✔ Kuliah Part I
Akhirya Kuliah Lagi...,
Tidak menyerupai kebanyakan teman-teman yang sebaya beberapa tahun lalu, tepatnya tahun 2005 sehabis saya lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 02 Maros yang biasa orang sebut SMADA Maros yang kita kenal kini Sekolah Menengah Atas Negeri. 03 atau SMAGA atau nama lain MAN MODEL yang hadir dari akhir reformasi nama-nama Sekolah oleh Bapak Bupati Maros Ir. H. M. Hatta Rahman, MM. Menikmati pendidikan di Perguruan Tinggi (PT) ialah sesuatu yang hampir tidak mungkin ketika itu, mengingat orang Tua di rumah sulit sekali mengeluarkan kata "Restu/Setuju" untuk lanjutkan pendidikan di PT alasannya ialah kondisi yang memang hampir tidak mungkin ketika itu, ditambah lagi hasil Tes Intelengensi waktu kelas 2 Sekolah Menengan Atas yang membuktikan bahwa bagaimanapun usahaku untuk lanjutkan pendidikan, Tim hanya garansi bahwa maksimal hanya pendidikan Diploma III yangbisa saya Raih.
Yah mustahil, kata yang paling saya benci hingga ketika ini, kata yang mungkin tidak membuatku jadi siapa-siapa bila saya meyakininya, kata yang harus di buang jauh-jauh dari orang-orang yang sedang terpuruk atau siapapun yang ingin maju. Kurang lebih satu tahun saya menganggur alasannya ialah sempat terbawa arus kemustahilan tetapi akhirnya saya keluar dari ujian ini.
Suatu ketika, saya mendapat info dari salah satu sahabat usang mengenai penerimaan mahasiswa baru tepatnya tahun 2006 lalu, ketika itu saya memberanikan diri untuk menabrak keadaan. Tanpa sepengetahuan Orang Tua di rumah saya mendaftarkan diri ke Kampus YAPIM dan tanpa panjang lebar saya pilih Jurusan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) dengan biaya registrasi kurang lebih Rp. 160.000. Meskipun biaya kecil itupun uangnya saya peroleh dari hasil jual Handphone Rp. 250.000/ 2 buah Handhone termurah pada ketika itu.
Setelah lulus dan ikuti Ospek, akhirnya saya kuliah. Alangkah bahagianya saya ketika itu, akhirnya kuliah juga kataku. tetapi kebahagiaan itu tidak bertahan lama, beberapa hari kuliah Dosen menyampaikan buku-buku tumpuan mata kuliahnya untuk di beli, tidak mahal sih tetapi untuk mahasiswa macam saya itu butuh beberapa waktu untuk dilunasi. Ah masa kalah dengan yang lain (dalam hati) sambil juga omelin diri sendiri " siapa suruh masuk kuliah, gak kasi tau orang renta lagi", tetapi tidak habis cara untuk cari solusinya, saya jadi buruh bangunan senin-jum'at dan sabtu-minggu kuliah.
Akhirnya saya sanggup jalani kuliah dengan cukup nyaman. Dengan menjadi ketua tingkat, solusi-solusi gampang saya dapatkan dari Dosen dan Staf Kampus menyerupai Pak Sahrir Kabid. Keuangan Yapim dan kebetulan Dosen saya ketika itu. Keberadaan mereka cukup membantu selama menjalani kuliah, 2,3 duduk kasus sanggup teratasi dengan konsultasi dengan mereka. Jauh sekali dengan Pegadaian, di Kampus cukup menulis surat pernyataan yang kita sendiri tidak tahu kekuatan hukumnya sanggup selesaikan duduk kasus untuk sementara.
Saat menjalani perkuliahan saya lupa bahwa hingga ketika itu saya belum dapatkan restu dari orang tua. Meskipun Kuliah bermodalkan Pulpen semata, namun suatu ketika pulang dari kampus orang renta saya melihat beberapa catatan kuliah dari kertas-kertas minder tunjangan teman, ketika itu orang renta sempat kawatir dengan acara saya beberapa hari belakangan ini, mereka kawatir melihat saya selalu pergi sore pulang Pagi, hingga bertanya ihwal semua itu...saya pun takut berbohong, akhirnya menceritakan semuanya bahwa selama ini saya kuliah dan pergi sore pulang pagi itu alasannya ialah saya ikuti Basic Training (Pelatihan Dasar) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat STKIP Maros. Mau tidak Mau yah mereka harus mau baiklah pada ketika itu. Saya hanya katakan bahwa saya tetap akan kuliah meskipun dihentikan dan lakukan apa yang berdasarkan saya baik untuk masa depanku, saya hanya butuh restu dan bila dikemudian hari saya tidak sanggup bayar kuliah dan harus berhenti karenanya, saya akan berhenti alasannya ialah pendidikan tidak hanya dinilai dari status gelar, ijasah, tetapi ilmu harus menjadi kesyukuran utama bila kitamendapatkannya. Akhirnya selesai juga duduk kasus yang satu ini.
Beberapa tahun kemudian ketika semester VII lalu, semester yang cukup menciptakan saya Galau. Galau alasannya ialah ingin melanjutkan tetapi ketika itu kita butuhkan biaya yang cukup besar, sedangkan untuk mundur akan berbagai pengorbanan yang akan terabaikan, yah kesimpulannya " Maju Kena, Mundur pun Kena",Akhirnya keputusanku menentukan untuk tidak melaksanakan kedua-duanya, alasannya ialah solusi saya ketika itu cuti dengan cita-cita tahun depan Allah Yang Maha Bijaksana menyampaikan saya kemudahan.
Karena terlena dengan status cuti, saya jalani hingga kurang lebih 03 tahun. Hampir setiap hari saya di lekatkan panggilan"Mapala" atau dengan kata lain Mahasiswa Paling Lama, hasilnya setumpuk aib sedikit menyadarkan saya untuk kembali kuliah, bahkan Saya dengar sudah ada sahabat STIM dulu yang udah selesaikan Megisternya. Dalam hati menyampaikan "Apa-apaan saya ini", saya harus lanjutkan kuliah dan bagaimanapun caranya saya harus selesai tahun depan...ti..tik.
Akhirya kuliah lagi, menyerupai yang saya memutuskan sebagai Tema goresan pena ini. Karena mata kuliah sudah saya tempuh tinggal sesuatu yang saya anggap "Tembok Besar" perkuliahan yaitu Kuliah Kerja Lapangan Plus atau yang sering kita sebut KKLP, Ujian Proposal, Ujian Skripsi, dan Wisuda Insyaallah. Kadang teman-teman tidak percaya bahwa saya masih mahasiswa tetapi itulah kenyataannya, mungkin pengaruh dari tidak adanya restu orang renta di awal perjalanan perkuliahan saya. Mau percaya atau tidak, ini hanya Asumsi belaka yang kebenarannya 99 % tidak benar.
Tahun ini saya awali dengan teman-teman jika tidak salah angkatan 2009. Saya merasa ajaib berada diantara mereka tetapi syukurlah ada 1,2 orang saya kenal. Kemudian mengajukan judul Penelitian kepada salah satu dosen yang selama ini saya banggakan Dahlan Habba, SE.,MM. buat bekal skripsi nantinya.
"yah...Akhirnya Kuliah Lagi", kalimat yang senantiasa menyertaiku di berdiri dan tidurku setiap hari. Saya merasa sedikit berubah, yah minimal saya tidak bermodalkan "Nekat" lagi menyerupai dulu ketika mau kuliah. Sekarang saya sudah berubah, saya lanjutkan kuliah dengan modal "Nekat Sekali". Aneh tetapi Lucu, Memang inilah yang saya punya, jika bukan Nekat, yah Nekat Sekali dan Mungkin suatu ketika saya akan sampaikan .kepada teman-teman yang lain bahwa " Nekat" itu Penting dan itu ialah .kebutuhan dasar insan yang harus dipenuhi.
Sedikit banyaknya teman-teman sekalian sanggup mengambil sisi positif dari goresan pena ini. Kalau goresan pena ini kurang memuaskan itu alasannya ialah saya masih mahasiswa dan masih berguru kasian dan bermodalkan nekat saja.
Hehehehehe...salam sukses selalu.
dariku...,
Adnan Junaedi,
Sumber http://adnantandzil.blogspot.com
Tidak menyerupai kebanyakan teman-teman yang sebaya beberapa tahun lalu, tepatnya tahun 2005 sehabis saya lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 02 Maros yang biasa orang sebut SMADA Maros yang kita kenal kini Sekolah Menengah Atas Negeri. 03 atau SMAGA atau nama lain MAN MODEL yang hadir dari akhir reformasi nama-nama Sekolah oleh Bapak Bupati Maros Ir. H. M. Hatta Rahman, MM. Menikmati pendidikan di Perguruan Tinggi (PT) ialah sesuatu yang hampir tidak mungkin ketika itu, mengingat orang Tua di rumah sulit sekali mengeluarkan kata "Restu/Setuju" untuk lanjutkan pendidikan di PT alasannya ialah kondisi yang memang hampir tidak mungkin ketika itu, ditambah lagi hasil Tes Intelengensi waktu kelas 2 Sekolah Menengan Atas yang membuktikan bahwa bagaimanapun usahaku untuk lanjutkan pendidikan, Tim hanya garansi bahwa maksimal hanya pendidikan Diploma III yangbisa saya Raih.
Yah mustahil, kata yang paling saya benci hingga ketika ini, kata yang mungkin tidak membuatku jadi siapa-siapa bila saya meyakininya, kata yang harus di buang jauh-jauh dari orang-orang yang sedang terpuruk atau siapapun yang ingin maju. Kurang lebih satu tahun saya menganggur alasannya ialah sempat terbawa arus kemustahilan tetapi akhirnya saya keluar dari ujian ini.
Suatu ketika, saya mendapat info dari salah satu sahabat usang mengenai penerimaan mahasiswa baru tepatnya tahun 2006 lalu, ketika itu saya memberanikan diri untuk menabrak keadaan. Tanpa sepengetahuan Orang Tua di rumah saya mendaftarkan diri ke Kampus YAPIM dan tanpa panjang lebar saya pilih Jurusan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) dengan biaya registrasi kurang lebih Rp. 160.000. Meskipun biaya kecil itupun uangnya saya peroleh dari hasil jual Handphone Rp. 250.000/ 2 buah Handhone termurah pada ketika itu.
Setelah lulus dan ikuti Ospek, akhirnya saya kuliah. Alangkah bahagianya saya ketika itu, akhirnya kuliah juga kataku. tetapi kebahagiaan itu tidak bertahan lama, beberapa hari kuliah Dosen menyampaikan buku-buku tumpuan mata kuliahnya untuk di beli, tidak mahal sih tetapi untuk mahasiswa macam saya itu butuh beberapa waktu untuk dilunasi. Ah masa kalah dengan yang lain (dalam hati) sambil juga omelin diri sendiri " siapa suruh masuk kuliah, gak kasi tau orang renta lagi", tetapi tidak habis cara untuk cari solusinya, saya jadi buruh bangunan senin-jum'at dan sabtu-minggu kuliah.
Akhirnya saya sanggup jalani kuliah dengan cukup nyaman. Dengan menjadi ketua tingkat, solusi-solusi gampang saya dapatkan dari Dosen dan Staf Kampus menyerupai Pak Sahrir Kabid. Keuangan Yapim dan kebetulan Dosen saya ketika itu. Keberadaan mereka cukup membantu selama menjalani kuliah, 2,3 duduk kasus sanggup teratasi dengan konsultasi dengan mereka. Jauh sekali dengan Pegadaian, di Kampus cukup menulis surat pernyataan yang kita sendiri tidak tahu kekuatan hukumnya sanggup selesaikan duduk kasus untuk sementara.
Saat menjalani perkuliahan saya lupa bahwa hingga ketika itu saya belum dapatkan restu dari orang tua. Meskipun Kuliah bermodalkan Pulpen semata, namun suatu ketika pulang dari kampus orang renta saya melihat beberapa catatan kuliah dari kertas-kertas minder tunjangan teman, ketika itu orang renta sempat kawatir dengan acara saya beberapa hari belakangan ini, mereka kawatir melihat saya selalu pergi sore pulang Pagi, hingga bertanya ihwal semua itu...saya pun takut berbohong, akhirnya menceritakan semuanya bahwa selama ini saya kuliah dan pergi sore pulang pagi itu alasannya ialah saya ikuti Basic Training (Pelatihan Dasar) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat STKIP Maros. Mau tidak Mau yah mereka harus mau baiklah pada ketika itu. Saya hanya katakan bahwa saya tetap akan kuliah meskipun dihentikan dan lakukan apa yang berdasarkan saya baik untuk masa depanku, saya hanya butuh restu dan bila dikemudian hari saya tidak sanggup bayar kuliah dan harus berhenti karenanya, saya akan berhenti alasannya ialah pendidikan tidak hanya dinilai dari status gelar, ijasah, tetapi ilmu harus menjadi kesyukuran utama bila kitamendapatkannya. Akhirnya selesai juga duduk kasus yang satu ini.
Beberapa tahun kemudian ketika semester VII lalu, semester yang cukup menciptakan saya Galau. Galau alasannya ialah ingin melanjutkan tetapi ketika itu kita butuhkan biaya yang cukup besar, sedangkan untuk mundur akan berbagai pengorbanan yang akan terabaikan, yah kesimpulannya " Maju Kena, Mundur pun Kena",Akhirnya keputusanku menentukan untuk tidak melaksanakan kedua-duanya, alasannya ialah solusi saya ketika itu cuti dengan cita-cita tahun depan Allah Yang Maha Bijaksana menyampaikan saya kemudahan.
Karena terlena dengan status cuti, saya jalani hingga kurang lebih 03 tahun. Hampir setiap hari saya di lekatkan panggilan"Mapala" atau dengan kata lain Mahasiswa Paling Lama, hasilnya setumpuk aib sedikit menyadarkan saya untuk kembali kuliah, bahkan Saya dengar sudah ada sahabat STIM dulu yang udah selesaikan Megisternya. Dalam hati menyampaikan "Apa-apaan saya ini", saya harus lanjutkan kuliah dan bagaimanapun caranya saya harus selesai tahun depan...ti..tik.
Akhirya kuliah lagi, menyerupai yang saya memutuskan sebagai Tema goresan pena ini. Karena mata kuliah sudah saya tempuh tinggal sesuatu yang saya anggap "Tembok Besar" perkuliahan yaitu Kuliah Kerja Lapangan Plus atau yang sering kita sebut KKLP, Ujian Proposal, Ujian Skripsi, dan Wisuda Insyaallah. Kadang teman-teman tidak percaya bahwa saya masih mahasiswa tetapi itulah kenyataannya, mungkin pengaruh dari tidak adanya restu orang renta di awal perjalanan perkuliahan saya. Mau percaya atau tidak, ini hanya Asumsi belaka yang kebenarannya 99 % tidak benar.
Tahun ini saya awali dengan teman-teman jika tidak salah angkatan 2009. Saya merasa ajaib berada diantara mereka tetapi syukurlah ada 1,2 orang saya kenal. Kemudian mengajukan judul Penelitian kepada salah satu dosen yang selama ini saya banggakan Dahlan Habba, SE.,MM. buat bekal skripsi nantinya.
"yah...Akhirnya Kuliah Lagi", kalimat yang senantiasa menyertaiku di berdiri dan tidurku setiap hari. Saya merasa sedikit berubah, yah minimal saya tidak bermodalkan "Nekat" lagi menyerupai dulu ketika mau kuliah. Sekarang saya sudah berubah, saya lanjutkan kuliah dengan modal "Nekat Sekali". Aneh tetapi Lucu, Memang inilah yang saya punya, jika bukan Nekat, yah Nekat Sekali dan Mungkin suatu ketika saya akan sampaikan .kepada teman-teman yang lain bahwa " Nekat" itu Penting dan itu ialah .kebutuhan dasar insan yang harus dipenuhi.
Sedikit banyaknya teman-teman sekalian sanggup mengambil sisi positif dari goresan pena ini. Kalau goresan pena ini kurang memuaskan itu alasannya ialah saya masih mahasiswa dan masih berguru kasian dan bermodalkan nekat saja.
Hehehehehe...salam sukses selalu.
dariku...,
Adnan Junaedi,
Sumber http://adnantandzil.blogspot.com
0 Response to "✔ Kuliah Part I"
Posting Komentar