-->

iklan banner

Teori Rostow

Teori Rostow - Dari proses dan perubahan pola pikir masyarakat wacana pembangunan, pembangunan sanggup dikatakan berhasil bila memenuhi syarat yaitu adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabilitas, namun pembangunan juga harus berkesinambungan serta adanya pemerataan sumber daya, maksudnya dampaknya pembangunan sanggup diminimalisir yaitu minimalisisr kerusakan sosial serta meminimalisir terjadinya kerusakan alam. (Budiman Arief, 2000:8) Hal ini diharapkan lantaran orientasi pembangunan bukan hanya untuk ketika ini, namun untuk dimasa yang akan tiba atau dalam arti sustainable development atau pembangunan yang berkelanjutan. Untuk itu perlu kiranya memperlihatkan suatu kritikan moral atas teori pembangunan.

Review Teori Rostow
Teori pembangunan dari Rostow ini sangat terkenal dan paling banyak mendapat komentar dari para ahli. Teori ini pada mulanya merupakan artikel Rostow yang dimuat dalam Economics Journal (Maret 1956) dan kemudian dikembangkannya lebih lanjut dalam bukunya yang berjudul The Stages of Economic Growth (1960). Menurut pengklasifikasian Todaro, teori Rostow ini dikelompokkan ke dalam model jenjang linear (linear stages mode/).

            Rostow pulalah yang membuat distingsi antara sektor tradisional dan sektor kapitalis modern. Frasa-frasa ini terkenal dengan terminologi ‘less developed’, untuk menyebut kondisi suatu negara yang masih mengandalkan sektor tradisional, dan terminologi ’more developed’ untuk menyebut kondisi suatu negara yang sudah mencapai tahap industrialisasi dengan mengandalkan sektor kapitalis modern.

            Dalam hal prekondisi untuk meningkatkan ekonomi suatu negara, penekanannya terdapat pada keseluruhan proses di mana masyarakat berkembang dari suatu tahap ke tahap yang lain. Tahap-tahap yang berbeda ini ditujukan untuk mengidentifikasi variabel-variabel kritis atau strategis yang dianggap mengangkat kondisi-kondisi yang cukup dan perlu untuk perubahan dan transisi menuju tahapan gres yang berkualitas. Teori ini secara fundamental bersifat unilinear dan universal, serta dianggap bersifat permanen. Pembangunan, dalam arti proses, diartikan sebagai modernisasi yakni pergerakan dari masyarakat pertanian berbudaya tradisional ke arah ekonomi yang berfokus pada rasional, industri, dan jasa. Untuk menekankan sifat alami ‘pembangunan’ sebagai sebuah proses, Rostow memakai analogi dari sebuah pesawat terbang yang bergerak sepanjang lintasan terbang hingga pesawat itu sanggup lepas landas dan kemudian melayang di angkasa.

 Dari proses dan perubahan pola pikir masyarakat wacana pembangunan Teori Rostow
Teori Rostow

Pembangunan, dalam arti tujuan, dianggap sebagai kondisi suatu negara yang ditandai dengan adanya: a) kemampuan konsumsi yang besar pada sebagian besar masyarakat, b) sebagian besar non-pertanian, dan c) sangat berbasis perkotaan. Sebagai pecahan teori modernisasi, teori ini mengkonsepsikan pembangunan sebagai modernisasi yang dicapai dengan mengikuti model kesuksesan Barat. Para pakar ekonomi menganggap bahwa
teori pertumbuhan ekonomi ini merupakan teladan terbaik dari apa yang diistilahkan sebagai ‘teori modernisasi’.
Menurut Rostow, proses pertumbuhan ekonomi bisa dibedakan ke dalam 5 tahap :
Masyarakat tradisional (the traditional society),
  1. Prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take-off),
  2. Tinggal landas (the take-off),
  3. Menuju kekedewasaan (the drive to maturity), dan
  4. Masa konsumsi tinggi (the age of high mass-consumption)
Dasar pembedaan tahap pembangunan ekonomi menjadi 5 tahap tersebut adalah: Karakteristik perubahan keadaan ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi.

Menurut Rostow, pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat moderen merupakan suatu proses yang multidimensional. Pembangunan ekonomi bukan hanya berarti perubahan struktur ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan peningkatan peranan sektor industri saja.

Menurut Rostow, disamping perubahan mirip itu, pembangunan ekonomi berarti pula sebagai suatu proses yang mengakibatkan antara lain: perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial yang pada mulanya berorientasi kepada suatu tempat menjadi berorientasi ke luar.
·         perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga, yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil.
·         perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat, dari melaksanakan investasi yang tidak produktif (menumpuk emas, membeli rumah, dan sebagainya) menjadi investasi yang produktif.
·         perubahan perilaku hidup dan moral istiadat yang terjadi kurang merangsang pembangunan ekonomi (misalnya penghargaan terhadap waktu, penghargaan terhadap pertasi perorangan dan sebagainya).

1) Masyakarat Tradisional
            Masyarakat yang fungsi produksinya terbatas yang ditandai oleh cara produksi yang relatif masih primitif (yang didasarkan pada ilmu dan teknologi pra-Newton) dan cara hidup masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional, tetapi kebiasaan tersebut telah turun temurun. Tingkat produktivitas per pekerja masih rendah, oleh lantaran itu sebagian besar sumberdaya masyarakat dipakai untuk kegiatan sektor pertanian. Dalam sektor pertanian ini, struktur sosialnya bersifat hirarkhis yaitu mobilitas vertikal anggota masyarakat dalam struktur sosial kemungkinannya sangat kecil. Maksudnya yaitu bahwa kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak akan berbeda dengan nenek moyangnya.

            Sementara itu kegiatan politik dan pemerintah pada masa ini digambarkan Rostow dengan adanya kenyataan bahwa walaupun kadang kala terdapat sentralisasi dalam pemerintahan, tetapi pusat kekuasaan politik di daerah-daerah berada di tangan para tuan tanah yang ada di tempat tersebut. Kebijaksanaan pemerintah pusat selalu dipengaruhi oleh pandangan para tuan tanah di tempat tersebut.
2) Tahap Prasyarat Tinggal Landas

            Tahap prasyarat tinggal landas ini didefinisikan Rostow sebagai suatu masa transisi di mana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri (selfsustained growth). Menurut Rostow, pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis.

Tahap prasyarat tinggal landas ini mempunyai 2 corak.
  1. Pertama yaitu tahap prasyarat lepas landas yang dialami oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika, di mana tahap ini dicapai dengan perombakan masyarakat tradisional yang sudah usang ada.
  2. Kedua yaitu tahap prasyarat tinggal landas yang dicapai oleh negara-negara yang born free (menurut Rostow) mirip Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, di mana negara¬negara tersebut mencapai tahap tinggal landas tanpa harus merombak sistem masyarakat yang tradisional. Hal ini disebabkan oleh sifat dari masyarakat negara-negara tersebut yang terdiri dari imigran yang telah mempunyai sifat-sifat yang dibutuhkan oleh suatu masyarakat untuk tahap prasyarat tinggal landas.
            Seperti telah diungkapkan di muka, Rostow sangat menekankan perlunya perubahan-perubahan yang multidimensional, lantaran ia talk yakin akan kebenaran pandangan yang menyatakan bahwa pembangunan akan sanggup dengan gampang diciptakan hanya bila jumlah tabungan ditingkatkan. Menurut pendapat tersebut tingkat tabungan yang tinggi akan menimbulkan tiangkat investasi tinggi pula sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional. Namun berdasarkan Rostow pertumbuhan ekonomi hanya akan tercapai bila diikuti oleh perubahan-perubahan lain dalam masyarakat. Perubahan-perubahan itulah yang akan memungkinkan terjadinya kenaikan tabungan can penggunaan tabungan itu sebaik-baiknya.

            Perubahan-perubahan yang dimaksudkan Rostow contohnya kemampuan masyarakat untuk memakai ilmu pengetahuan moderen dan membuat penemuan-penemuan gres yang bisa menurunkan biaya produksi. Disamping itu harus ada pula orang-orang yang memakai penemuan gres tersebut untuk memodernisir cara produksi dan harus didukung pula dengan adanya kelompok masyarakat yang membuat tabungan dan meminjamkannya kepada wiraswasta (entrepreneurs) yang inovatif untuk meningkatkan produksi dan menaikkan produktivitas. Singkatnya, kenaikan investasi yang akan membuat pembangunan ekonomi yang lebih cepat dari sebelumnya bukan semata-mata tergantung kepada kenaikan tingkat tabungan, tetapi juga kepada perubahan radikal dalam perilaku masyarakat terhadap ilmu pengetahuan, perubahan teknik produksi, pengambilan resiko, dan sebagainya.
            Selain hal-hal di atas, Rostow menekankan pula bahwa kenaikan tingkat investasi hanya mungkin tercipta bila terjadi perubahan dalam struktur ekonomi. Kemajuan di sektor pertanian, pertambangan, dan prasarana harus terjadi gotong royong dengan proses peningkatan investasi. Pembangunan ekonomi hanya dimungkinkan oleh adanya kenaikan produktivitas di sektor pertanian dan perkembangan di sektor pertambangan. Menurut Rostow, kemajuan sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam masa peralihan sebelum mencapai tahap tinggal landas. Sementara itu pembangunan prasarana, berdasarkan Rostow, bisa menghabiskan sebagian besar dari dana investasi. Investasi di bidang prasarana ini mempunyai 3 ciri yaitu batas waktu tenggang antara pembangunannya dan pemetikan karenanya (gestation period) sangat lama, pembangun¬annya harus dilakukan secara besar-besaran sehingga memerlukan biaya yang banyak, dan manfaat pembangunannya dirasakan oleh masyarakat banyak. Berdasarkan sifatnya ini, maka pembangunan prasarana terutama sekali harus dilakukan pemerintah.

Selain hal-hal yang diungkapkan di atas, Rostow juga memperlihatkan bentuk perubahan dalam kepemimpinan pemerintahan dari masyarakat yang mengalami transisi. Untuk menjamin terciptanya pembangunan yang teratur, suatu kepemimpinan gres haruslah mempunyai sifat nasionalisme yang reaktif (reactive nationalism) yaitu bereaksi secara positif atas tekanan¬tekanan dari negara maju. Rostow yakin bahwa tanpa adanya tekanan atau hinaan dari negara¬negara maju, modernisasi yang terjad Tahap Tinggal Landas

3) Tahap tinggal landas
            pertumbuhan ekonomi selalu terjadi. Pada awal tahap ini terjadi perubahan yang drastis dalam masyarakat mirip revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Sebagai akhir dari perubahan¬perubahan tersebut secara teratur akan tercipta inovasi-inovasi dan peningkatan investasi. Investasi yang semakin tinggi ini akan mempercepat laju pertumbuhan pendapatan nasional dan melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan demikian tingkat pendapatan per kapita semakin besar.


Rostow mengemukakan 3 ciri utama dan negara-negara yang sudah mencapai masa tinggal landas yaitu:
  1. Terjadinya kenaikan investasi produktif dari 5 persen atau kurang menjadi 10 persen dari Produk Nasional Bersih (Net National Product= NNP).
  2. Terjadinya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi (leading sectors).
  3. Terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial, dan kelembagaan yang bisa membuat perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi yang bisa mengakibatkan pertumbuhan ekonomi terus terjadi. Di sini juga termasuk kemampuan negara tersebut untuk mengerahkan sumber-sumber modal dalam negeri, lantaran kenaikan tabungan dalam negeri peranannya besar sekali dalam membuat tahap lepas landas. Inggris dan Jepang, contohnya mencapai masa tinggal landas tanpa mengimpor modal (bantuan luar negeri) sama sekali.

            Menurut Rostow  perkembangan sektor pemimpin (leading sector) berbeda¬beda untuk setiap negara. Di Inggris, tekstil katun merupakan sektor pemimpin pada masa tinggal landasnya, sedangkan perkembangan jaringan jalan kereta api memegang peranan yang sama di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Kanada, dan Rusia. Di Swedia, sektor pemimpin yaitu industri kayu, di Jepang sutera, dan Argentina yaitu industri substitusi impor barang-barang konsumsi.

            Berdasarkan pada kenyataan tersebut, Rostow mengambil kesimpulan bahwa untuk mencapai tahap tinggal landas tidak satu sektor ekonomipun yang baku untuk semua negara yang bisa membuat pembangunan ekonomi. Oleh lantaran itu, suatu negara tertentu tidak bisa hanya sekadar mencontoh pola perkembangan sektor pemimpin negara-negara lain. Namun demikian, ada 4 faktor penting yang harus diperhatikan dalam membuat sektor pemimpin yaitu:
  • Harus ada kemungkinan untuk perluasan pasar bagi barang-barang yang diproduksi yang mempunyai kemungkinan untuk berkembang dengan cepat.
  • Dalam sektor tersebut harus dikembangkan teknik produksi yang modern dan kapasitas produksi harus bisa diperluas.
  • Harus tercipta tabungan dalam masyarakat dan para pengusaha harus menanamkan kembali manfaatnya untuk membiayai pembangunan sektor pemimpin.
  • Pembangunan dan transformasi teknologi sektor pemimpin haruslah bisa membuat kebutuhan akan adanya perluasan kapasitas dan modernisasi sektor-sektor lain.

4) Tahap Menuju Kekedewasaan
           Tahap menuju kedewasaan ini diartikan Rostow sebagai masa di mana masyarakat sudah secara efektif memakai teknologi moderen pada hampir semua kegiatan produksi. Pada tahap ini sektor-sektor pemimpin gres akan muncul menggantikan sektor-sektor pemimpin usang yang akan mengalami kemunduran. Sektor-sektor pemimpin gres ini coraknya ditentukan oleh perkem¬bangan teknologi, kekayaan alam, sifat-sifat dari tahap lepas landas yang terjadi, dan juga oleh akal pemerintah. Dalam menganalisis karakteristik tahap menuju ke kedewasaan, Rostow menekankan analisisnya kepada corak perubahan sektor-sektor pemimpin di beberapa negara yang kini sudah maju. la juga memperlihatkan bahwa di tiap-tiap negara tersebut jenis-jenis sektor pemimpin pada tahap setelah tinggal landas yaitu berbeda dengan yang ada pada tahap tinggal landas. Di Inggris, misalnya, industri tekstil yang telah mempelopori pembangunan pada tahap tinggal landas telah digantikan oleh industri besi, watu bara dan peralatan teknik berat. Sedangkan di Amerika Serikat, Perancis, dan Jerman di mana pembangunanjaringanjalan kereta api memegang peranan penting pada tahap tinggal landas, telah digantikan oleh industri baja dan industri peralatan berat pada tahap menuju ke kedewasaan.

Selanjutnya Rostow mengemukakan pula karakteristik non-ekonomis dari masyarakat yang teiah mencapai tahap menuju ke kedewasaan sebagai berikut:
  • Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. Peranan sektor industri semakin penting, sedangkan sektor pertanian menurun.
  • Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan. Peranan manajer professional semakin penting dan menggantikan kedudukan pengusaha-pemilik.
  • Kritik-kritik terhadap industrialisasi mulai muncul sebagai akhir dari ketidakpuasan terhadap dampak industrialisasi.
5) Tahap Konsumsi Tinggi

Tahap konsumsi tinggi ini merupakan tahap terakhir dari teori pembangunan ekonomi Rostow. Pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi kepada dilema produksi.

Pada tahap ini ada 3 macam tujuan masyarakat (negara) yaitu:
  1. Memperbesar kekuasaan dan efek ke luar negeri dan kecenderungan ini bisa berakhir pada penjajahan terhadap bangsa lain.
  2. Menciptakan negara kesejahteraan (welfare state) dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem pajak yang progresif.
  3. Meningkatkan konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok (sandang, pangan, dan papan) menjadi mencakup pula barang-barang konsumsi tahan usang dan barang-barang mewah.
Beberapa Kritik terhadap Teori Rostow
Beberapa kritik yang muncul terhadap teori Rostow ini antara lain berkaitan dengan adanya tumpang tindih tahapan, periode jangka waktu tahap tinggal landas yang meragukan, adanya masyarakat yang tidak melalui tahap tradisional.

Berikut beberapa citra kritik yang dilontarkan terhadap Teori pertumbuhan ekonomi menurut Rostow:

  • Teori Rostow dianggap terlalu sederhana;
  • Rostow menyebut wacana tabungan dan investasi namun tidak mengklarifikasi mengenai perlunya infrastruktur keuangan untuk menyalurkan tabungan yang ada ke dalam investasi;
  • Bahwa investasi yang dimaksud Rostow belum tentu akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi;
  • Rostow tidak memasukkan unsur-unsur lain sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Perlunya infrastruktur lainnya mirip sumber daya insan (pendidikan), jalan-jalan, jalur kereta api, jaringan-jaringan komunikasi;
  • Teori Rostow tidak menjelaskan bahwa efisiensi dari penggunaan investasi apakah ditujukan untuk aktivitas-aktivitas produksi ataukah untuk penggunaan lainnya;
  • Bahwa pernyataan Rostow mengenai ekonomi negara-negara di dunia akan saling mempelajari satu sama lain dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk pembangunan pada kenyataannya belum pernah terjadi.
  • Argumentasi Rostow wacana pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan.
  • Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa akan juga terjadi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
  • Bahwa sejarah pada kenyataannya tidak akan berulang dengan cara yang sama. Dengan kata lain, bahwa setiap pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia tidak selalu sama, tetapi justru punya karakteristik masing-masing.

CRITICAL REVIEW ATAS TEORI ROSTOW
Teori modernisasi berkembang di Amerika pada tahun 1950-an, yang diprakarsai oleh kaum intelektual sebagai respon dari perang dunia ke-2. Teori ini terlibat pada perang masbodoh antara ideologi sosialisme dengan kapitalisme (Fakih, 2001:53). Ideologi ini ditawarkan kepada para negara yang gres merdeka untuk dijadikan sebuah pedoman dalam pembangunan di negara-negara yang gres merdeka. Negara-negara yang gres merdeka menjadi materi perebutan untuk penerapan ideologi ini sehingga para negara penganut sosialisme dan kapitalisme ini berlomba dalam merebut hati negara-negara yang gres merdeka untuk menerapkan ideologi mereka.
Pada mulanya teori modernisasi merupakan sebuah gagasan wacana perubahan sosial. Kajian modernisasi ini ditekankan pada negara dunia ke-tiga yang mengkaji wacana perubahan sosial yang terjadi di dunia ke-tiga tersebut. Modernisasi sebagai gerakan sosial yang bersifat revolusioner(perubahan cepat dari tradisi ke modern), berwatak kompleks, sistematik, menjadi gerakan global yang mensugesti manusia, melalui proses yang bertahap, dan bersifat progresif (Fakih, 2001:53-54). Huntington (dalam Suwarsono dan So, 1994:21)  menyampaikan bahwa teori modernisasi merupakan anak dari metofora teori evolusi. Teori evolusi menjelaskan bahwa perubahan sosial intinya merupakan gerakan searah, linier, progresif dan perlahan-lahan, membawa perubahan pada masyarakat dari primitif ke modern, dan membuat masyarakat mempunyai bentuk dan strukur serupa (homogenitas).

Modernisasi Pembangunan melalui Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Pertumbuhan ekonomi yang diterangkan oleh Rostow merupakan perubahan secara bertahap. Rostow menjelaskan modernisasi melalui pertumbuhan ekonomi yang bertahap, yaitu ada lima tahap. Tahapan yang dilukiskan oleh Rostow mirip penerbangan pesawat yaitu masyarkat tradisional, prasyarat tinggal landas, tinggal landas, dewasa, dan konsumsi tinggi. Tahapan masyarakat tradisional merupakan tahapan dasar dimana Rostow mencirikan adanya ikatan kekeluargaan (gemeinschaft), pertanian merupakan salah satu sumber mata pencaharian penduduknya, kentalnya upacara-upacara adat, dan pembuatan monumen atau candi. Prasyarat tinggal landas merupakan tahapan kedua, pada tahapan ini yaitu proses transisi masyarakat. Proses ini dicirikan oleh Mulai menerapkan ilmu pengetahuan modern, peningkatan penggunaan modal dalam pertanian dan pertambangan, penanaman modal dipakai untuk membangun infrastruktur, adanya pendanaan terhadap enterprenenur  yang inovatif, dan adanya elite-elite gres (Jhingan, 2008:142).

Tahapan setelah prasyarat tinggal landas yaitu tinggal landas. Tahap tinggal landas ini merupakan tahapan yang penting, dimana pertumbuhan pada masa normal yaitu adanya suatu kesiapan untuk menuju modern dari tahapan sebelumnya yaitu tradisional. Syarat tinggal landas berdasarkan Rostow ada tiga yaitu, kenaikan laju investasi netto dari 5% dan melebihi 10% persen dari pendapatan nasional, pengembangan sektor-sektor penting dengan pertumbuhan ekonomi, dan kerangka budaya yang mendorong ekspansi. Investasi diharapkan pada tahap tinggal landas untuk mengantisipasi pertumbuhan penduduk di dunia ketiga sehingga output per kapita perlu ditingkatkan. Pengembangan sektor-sektor penting merupakan tulang punggung untuk menyokong pertumbuhan ekonomi disini mulai berkembangnya sektor-sektor manufaktur dan didukung oleh transportasi untuk menyokong pendistribusiannya. Kerangka budaya yang mendorong perluasan yaitu pada tataran sosial politik, yaitu masyarakat mempunyai harapan untuk mempermodern perekonomiannya melalui penguatan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya (Jhingan, 2008:144-147). Tahap tinggal landas yaitu tahapan dimana seorang penumpang pesawat menyiapkan segalanya untuk segera terbang lepas landas sehingga ketika ini merupakan saat-sat yang penting.

Tahap kedewasaan diamana masyarakat telah dengan efektif menerapkan serentetan teknologi modern terhadap keseluruhan sumber daya. Kedewasaan Ditandai dengan penerapan secara efektif teknologi, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, munculnya leading sector yang baru, struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan yaitu tenaga kerja yang terdidik menginisiasi untuk mendapat jaminan sosial, sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan, masyarakat merasa bosan dengan industrialisasi dan menginginkan perubahan lebih jauh. Tahap yang terakhir yaitu kala konsumsi tinggi, hal ini ditandai oleh mobilitas penduduk dari tempat pinggiran ke pusat kota, pemakaian barang-barang konsumen tahan usang di sektor rumah tangga, pemakaian sarana transportasi mirip kendaraan beroda empat dan motor yang meningkat, dan upaya pemenuhan kesejahteraan melalui jaminan sosial. Negara yang mengalami konsumsi tingga yaitu Amerika Serikat pada tahun 1920 diikuti Inggris pada tahun 1930-an, Jepang dan eropa barat pada tahun 1950-an.

Kritik Terhadap Pembangunan melalui Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Teori modernisasi yang dikembangkan Rostow melalui metafora pertumbuhan ekonomi dilakukan secara bertahap. Tahapan-tahapan yang bersifat linear ini mirip perkembangan insan dimana adanya suatu kelahiran menjadi belum dewasa yang tidak tahu apa-apa kemudian cukup umur dan masa renta yang terakhir mati. Proses yang bersifat ssistematis pada teori pertumbuhan Rostow ditemukan beberapa kritik mengenai tahapan-tahapan tersebut. Pada tahap masyarakat tradisional, tidak semua negara harus melewati tahap ini lantaran negara mirip Amerika, Kanada dan Australia tidak melalui tahap dari masyarakat tradisional. Negara tersebut merupakan negara pra kondisi atau pra syarat tinggal landas yang di warisi oleh inggris sehingga mereka tidak melalui tahapan masyarakat tradisional.

Terdapatnya kesemuan dari batas-batas pra syarat tinggal landas ke tinggal landas. Yaitu pada masa tingga landas masih banyak pengembangan pertanian untuk memupuk modal, sehingga tidak jelasnya batas-batas antara pra syarat tinggal landas dengann tinggal landas. Tahapan antar tahapan ini terlihat tumpang tindih lantaran tidak terlihat batas-batas atau waktu dari tahapan tersebut. Tahap tinggal landas berdasarkan Rostow diibaratkan dengan tahapan yang penting namun, tahapan tinggal landas juga merupakan tahapan yang kritis. Pada tahapan diharapkan investasi sebesar 5% hingga 10% untuk menyokong pendapatan nasional, hal ini mengambarkan terbukanya keran anutan dana asing. Terbukanya keran anutan dana aneh ini sanggup membuat ketergantungan terhadap negara tersebut lantaran Rostow membayangkan bahwa tahapan-tahapan ini berjalan mulus saja, ia tidak memerhatikan faktor-faktor lain mirip krisis global yang sanggup mensugesti negara-negara peserta anutan dana aneh tersebut. Kemudian jadwal tinggal landas yang tidak pasti, pada teladan kasus di India yang ditargetkan tinggal landas pada tahun 1932 namun gres diterbitkan pada tahun 1952 sedangkan Rostow menargetkan untuk tinggal landas memerluka waktu dua dasawarsa (Jhingan, 2008:151).


Tahapan yang begitu linear ini tidak harus dilakukan secara sedikit demi sedikit Rostow menilai pembangunan dengan sedikit demi sedikit sedangkan ada pembangunan pada salah satu negara yang tidak melalui tahap-tahap tersebut. Teori ini juga tidak memerhatikan kedaan sosial-budaya dari masyarakat dunia ke-tiga, teori ini diterapkan pada negara-negara dunia pertama, sedangakan antara negara dunia pertama dan dunia ke-tiga mempunyai pengalaman yang berbeda. Negara dunia ke-tiga mempunyai pengalaman-pengalaman kolonialisme sedangkan negara duni pertama tidak mengalami pengalaman tersebut. Pada tahap tinggal landas di negara kurang pintar bahwa Rostow berpendapat  penggangguran harus diatasi sehingga mengangkat pertumbuhan menuju swadaya (Jhingan, 2008:153). Penggangguran sanggup disebabkan lantaran spread effect dari pertumbuhan ini tidak sanggup menyebar pada seluruh lapisan sehingga ada golongan-golongan yang tertinggal sehingga menimbulkan pengangguran. Secara ideologis teori ini juga terlibat dalam perang masbodoh lantaran teori ini untuk merebut hati negara-negara kurang pintar yang gres merdeka. Adanya induksi dari negara-negara yang sedang berkonflik untuk membuktikan kekuatan melalui ideologi-ideologi yang mereka tawarakan pada negara yang gres merdeka. Model teori pertumbuhan ekonomi Rostow ini merupakan pecahan dari teori modernisasi. Teori yang mempunyai sifat pengujian sudah masuk akal apabila tiap teori mempunyai kritik tersendiri sehingga teori tersebut merupakan suatu diskursus.

Demikianlah materi tentang Teori Rostow yang sempat kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak materi seputar Macam-Macam Pasar Modal yang telah kami posting sebelumnya. supaya materi yang kami berikan sanggup membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.

Jangan Lupa Tinggalkan Komentar…!!!

Sumber http://ilmumanajemenakuntansi.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Teori Rostow"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel