Kumis Jenaka,
Gerimis di luar jendela semakin kisruh sesudah hujan tiba mengacaukan iramanya. Dan angin pun ikut serta membuatnya gaduh dengan merontokkan daun-daun trembessi kemudian menghempasnya kesana kemari. sebuah patung simpanse putih kusam bangun agak menjongkok, satu tangannya menyiku kekepala dan satunya lagi diluruskan keatas bagaikan penjaga Suar yang sedang mengamati kapal perang abnormal yang menuju kearahnya. Jika bukan alasannya ialah ia mempunyai bulu-bulu putih mungkin sudah barang tentu akan tetap mengabaikan lalu-lalang para bule yang berkulit putih itu. Kenapa? Karena orang kulit putihlah ia dan moyangnya harus bersembunyi dengan rasa takut dan lapar selama tiga setengah masa di dalam gua yang hambar dan gelap, dan gres 71 tahun ia sanggup menikmati udara segar diluar gua. Selama 71 pun ia dituntut harus menyambut orang-orang kulit putih itu dengan senyum tanpa dendam.
Namun entah kenapa kupu-kupu raksasa yang selama ini beterbangan bersahabat terjunnya air muncul tiba-tiba menghalangi pandangannya, seakan tugasnya diambil tanpa permisi. Mungkinkah oleh Kupu-kupu, diangkatnya satu tangan dengan lurus itu dimaknai permohonon/izin untuk meninggalkan lapangan, dan ia bermaksud mengabulkannya. Bisa jadi pula senyumnya tak cantik dan masih terlihat rasa dendam pada raut wajahnya ketika menyambut tamu berkulit putih itu. Ataukah mungkin juga alasannya ialah sang Kera tak punya Kumis, ataukah punya Kumis namun dianggap penuh uban, sedangkan sang kupu-kupu seakan terlihat punya Kumis meskipun bukan Kumis. Entahlah, ini Cuma pengantar saja, tidak perlu tiba ke daerah yang saya maksud itu hanya sekedar ngecek apa betul si Kera gak punya kumis atau sebaliknya namun sudah ubanan, ataukah ngecek pastikan Kumis atau bukan yang ada pada kupu-kupu itu.
Ini bukan kali pertama wacana pembahasan kumis. Jauh hari sebelum kumis pak Ibrahim ikut tercebur ketika minum kopi susu di salah satu kedai kopi terminal kota ini, ataukah salah satu tokoh Islam jamaah yang minta kumisnya dicukur namun tukang cukur malah cukur jenggotnya, pembahasan “Kumis” telah menjadi topik tersendiri mewarnai hari-hari kami. Saya pastikan pembahasan ini bukan dukungan pencitraan oleh salah satu figur bakal calon di salah satu kota yang sedang bermanuver kesana kemari dengan keindahan kumisnya. Ini tak lebih dari kumis yang terpaksa dicukur total kemarin ketika bermaksud merapikannya, namun tiba-tiba terdengar bunyi petir yang menciptakan spontanitas gerak tangan kemudian sepotong kumis raup oleh pisau cukur yang bermata tiga.
Kumis bukanlah beban, bahkan ia sanggup memperlihatkan sentuhan peradaban. Tengoklah contohnya Adolf Hitler yang begitu mengagungkan ras Arya hingga bertekad melenyapkan kaum yahudi alasannya ialah menurutnya ialah musuh bangsa jerman. Dengan kumis yang berpusat ditengah itu ia tercatat telah melumatkan 6 juta nyawa kaum yahudi tanpa ampun.
Pak Raden, nama ini ia dapatkan alasannya ialah ia menjadi pengisi bunyi tokoh Pak Raden pada serial “Boneka Si Unyil” yang kini kita kenal “Laptop Si Unyil”. Nama orisinil dia ialah Suyadi. Sejak kecil ia sudah suka menggambar, bahkan ia merasa dengan menggambar ia menemukan dunianya. Ia mempunyai ciri khas yang unik kalau dibandingkan dengan seniman lainnya, yaitu terletak pada blangkong khasnya dan kumisnya yang tebal menjadi nilai lebih yang dimilikinya. Pak Raden dianugerahi penghargaan Ganesha Widya Jasa Utama atas dedikasinya di dalam dunia seni Indonesia dan prestasi yang menonjol sebagai Pelopor Bidang Industri Kreatif Klaster Animasi dan Tokoh Animator di tingkat nasional.
Masih ingatkah pula dengan JoJon, seorang komedian legendaris Indonesia yang mempunyai nama orisinil Djuhri Masdjan. Penampilan Jojon sendiri selalu menggunakan Kumis kecil ala Charlie Chaplin, yah kalau gak mau disebut menyerupai Adolf Hitler dan celana selutut tentunya yang juga menjadi daya tarik yang khas selain Kumisnya bagi para penggemarnya. Kumisnya tetap berperawakan begitu meskipun sedang melakoni dua suasana film Indonesia yang suasananya berbeda menyerupai "Vina Bilang Cinta" (2005), "Setannya Kok Beneran?" (2008).
Siapa yang tidak kenal Rahwana yang ketawanya Bua.ha.ha.ha.ha itu ketika menculik Sinta dan mengejek Rama. Ia populer dalam dongeng pewayangan dengan sosok yang beringas, buruk dan sangat bergairah bahkan dijuluki sebagai raksasa yang jahat. Mungkin alasannya ialah dalam dongeng sosok Rahwana mempunyai Kumis yang ujungnya terplintir hingga orang-orang ketika ini yang punya kumis terplintir sering di identikkan dengan Rahwana. Bahkan dalam beberapa Film Bollywood (India) perawakan semacam ini sering dipinjam oleh Tuan Takur yang kerap terplintir juga kumisnya.
Namun eh, yang dicari Ayu Tin-Tin dalam “Alamat Palsu” nya itu katanya juga berkumis. Entahlah, Bang Toyyib kayaknya juga berkumis sesudah sekian lebaran gak pulang-pulang. Siapa tau orang yang sama dengan yang dicari Ayu Tin-Tin. Bukan cuma alamat palsu, tetapi namanya juga sudah dipalsukan.
Saya sendiri, Adnan Junaedi, Kumis saya belum sefanatik beberapa tokoh diatas. kadang punya kumis, kadang tidak. Tergantung berapa tinggi frekuensi petir yang menggelegar.
Selamat berkumis Ria menjelang Hari Sumpah Pemuda...!!! Semoga kita sanggup mengambil pelajaran dari Episode Kumis ini sebelum kumis saya tumbuh lebat dan jenaka.
Soreang, 06 Oktober 2016.
Adnan_Junaedi
Sumber http://adnantandzil.blogspot.com
0 Response to "✔ Kumis Jenaka"
Posting Komentar