pertanian masih mempunyai peranan penting dan strategis dalam kaitannya dengan penyediaan materi pangan (ketahanan pangan) dan upaya peningkatan pendapatan masyarakat petani. Untuk meningkatkan produktivitas hasil-hasil pertanian guna mencukupi kebutuhan pangan regional maupun memasok kebutuhan nasional, kiprah teknologi hasil penelitian dan pengkajian, sebagaimana telah dibuktikan pada kala pencapaian swasembada beras, masih sangat diperlukan. Karena itu kiprah penemuan teknologi pertanian dimasa sekarang dan mendatang masih terus diharapkan guna membantu mengatasi permasalahan dan tantangan yang semakin komplek. 

PENTINGNYA INOVASI PERTANIAN
Pembangunan pertanian masa sekarang dan masa mendatang akan dihadapkan pada banyak sekali permasalahan yang semakin kompleks. Isu ketahanan pangan, proses produksi yang efisien dalam rangka menghadapi pasar global, peningkatan kesejahteraan petani, penyediaan lapangan kerja, kemerosotan kualitas sumberdaya lahan, produk pertanian yang ramah lingkungan (organic farming), perlu dipertimbangkan dalam membangun pertanian kedepan. Untuk itu penelitian dan pengkajian teknologi pertanian harus diarahkan untuk mengatasi banyak sekali tantangan tersebut

Dalam rangka memperkecil ketidak cocokan antara teknologi yang dihasilkan dengan kebutuhan pengguna, identifikasi kebutuhan teknologi bagi petani perlu dilakukan sebelum proses perakitan teknologi dilakukan, serta memperhatikan faktor-faktor teknis, ekonomi, sosial dan budaya dari pengguna teknologi. Untuk mengakibatkan pertanian sebagai sektor andalan dan pencetus utama pembangunan ekonomi nasional, diharapkan kesiapan teknologi guna memacu peningkatan produktivitas, kualitas produk, efisiensi serta teknologi pengolahan produk primer menjadi produk olahan sekunder. Sesuai dengan pergeseran paradigma dan tuntutan masyarakat, pengembangan dan perjuangan agribisnis harus menjadi target dalam setiap aktivitas pembangunan pertanian. Oleh lantaran itu penelitian dan kajian perlu diarahkan untuk membuat dan membangun suatu penemuan agribisnis yang sesuai dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis, ekonomis, sosial budaya, dan lingkungan. 

Dewasa ini telah banyak penemuan pertanian hasil penelitian dan pengkajian Badan Litbang Pertanian yang sanggup dikembangkan guna mendukung pengambangan agribisnis. Ciri teknologi yang berorientasi agribisnis yakni mampu: (1) meningkatkan efisiensi dan cost effectiveness produksi melalui teknologi inovatif, (2) menekan biaya produksi dan meningkatkan kualitas produk, (3) menghasilkan produk primer berkualitas tinggi dengan standar harga pasar yang baik, (4) mengurangi kehilangan hasil pada ketika pra panen dan pasca panen, (5) mengolah by-product menjadi produk bernilai tambah, (6) mempertahankan produktivitas dan kualitas produksi, serta suplai produk ke pasar secara berkesinambungan, dan (7) bisa memperbaiki kualitas kemasan untuk transportasi (Budianto, 2002).

Disatu sisi Isu adanya kesenjangan hasil penelitian dengan hasil petani dalam penerapan teknologi hingga ketika ini masih sering terdengar. Penyebabnya antara lain yakni petani umumnya belum menerapkan teknologi hasil penelitian. Hal itu sebagai akhir dari penggunaan teknologi tidak sesuai kebutuhan, teknologi terlalu sukar diterapkan, tidak menghasilkan nilai tambah yang hemat yang positif serta keterbatasan petani dalam mendapat hasil penelitian dan atau hasil penelitian tidak hingga kepada petani . Masalah ini menjadi tantangan kita bersama, khususnya bagi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah yang mempunyai kiprah melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian sempurna guna spesifik lokasi. Sebab bila benar bahwa senjang hasil penelitian dengan hasil petani tersebut yakni akhir tidak sampainya teknologi kepada petani, maka salah satu penyebabnya yakni lemahnya aspek diseminasi atau penyampaian teknologi hasil penelitian dan pengkajian kepada petani. Hal itu sanggup dipahami lantaran adanya beberapa kenyataan yaitu antara lain (a) lemahnya jalan masuk petani kepada forum penelitian (sumber teknologi), (b) beragamnya kondisi agroekologi wilayah Jawa Tengah, (c) berubahnya system penyuluhan pertanian sebagai konsekuensi penerapan Otonomi daerah. 

Berawal dari problem itu, penyelenggaraan diseminasi penemuan pertanian perlu terus dikembangkan sejalan dengan tuntutan masyarakat pertanian pada kala Otonomi Daerah. Peluang tersebut terbuka dengan diluncurkan Program Pengembangan Desa Model Agribisnis dalam rangka untuk mengatasi problem keterlambatan penggunaan teknologi dalam menumbuhkan sitim perjuangan pertanian yang berwawasan perjuangan ( agribisnis) semoga sanggup memperlihatkan kesejahteraan kepada petani. Di samping itu pengolahan hasil pertanian belum dilakukan dengan baik sehingga produk yang dihasilkan di jual apa adanya (bahan mentah) sehingga belum memperlihatkan nilai tambah pada petani. Oleh lantaran itu pengolahan hasil pertanian perlu dikembangkan untuk memperlihatkan nilai tambah terhadap petani. 

Program pengembangan agribisnis pedesaan sanggup dilaksanakan melalui empat strategi, yaitu (1) menerapkan teknologi inovatif sempurna guna melalui penelitian dan pengembangan partisipatif (Participatory Research and Development) , (2).membangun model percontohan sistem dan perjuangan agribisnis progresif berbasis teknologi inovatif dengan mengintegrasikan sitem penemuan dan sistem agribisnis, (3) mendorong proses difusi dan replikasi model percontohan teknologi melalui expose dan demontrasi lapang, diseminasi informasi,advokasi dan fasilitasi. (4) basis pengembangan dilaksanakan berdasarkan wilayah agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat.

Dalam rangka mendukung Pengembangan Agribisnis di Pedesaan maka aktivitas yang perlu dilakukan adalah:
a. Melakukan studi karakterisasi dengan metode PRA dan survei pendasaran (baseline survey) pada lokasi aktivitas untuk menyusun rancang bangkit model pengembangan Laboratorium Agribisnis 
b. Membuat unit percontohan perjuangan agribisnis terpadu sesuai rancang bangkit (unit percontohan agribisnis berbasis kambing/sapi dan tumbuhan pangan/sayuran)
c. Melakukan diversifikasi perjuangan komoditas penunjang pada Laboratorium Agribisnis
d. Revitalisasi kelembagaan kelompok tani dan pembinaan/pelatihan petani sebagai pelaku agribisnis
e. Inisiasi pembentukan klinik agribisnis

DASAR PERTIMBANGAN
Petani miskin di pedesaan mempunyai seni manajemen yang berbeda – beda untuk meningkatkan pendapatannya, tergantung dari keadaan sistim pertanian yang berkembang di daerahnya (Ashley and Camey 1999) untuk itu berdasarkan Berdeque dan Escobar (2002) jadwal yang disusun untuk mengurangi kemiskinan di pedesaan harus didasarkan potensi sumber daya di masing – masing lokasi dan dilihat hubungan eksklusif ataupun tidak eksklusif yang mempengaruhi produktifitas pertanian.

Sasaran final dari jadwal utama pembangunan pertanian yakni meningkatkan kesejahteraan petsani dengan tetap mempertimbangkan ekosistem, sehingga tercapai suatu system perjuangan tani produktif yang berkelanjutan. Sistim perjuangan tani yang berkelanjutan merupakan salah satu model pendekatan pembangunan pertanian dengan memakai input luar yang rendah. Sejalan dengan konsep diversifikasi horizontal dalam upaya peningkatan pendapatan rumah tangga tani, yaitu membuatkan komoditas unggulan sebagai “core of business” serta membuatkan perjuangan tani komoditas lainnya sebagai penyangga untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam, modal, dan tenaga kerja keluarga serta memperkecil terjadinya resiko kegagalan perjuangan (Sarjana dkk, 2001). Diversifikasi perjuangan tersebut sebaiknya memperhatikan lingkungan sehingga tidak terjadi degradasi lahan (Orgendo, 1998).

Industrialisasi Pedesaan dilaksanakan dengan seni manajemen antara lain menerapkan tehnologi inovatif sempurna guna melalui penelitian dan pengembangan parstisipatif. Membangun model percontohan system dan perjuangan Agribisnis progresif berbasis tehnologi inovatif dengan mengintegrasikan sistim penemuan dan sistim Agribisnis. Mendorong proses divusi dan replikasi model percontohan tehnologi inovatif melalui ekspose, demonstrasi lapang, desiminasi informasi, advokasi serta fasilitasi. Basis pengembangan dilaksanakan berdasarkan wilayah agroekosistem dan kondisi social ekonomi setempat (Badan Litbang Pertanian, (2004)

Sejalan dengan perubahan kebijakan dan arah pembangunan pertanian ke depan, operasional pembangunan pertanian ke depan diarahkan pada upaya penajaman fokus aktivitas dan wilayah pengembangan, serta keterpaduan/intregrasi aktivitas dan pembiayaan. Operasional pembangunan pertanian ditempuh melalui pendekatan keterpaduan dengan melibatkan kiprah serta seluruh stakeholder

Guna memperbaiki kinerja penyampaian dan pemasyarakatan penemuan pertanian kepada pengguna, maka dipandang perlu untuk merancang suatu jadwal yang bertujuan mempercepat alih penemuan teknologi pertanian yang mempunyai kesesuaian teknis, ekonomis, sosial dan budaya kepada pengguna. Program Pengembangan agribisnis di pedesaan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh semua pemangku kepentingan (stake holder) pembangunan pertanian dalam bentuk laboratorium agribisnis merupakan salah satu solusinya.

Agroekosistem lahan kering merupakan salah satu agroekosistem potensial bagi pengembangan pertanian tetapi belum banyak disentuh sebagaimana halnya dengan agroekosistem lahan sawah. Potensi lahan kering dataran tinggi di Jawa Tengah cukup besar untuk pengembangan agribisnis, khususnya komoditas ternak, tumbuhan industri, maupun tumbuhan hortikultura sayuran dan buah-buahan. 

Pada Rencana Stretegis (RENSTRA) Dinas Pertanian baik di Kabupaten Blora maupun Temangung Tahun 2005 – 2009 ditetapkan tujuan pembangunan di bidang pertanian yakni (1) meningkatnya produksi dan produktivitas pertanian tumbuhan pangan, perkebunan,kehutanan, peternakan dan perikanan , (2) meningkatnya diversifikasi usahatani (3) terwujudnya pengembangan teknologi pertanian, (3) meningkatnya kiprah kelembagaan dan pemberdayaan petani (4) meningkatnya kualitas sarana dan prasarana pertanian dan (5) meningkatnya kualitas SDM Pertanian 

Beberapa potensi dan permasalahan yang dihadapi di Desa –desa yang mendapat Propgram P4MI antara lain (1) Sumberdaya pertanian belum sanggup dimanfaatakn secara optimal (2) Usahatani tumbuhan semusim menyerupai (a). Usahatani tumbuhan pangan padi dan jagung , dalam perjuangan tani padi masih memakai varietas IR 64 dan Ciherang , jagung potensi dan problem yang ada antara lain varietas yang ditanam merupakan varietas lokal dan ditanam turun temurun , pemupukan belum berimbang ,tanaman rebah lantaran angin kencang, serangan hama lalat bibit belum diatasi, pada MH gampang terjangkit penyakit wangi tongkol dan hawar daun , pengeringan hasil panen pada animo hujan sulit dilakukan . pemipilan masih tradisional (manual) sehingga membutuhkan waktu usang dan pengolahan hasil gres diolah untuk konsumsi keluarga (b) Usahatani tumbuhan hortikultura menyerupai cabe , tomat dan bawang merah , potensi dan problem antara lain (1).Varietas ditanam masih varietas lokal, kualitas benih rendah (tidak diseleksi) dan ditanam turun temurun (2) Serangan hama/penyakit keriting dan layu (dominan), penyakit potensial ’bulai/kuning’ (3). Harga tidak stabil (fluktuasi harga tinggi). 

Sedangkan untuk Pemanfaatan pekarangan dan pengembangan sumber pendapatan suplemen di Desa , petani melihat adanya potensi pekarangan yang belum dimanfaatkan secara optimal melalui perjuangan tumbuhan hias ataupun tumbuhan buah-buahan. 

Komoditas ternak kambing dan sapi merupakan komoditas utama yang dikembangkan. Komoditas ternak dipilih lantaran memenuhi pertimbangan teknis, ekonomis, sosial ekonomi serta kelestarian lingkungan. Adapun potensi dan problem yang ada antara lain Hijauan pakan ternak berlimpah namun pada animo kemarau belum mencukup dengan bertambahnya atau meningkatnya populasi ternak .Selain itu dengan meningkatnya populasi ternak terkendala oleh ketersediaan modal, nilai tambah pemanfaatan limbah belum optimal (misalnya untuk materi bakar gas), pupuk organik siap dalam waktu yang usang dan berpotensi pembawa gulma, hama, dan penyakit. Disatu sisi problem yang ada pada komoditas ternak kambing antara lain inbreeding (kawin sedarah), tidak ada seleksi induk, hanya sebagai perjuangan sampingan. 

Beberapa problem yang dihadapai pada perjuangan off farm ( pengolahan) yaitu, (a) kualitas produk masih kurang baik, (c) pengolahan kurang efisien, dan (d) pasar dikuasai pengepul. Upaya diversifikasi produk dan perjuangan pertanian baik secara vertikal dan horisontal perlu dilakukan guna mengurangi resiko kegagalan usahatani yang dihadapi petani. Beberapa produk pertanian antara jagung, pisang dan singkong serta yang lain-lain memerlukan penanganan pasca panen untuk meningkatkan nilai jual dan nilai tambah. Teknologi pasca panen termasuk processing (pengolahan hasil) mempunyai peranan penting dalam penanganan hasil produksi pertanian. Kegiatan pasca panen menjadi perlu terlebih bila melihat sifat dari sebagian besar produk pertanian yang gampang rusak (perishable) dan bersifat musiman (seasonal) dan volumeneous.

Ditinjau dari aspek kelembagaan, pengembangan usahatani di beberapa desa umumnya masih mempunyai kelemahan, antara lain: (a) kelompok tani sebagai kelas belajar, unit produksi, dan wahana kerjasama belum berfungsi secara optimal, (b) belum adanya wadah penyedia modal, input produksi, dan pemasaran hasil pertanian, (c) koperasi unit desa belum berfungsi dalam mendukung usahatani. Dalam rangka membantu petani menuntaskan permasalahan yang ada, diharapkan upaya pemberdayaan baik dalam hal kemampuan teknis produksi, manajemen usaha, maupun kemampuan dalam menghadapi pasar. Selain itu juga diharapkan upaya untuk menumbuhkan dan mengoptimalkan kelembagaan pendukung dalam pengembangan perjuangan pertanian.

KELUARAN 
a. Data dan informasi perihal : potensi (wilayah dan sumberdaya manusia), problem dan peluang pengembangan agribisnis, sosial ekonomi dan kelembagaan pedesaan sebagai materi penyusunan rancang bangun
b. Rancang bangkit laboratorium agribisnis, jenis-jenis penemuan yang akan dikembangkan dan pembuatan jadwal aktivitas penemuan selama 3 tahun ke depan.
c. Unit percontohan perjuangan agribisnis berbasis penemuan teknologi :
(1).Usaha tani kambing (perbibitan/penggemukan dan pengelolaan limbah kambing)
(2) Usahatani berbasis tumbuhan pangan
d. Terbentuknya diversifikasi perjuangan komoditas penunjang pada Laboratorium Agribisnis
e. Terbentuknya inisiasi kerjasama kelembagaan agribisnis
f. Kelembagaan dan pembinaan petani sebagai pelaku agribisnis :
(1) Peningkatan kinerja kelembagaan kelompok tani 
(2) Klinik agribisnis 
(3) Petani (pelaku agribisnis) meningkat pengetahuan dan ketrampilannya 

MANFAAT DAN PERKIRAAN DAMPAK
Manfaat dan asumsi dampak yang akan ditimbulkan dari implementasi penemuan yang akan dikembangkan antara lain:
a. Percepatan penyebaran dan adopsi penemuan teknologi dan kelembagaan perjuangan kambing dan tumbuhan pangan 
b. Peningkatan kinerja (tingkat produktivitas) usahatani kambing dan usahatani berbasis tumbuhan pangan 
c. Peningkatan pendapatan petani

METODOLOGI
Kegiatan dilakukan melalui beberapa pendekatan secara terpadu, yaitu: (1) agribisnis, (2) Agro-ekosistem, (3) wilayah, (4) kelembagaan, dan (5) pemberdayaan masyarakat. Pengembangan Agribisnis mencakup, berbasis agroekosistem tertentu, melalui pemanfaatan secara optimal sumberdaya pertanian suatu wilayah, kelembagaan pertanian dan pemberdayaan masyarakat petani (comminity development), sehingga penemuan yang diperkenalkanm bisa meningkatkan partisipasi dan memperlihatkan nilai tambah bagi petani, pelaku agribisnis. 

Lokasi Kegiatan
Berdasarkan hasil koordinasi dengan Pemda Kabupaten Blora dan Temanggung khususnya Dinas Pertanian dan PIU ke 2 kabupaten tersebut, sebagai lokasi aktivitas yakni di tunjuk Desa Model Pengembangan Agribisnis . Dengan pertimbangan desa model agribisnis diharapkan masyarakatnya sanggup mempunyai pandangan bahwa aktivitas usahatani bukan hanya memproduksi hasil pertanian saja akan tetapi ke depannya usahataninya lebih dititik beratkan pada usahatani yang mengarah pada perjuangan agribisnis dan bisa mengangkat derajat kaum petani. 

Perancangan Model Inovasi
Untuk merancang suatu model penemuan perjuangan agribisnis disuatu wilayah, perlu mempertimbangkan banyak sekali aspek pendukung. Untuk itu sebelum membuat rancangan model perlu dilakukan beberapa tahapan kegiatan, yang antara lain yakni : (1) Pengorganisasian, untuk memperlihatkan citra yang terang perihal kiprah dan kewenangan masing-masing institusi; (2) Perencanaan yang dimulai dengan Study pemahaman desa secara partisipatif (PRA) yang meliputi identifikasi kondisi agroekosistem, sosial budaya, identifikasi sistem perjuangan agribisnis, identifikasi potensi dan peluang pengembangan komoditas unggulan potensial, identifikasi usahatani, perjuangan agribisnis dan teknologi existing, identifikasi kelembagaan agribisnis existing, identifikasi bentuk-bentuk unit perjuangan on farm, off farm dan non farm yang ada serta identifikasi bentuk hubungan antar forum dan unit usaha. (3) Perancangan Model, yang meliputi, rancangan Laboratorium Agribisnis dan rancangan pembiayaan; (4) Implementasi model, meliputi introduksi model, pemantapan model dan transfer model, dan (5) Monitoring dan Evaluasi. 

Ruang Lingkup Kegiatan Tahun 2008
Secara umum, pada tahun 2008 kgiatan yang akan dilaksanakan, merupakan Pembentukan Desa Model Agribisnis yang diharapkan sanggup menjadi teladan desa yang menerapkan suatu perjuangan agribisnis dengan memanfaatkan potensi sumberdaya di daerahnya sebagai kesatuan yang utuh. Kegiatan tersebut meliputi : 

1. Pengembangan Kapasitas Sumberdaya 
Pengembangan kapasitas sumberdaya dilakukan melalui aktivitas pelatihan, studi banding, dan magang. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemandirian petani dengan mengenali potensi dan peluang yang dimiliki, membuat keputusan atas jenis usaha, dan mengelola usahanya serta memfasilitasi sesuai dengan orientasi kebutuhan petani. Kegiatan yang akan dilakukan meliputi:
· Studi banding pengolahan limbah kandang
· Pelatihan pengolahan pasca panen jagung dan ketela pohon untuk banyak sekali produk olahan
· Pelatihan perbaikan pasca panen 
· Pelatihan pembuatan pakan seimbang dari materi lokal
· Manajemen forum keuangan mikro

2. Inisiasi Pengembangan Kelembagaan
Inisiasi pengembangan kelembagaan di lokasi aktivitas meliputi kelembagaan keuangan desa dan input produksi untuk mendukung perjuangan rumah tangga petani. Kelompok tani merupakan forum tingkat desa yang bekerjasama secara eksklusif dengan pembangunan pertanian. Kelompok - kelompok tani tersebut direncanakan menjadi pelaksana dalam membuatkan Laboratorium Agribisnis. Sebagai kelas belajar, kelompok tani sudah mulai berfungsi walaupun belum optimal. Namun sebagai unit produksi dan unit kerjasama dalam usahatani, fungsi tersebut belum berjalan. 

Guna memfungsikan kelompok tani sebagai unit kerjasama dan produksi dalam usahatani, maka pada tahun 2008 ini akan dilakukan penyempurnaan suatu model kelembagaan agribisnis. Kelembagaan agribisnis yang akan dibangun merupakan suatu model kelembagaan penemuan dalam jadwal Desa Model Agribisnis yang meliputi kelembagaan modal, penyedia sarana produksi, forum penyuluhan (Klinik Agribisnis), serta forum pengolahan dan pemasaran hasil.

Untuk membangun Laboratorium Agribisnis diharapkan adonan kelompok-kelompok tersebut dan kelompok lainnya. Langkah-langkah yang dilakukan tahun 2008 untuk membangun Laboratorium Agribisnis yakni sebagai berikut:
1. Kelompok-kelompok pelaksana aktivitas Desa Model Agribisnis menjadi kelompok yang berfungsi sebagai kelas belajar, unit produksi dan wahana kerjasama.
2. Mendorong kelompok tani untuk sanggup bekerjasama satu sama lain dalam aktivitas belajar, perjuangan produksi dan pemasaran dengan menumbuhkan adonan kelompok 
3. Antara kelompok satu dengan lainnya mempunyai hubungan dan kerjasama yang erat, yang digambarkan dalam sketsa kelembagaan Laboratorium Agribisnis Disamping kelembagaan yang pelaku utamanya yakni kelompok tani, pada tahun 2008 juga dilakuka penyempurnaa Klinik Agribisnis yang berfungsi sebagai forum yang memperlihatkan advokasi terhadap aktivitas agribisnis, menyediakan informasi inovasi, menyediakan tempat percontohan, dan sebagai tempat konsultasi agribisnis.

3. Percontohan Inovasi Teknologi
Introduksi model perjuangan ternak sapi potong terpadu. Kegiatan ini meliputi perbaikan manajemen produksi (introduksi bibit unggul, perkandangan komunal, manajemen derma pakan) , menuju sistem produksi yang efisien (Pendekatan Zero Waste) untuk komoditas utama yaitu ternak sapi potong. Termasuk penanganan limbah ternak untuk pupuk organik bermutu dan kedepan untuk Bio Gas. Teknologi yang dipakai terutama bersumber dari Puslitbangnak/Balitnak Penerapan biogas : Prinsip pembuatan biogas yakni menampung limbah organic kotoran ternak, kemudian diproses dan diambil gasnya untuk dimanfaatkan sebagai suber energi. Dalam proses ini dibutuhkan 3 tabung yaitu tabung penampung materi baku , tabung pemroses dan tabung penampung sisa hasil pemrosesan. Bahan pembuat tabung sanggup bersal dari bata merah , plastik atau drum bekas baik dari seng atau dari plastik ( Muryanto dkk, 2006 ).

4. Percontohan model usahatani terpadu (integrasi tumbuhan dan ternak).
Merupakan aktivitas lanjutan tahun 2007, menyempurnakan unit percontohan perjuangan perbibitan kambing PE dengan sangkar komunal dan perbaikan manajemen pemeliharaan. Teknologi yang dipakai terutama bersumber dari Puslitbangnak/Balitnak Penyempunaan teknologi meliputi derma pakan, pengelolaan limbah kotoran dan dan integrasinya dengan komoditas penunjang (tanaman palawija,hortikultura dan tumbuhan hias).

5. Percontohan budidaya sayuran dan tumbuhan hias
Kegiatan berupa percontohan perbaikan tehnik budidaya sayuran (cabai, wortel, kubis dan bawang merah ) dan perbaikan varietas serta introduksi hibrida tumbuhan hias. 

6. Percontohan perjuangan tani padi dan jagung 
Kegiatan berupa percontohan perbaikan perjuangan tani padi dan jagung pendekatan PTT dan pengenalan beberapa varietas .

7. Penangan pasca panen
Kegiatan berupa percontohan difersifikasi produk olahan dengan memanfaatan sumberdaya lokal seperti, jagung, jagung, pisang, waluh, nangka dan melaksanakan penyempurnaan produk olahan

8. Operasionalisasi Klinik Agribisnis.
Klinik Agribisnis pada tahun 2008 akan dicoba dioperasionalkan fungsinya berupa tempat pelatihan, advokasi permasalahan petani dalam usahatani maupun perjuangan agribisnis, dengan didukung pengadaan peralatan dan materi informasi berupa pustaka mini. Melalui kerjasama dengan Pemerintah Desa, Kecamatan akan dipromosikan keberadaan Klinik Konsultasi.

Pada Klinik Agribisnis juga akan dilengkapi bahan-bahan informasi penemuan pertanian, berupa buku-buku pertanian, leafet, brosur dan CD penemuan teknologi. Sumber informasi berasal dari BPTP, Balai Nasional lingkup Badan Litbang Pertanian dan Dinas Lingkup Pertanian kabupaten dan swasta.

Semua aktivitas tersebut dilaksanakan dalam kerangka membangun Laboratorium Agribisnis di Desa Model Pengembangan Agriisnis di Kabupaten Temanggung dan Blora. Laboratorium Agriisnis tersebut akan ditata secara komprehensif Guna mendukung implementasi model tersebut dibutuhkan keterlibatan banyak sekali institusi, terutama Pemda dan jajarannya. Pelaksanaan di lapangan petani kooperator dibawah bimbingan teknis dari peneliti dan teknisi BPTP bantu-membantu penyuluh dari Dinas teknis terkait, berkewajiban melaksanakan pengkajian, dengan cara mengimplementasikan rakitan teknologi yang telah dirancang. 

Implementasi penemuan pada Laboratorium Agribisnis Prima Tani. Dalam rangka membangun model Laboratorium Agribisnis Prima Tani, akan dilakukan implementasi penemuan secara bertahap. Kegiatan yang akan dilakukan pada tahun 2008 meliputi :
(1) Revitalisasi dan pengembangan kelembagaan agribisnis: (i) kelembagaan sub sistem input produksi, (ii) kelembagaan sub sistem produksi, (iii) kelembagaan sub sistem pasca panen dan (iv) kelembagaan sub sistem pemasaran pada kelompok tani serta (v) inisiasi klinik agribisnis. 
(2) Pengembangan sumberdaya insan pelaku agribisnis: (i) penyuluhan perihal banyak sekali penemuan teknologi kepada petani pelaku agribisnis, (ii) pelatihan/studi banding/magang petani perihal penemuan teknologi (usahatani) sesuai dengan potensi dan prospek usaha. 
(3) Pembuatan unit percontohan perjuangan tani kambing (perbibitan/penggemukan dan pengelolaan limbah kambing) dan usahatani berbasis tumbuhan pangan

9. Metode Analisis
Kegiatan Prima tani merupakan suatu penemuan teknologi baik berupa introduksi teknologi maupun rekayasa model, metode analisis yang dipakai tergantung pada jenis kegiatan, dan lebih dititik beratkan pada aspek ekonomi dan sosial :
a) Survey Pendasaran akan mengikuti petunjuk teknis pelaksanaan survey yang disusun tim Prima Tani Pusat 
b) Aspek Ekonomi 

Data dan informasi yang dihimpun meliputi hal-hal yang berkaitan dengan biaya usahatani, produksi, penerimaan. Analisis yang didunakan analisis finansial parsial dan titik impas (Kadariah,1998) atau Marginal Benefit Cost Ratio (MBCR) (Palaniappan, 1985)

c) Aspek Sosial
Data dan informasi yang dihimpun untuk mengetahui persepsi dan respon petani dan instsnti terksit terhasdsp model penemuan yang diintroduksikan, termasuk permasalahan-permasalahan yang terjadi selama aktivitas berjalan. Metode Analisis yang dipakai secara diskriptif, dengan memakai konsep ukuran untuk menjelaskan fenonema yang diamati yaitu presentase dan distribusi frekuensi.

DAFTAR PUSTAKA.
Ashley,C. and Carney,D. 1999. Sustainable Livelihood Lesson From Corley Experience.London . DFID.

Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian , 2004. Pedoman Umum Primatani . Jakarta.

Berdeque, J.A., and Escobar . 2002 . Rural Deversity , Agricultural, Innovation Polies And Poverty Reduction. Agricultural Research And Extention Network.

Irianto,G. dan K. Syarifuddin.1996. Optimalisasi Pnatagunaan Lahan Dan Tindakan Konservasi Tanah Dan Air Serta Restrukturisasi Pemilihan Lahan DAS Kali Garang Untuk Mengendalikan Banjir Dan Menekan resiko Kekeringan. Makalah disampaikan pada Paparan Banjir Dan Kekeringan DAS Garang , Semarang,. Puslittanak Bogor.

Kartasasmita, G. 1996. Power dan Empowerment : Sebuah Telaah Mengenai Konsep Pemberdayaan Masyarakat . Makalah Disampaikan Pada Peringatan Hari Kaprikornus Pusat Kesenian Jakarta Ke 28. Jakarta.

Orgendo, O. 1998. Tenure Regine and Land Use System In Africa, The Challengers At Sustainability. Departemen Of Law. University Of Nairabi Kenya.

Suprapto, Prasetyo,T. dan Setyani, C. 2006. Embung Sebagai Alternatif Mencukupi Kebutuhan Air Untuk Usahatani di Kabupaten Blora. Badan Litbang Pertanian.

Sarjana, Joko P., E. Iriani, M.Norma, A. Sutanto. 2001. Laporan Kegiatan Pengkajian KSP Rawa Pening, BPTP Jawa Tengah.

Badan Bimbingan Massal Ketahanan pangan. 2006. Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Badan Bimbingan Massal Ketahanan pangan Provinsi Jawa Tengah 

Badan Litbang Pertanian. 2006. Petunjuk Teknis Participatory Rural Appraisal (PRA) Prima Tani Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

BPS, 2004. Jawa Tengah Dalam Angka 2004. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah, Semarang.

Badan Litbang Pertanian. 2006. Petunjuk Teknis Participatory Rural Appraisal (PRA) Prima Tani Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Budiyanto,J.2002. Tantangan dan Peluang penelitian dan Pengembangan padi dalam Perspektif Agribisnis dalam Suprihatno,(Eds). Kebijakan Perberasan Dan Inovasi Teknologi Padi. Buku I. Pusat Penelitian Dan pengembangan Tanaman Pangan. Bogor

Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Umum Prima Tani (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan penemuan Teklnologi Pertanian). Departemen Pertanian. Jakarta.

Scot,J.C. 1994 . Moral Ekonomi Petani; Pergolakan Dan Subsistenti di Asia Tenggara. LP3ES. Jakarta 

Simatupang, P. 2004. Prima Tani sebagai Langkah Awal Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis Industrial. Bahan Rapat Lingkup Badan Litbang Pertanian.

Slamet Santoso. 2005 Karya Ilmiah Pratek Akhir . Pengembangan Agribisnis Tomat (Lycopersicum esculentum Miil) Melalui Penggunaan pupuk Berimbang Di Kecamatan Bojong kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah.Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor

Wiriatmadja , S. 1978. Pokok – Pokok penyuluhan Pertanian. CV Yasaguna.

Sumber http://sharingilmupajak.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Pengembangan Penemuan Teknologi Mendukung Agribisnis"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel