-->

iklan banner

✔ Ayah Dan Sebotol Susu

Ayah dan Sebotol susu
 saya masih setia menarik hati Anak perempuanku semoga segera melupakan botol susunya ✔ Ayah dan Sebotol susu
Malam sudah larut, saya masih setia menarik hati Anak perempuanku semoga segera melupakan botol susunya. Saya berusaha bisikkan beberapa ayat semoga nanti ia tetap terjaga dalam tidurnya. Namun, Ia terbangun dan tertawa saja, tak peduli dengan busungan nafasku yang semenjak tadi hendak kutiupkan pada pendengaran dan ubun-ubunnya. Ia terlihat seakan ingin menghalau tiupanku dengan tiupannya yang sudah tampak monyong berkerucut depan mataku. Akhirnya saya batalkan saja, perut saya sudah tergeli-geli mendesakku ketawa melihatnya. Kulepas perlahan-lahan nafas yang tertahan tanpa membuatnya curiga bahwa beberapa ayat telah tumpah dari mulutku dan sisanya kutelan saja mengisi perutku yang kosong.
Saya ajak kembali bersenang-senang, bermain, dan menyanyikan beberapa lagu yang dekat di memorinya, mencoba mengurai perhatiannya pada botol susu yang dari lima jam kemudian tak jua berisi. Namun perjuangan saya gagal, dengan tangan mungilnya Ia berusaha menarikku kekeranjang kecil miliknya. Ayaaah, Ayaaah..Cu'cuuu.. sambil menunjuk toples susu yang separuh malam enggan kubuka. Saya sangat mengerti maksud dari kata itu. Ambisinya begitu kuat, saya tak tega menolak pintanya, meski toples susu miliknya semenjak kemarin sabar mengantri dan minta diblusuki lebih dulu.
Sambil mengambil nafas panjang, duduk memandangi anak perempuanku yang begitu riangnya terbaring memeluk guling dengan botol susu yang sudah terisi separuh ditangannya. Tak usang Ia pun kelangit semenjak matanya terpejam perlahan dari memandang kami, Ayah dan Ibunya. Aku pun lekas membusungkan nafasku, kemudian kutitipkan pesan kelangit ihwal botol susunya yang usang ia raih hari ini lewat pendengaran dan ubun-ubunnya.
Saat ia terlelap, Bisikan dalam benakku mencoba menyapanya, “Tahukah kau, kamu tiba dari tanah yang hening memenuhi panggilan kami. Dan daun-daun kering telah kami bakar bersama dupa pada tungku harapan. Walau kiprah kami belum usai, kuharap esok kamu kembali mencari botol susumu yang kembali tak berisi, kemudian memaafkan kami yang tak menjamahmu dengan kelimpahan”.
Tak usang kemudian, Aku pun tertidur dengan hening dan berharap bertemu dengannya dilangit, membawa pesan yang sama.
Adnan_junaedi

Sumber http://adnantandzil.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "✔ Ayah Dan Sebotol Susu"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel