-->

iklan banner

Teori Sikap Konsumen

Teori Perilaku Konsumen - Teori sikap konsumen yaitu teori yang menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang,dengan pendapatan tertentu dan harga barang tertentu pula sedemikian rupa semoga konsumen mencapai tujuannya.Tujuan konsumen untuk memperoleh manfaat atau kepuasan sebesar-besarnya dari barang-barang yang dikonsumsi (maximum satisfaction). Dan,teori ekonomi menganggap bahwa maximum satisfaction itu yaitu tujuan final konsumen.
Sebelum kita mempelajari wacana tingkah laris konsumen lebih lanjut, ada baiknya kita mengetahui beberapa anggapan - anggapan sederhana yang biasa menjadi patokan untuk menganalisa pembentukan garis seruan dari suatu barang secara lebih tepat, tanpa menyimpang dari realitas ekonomi.
  1. Barang dan jasa yang dikonsumsi biasanya disebut komoditi. Komoditi yaitu sesuatu yang memperlihatkan jasa konsumsi ( consumption services ) terhadap konsumen persatuanwaktu tertentu. 
  2. Setiap konsumen dianggap tahu macam barang dan jasa yang tersedia di pasar, kapasitasteknis masing - masing barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan konsumen dan tingkat harga masing - masing.
  3. Konsumen dianggap tahu secara niscaya mengenai jumlah uang yang akan dibelanjakanya selama periode perencanaan tertentu.
Teori tingkah laris konsumen sanggup dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu: 
  1. Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal 
  2. Pendekatan nilai guna ordinal 

 Teori sikap konsumen yaitu teori yang menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi Teori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku Konsumen
1. Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal 
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen sanggup dinyatakan secara kuantitif/dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi aneka macam macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit suplemen dari aneka macam jenis barang akan memperlihatkan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh sebab itu keseimbangan konsumen sanggup dicari dengan pendekatan kuantitatif.

Para andal ekonomi mempercayai bahwa utility merupakan ukuran kebahagian. Utility dianggap bahwa ukuraan kemampauan barang / jasa untuk memuaskan kabutuhan. Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen tergantung dari jenis barang atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi. Sehingga sanggup ditunjukan oleh fungsi sebagai berikut :

U = f ( X1, X2, X3………, Xn ) 
U : besar kecilnya kepuasan:
X : jenis dan jumlah barang yang dikonsumsi.

Besar kecilnya kepuasan yang diperoleh konsumen tergantung pada jenis dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi. 

2. Pendekatan nilai guna ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva indeference: manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak sanggup diukur. Pendakatan ini muncul sebab adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak mempunyai kelebihan.

3. Persamaan kardinal dan ordinal
Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula semoga konsumen mencapai tujuannya (maximum utility) .


B. TEORI NILAI GUNA ( UTILITY )

1. Pengertian Teori Nilai Guna (utility)
Teori nilai guna atau utility yaitu teori ekonomi yang mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan barang-barang. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka semakin tinggi nilai guna atau utility-nya. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang maka utilitynya semakin rendah pula.

Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian: 
  • Marginal utility (kepuasan marginal). Yaitu pertambahan/pengurangan kepuasan sebagai akhir adanya pertambahan/pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu.
  • Total utility (total utility). Yaitu keseluruhan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah barang-barang tertentu.

Sementara M Abraham Garcia-Torres dalam Consumer Behaviour Theory: Utility Maximization and the seek of Novelty membagi nilai guna menjadi dua. Berdasarkan dua tindakan ekonomi yang dilakukan konsumen, Dua tindakan ini saling berafiliasi :
  • Nilai Guna Keputusan (Decision Utility) yang berafiliasi dengan Tindakan pembelian (Action of Purchasing). Dalam tindakan pembelian konsumen membeli beberapa barang pada waktu yang bersamaan. dan sebelum melaksanakan pembelian konsumen harus memutuskan barang yang mana yang akan ia beli.
  • Nilai Guna Pengalaman (Experienced Utility) Yang berafiliasi Dengan Tindakan Konsumsi (Action of Consumption) dengan kapasitas pemenuhan kepuasan dari barang tersebut.

2. Marginal utility ( kepuasan marginal )
Yaitu pertambahan / pengurangan kepuasan sebagai akhir adanya pertambahan/pengurangan penggunaan satu unit barang tertent Secara matematis sanggup dicari dengan rumus : 

MUx = Marginal Utility pada kepuasan barang ke-x (n barang)
MU = Marginal Utility
U = utility
X = barang yang dikonsumsi

Hukum marginal utility yang semakin menurun/Law of Diminishing Marginal Utility: “apabila suplemen nilai guna yang akan diperoleh dari seseorang dari mengkonsumsi suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya dan pada kesannya suplemen nilai guna tersebut akan menjadi negative”.

Konsep nilai guna (utility) bisa menjelaskan kelemahan berupa paradok antara kegunaan suatu barang dengan harganya. Seperti wacana durian, dimana hingga titik tertentu Anda tidak mau lagi memakannya, bahkan jikalau buah durian itu diberikan secara gratis. Hal ini memperlihatkan bahwa suplemen kepuasan yang diberikan dari tiap suplemen unit barang yang dikonsumsi semakin berkurang. Inilah yang disebut Law of Diminishing Marginal Utility.

Contoh ;
Surplus konsumen terjadi jikalau harga yang dibayarkan oleh konsumen terhadap suatu barang lebih tinggi dari harga pasarnya. Surplus konsumen akan terus naik jikalau konsumen terus membeli produk hingga unit tertentu dan menghentikannya, sebab jikalau diteruskan konsumen tidak akan mendapatkan surplus lagi.

3. Pemaksimuman Nilai Guna
Setiap orang berusaha memperoleh dan untuk memaksimumkan kepuasan dari barang yang dikonsumsinya. Jika hanya terdapat 1 jenis barang pemaksimuman nilai guna tidaklah rumit dalam pengukurannya. Tetapi pemaksimuman nilai guna akan rumit apabila lebih dari 1 jenis barng. Kerumitan tersebut diakibatkan oleh adanya perbedaan harga masing-masing barang. Oleh sebab itu syarat pemaksimuman nilai guna tidak lain yaitu setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit suplemen dari aneka macam jenis barang,harus memperlihatkan nilai guna yang sama besarnya. 

4. Efek Penggantian
Perubahan harga suatu barang akan mengubah nilai marjinal utility/rupiah dari barang yang mengalami perubahan harga tersebut apabila harga suatu barang makin naik maka nilai marginal rupiah akan semakin rendah dan sebaliknya apabila suatu barang mengalami penurunan harga maka nilai marginal utility/rupiah akan semakin tinggi. 

Beberapa alasan yang menyebabkan suatu barang harganya menjadi mahal yaitu kelangkaan dan biaya produksi. Air jauh lebih gampang didapat dari barang lain, intan misalnya. Sehingga masuk akal jikalau intan lebih mahal daripada air sebab intan jauh lebih langka. Demikian juga dengan biaya produksi untuk mendapatkan air jauh lebih murah daripada biaya produksi intan.

5. Efek Pendapatan
Efek pendapatan terjadi dari berubahnya harga suatu barang (naik atau turun). Jika harga barang X naik, maka suplemen kepuasan dari mengkonsumsi satu unit barang tersebut menjadi turun per harga barangnya. Hal ini menyebabkan turunnya seruan akan barang X. Sebaliknya jikalau harga barang Y turun, maka suplemen kepuasan dari mengkonsumsi satu unit barang tersebut menjadi naik per harganya, sehingga seruan akan barang Y naik. Jika pendapatan tidak berubah (tetap) sedangkan harga barang mengalami kenaikan maka pendapatan rillnya mengalami penurunan.

6. Keseimbangan Konsumen
Seorang konsumen dikatakan dalam kondisi seimbang jikalau telah mengalokasikan dananya yang terbatas diantara aneka macam macam barang dan jasa sedemikian rupa sehingga realokasi dana tidak akan menaikan total utility yang diperolehnya dari konsumsi barang tersebut. Berarti dalam konsdisi ini konsumen telah membelanjakan semua dananya dan kepuasan yang diperoleh yaitu maksimum. 

M = Qx . Px + Qy . Py
U = f (Qx, Qy)
Q = jumlah barang yang dikonsumsi
P = harga barang 
U = total Utility
M = Kepuasan Maksimal

Jadi bisa dikatakan bahwa pada ketika konsumen mencapai keseimbangan semua dana telah dibelanjakan dan memperlihatkan suatu tingkat kepuasan maksimum, sehingga kepuasan yang didapat dari tiap rupiah terakhir yang dibelanjakan pada aneka macam komoditi yaitu sama sebab berlakunya hokum Law of Diminishing Marginal Utility. 

7. Menurunkan Fungsi Permintaan
Untuk sanggup menurunkan fungsi seruan linier suatu barang kita memerlukan dua kondisi keseimbangan konsumen . dimana keseimbangan berubah sebab adanya perubahan harga barang tersebut Cateris Paribus. Kondisi Cateris Paribus diharapkan disini sebab adanya fungsi seruan yang berubah hanya harga barang dan jumlah yang diminta dari barang tersebut. Sedangkan variable – variable lain dianggap tetap. 
Kurva seruan suatu barang sanggup diturunkan dengan mencari 2 titik keseimbangan konsumen dimana yang berubah hanya harga barang tersebut, sedangkan hal – hal yang lain tetap. 
C. NILAI GUNA, BENTUK DAN BERHENTINYA KEBIASAAN

Menurut M Abraham Garcia-Torres, Nilai Guna pada barang yang sama, dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu : 

1. jangk waktu konsumsi barang yang sama.

1. Jangka Waktu Konsumsi Barang
Jika jangka waktu konsumsi cukup usang maka ingatan konsumen harus bekerja lebih keras untuk membangkitkan pengalaman yang lalu. kemudian konsumen akan sanggup menikmati konsumsi berikutnya. sebab jangka waktu berkurang, konsumen akan mencicipi kebosanan pada barang yang sama. 

2. Daya Ingat Konsumen
Memori yang lebih tinggi dan waktu yang lebih usang diharapkan antara konsumsi untuk barang yang sama. Pembuktian fakta ini, yaitu bentuk kebiasaan yang lebih besar lengan berkuasa antara orang bakir balig cukup akal dan anak - anak. Dua kelompok ini sanggup mengkonsumsi barang yang sama , atau melaksanakan hal yang sama tapi mengalami kebosanan sehabis jangka waktu yang berbeda, yaitu orang bakir balig cukup akal lebih cepat bosan daripada anak- anak. 

3. Kualitas Barang
Peningkatan kualitas barang (ceteris paribus) akan menyebabkan peningkatan nilai guna pengalaman.
Lalu bagaimana kebiasaan terbentuk? Konsumen mempelajari seberapa usang waktu yang ia perlukan antara konsumsi yang satu dengan berikutnya. jikalau ia bisa mengkonsumsi barang tersebut selamaya.

Bagaimana ia bisa menghentikan kebiasaan tersebut? Jika dalam proses perkembangan kebiasaan ia berbuat kesalahan dan menurunkan waktu konsumsi barang , kemudian otaknya akan membuatkan rasa bosan pada barang tersebut. Rasa bosan tersebut mungkin semacam ia tidak ingin mengkonsumsi barang itu lagi dalam jangka waktu yang usang dan selamanya. Pada poin ini ia kan menghentikan kebiasaan . menurut alasan ini kita bisa mengelompokan kebiasaan konsumsi ini sebagai berikut :

a. Kecanduan : yaitu tindakan konsumsi barang dalam jangka waktu yang usang dan tidak bisa dihindari. kecanduan biasanya terjadi pada Narkoba dan berjodi. tapi beberapa masyarakat masih mendapatkan beberapa kecanduan ibarat pada teh, kopi, rokok dan seterusya yang dianggap sebagai kebiasaan. 

b. Kebiasaan infinit : yaitu tindakan konsumsi barang dimana konsumen berguru bagaimana untuk menghabiskanya. Ini berarti ia telah mencapai jangka waktu yang sempurna untuk mengkonsumsi barang tersebut tanpa menjadi bosan. Kebiasaan infinit bisa berkembang menjadi kebiasaan sesaat jikalau ia melaksanakan kesalahan dengan mengkonsumsi barang tersebut terlalu banyak dalam jangka waktu yang singkat. begitu pula kebiasaan sesaat bisa menjadi Kebiasaan infinit jikalau ia berusaha menggunakanya dengan semestinya. Dengan kata lain pembagian terstruktur mengenai mungkin saja berubah setiap ketika .Tapi secara sederhan kita bisa menyimpulkan bahwa jangka waktu antara konsumsi barang yang sama yaitu tetap. Dengan begitu kita bisa memahami dinamika Preferensi.

c. kebiasaan sesaat : yaitu tindakan konsumsi terhadap suatu barang yang akan memperlihatkan nilai guna kepada konsumen hanya untuk sesekali. sehabis itu ia akan bosan pada barang tersebut. kalau sudah begitu ia akan mempunyai dua pilihan, tidak memakai barang itu lagi atau mencoba untuk mencari barang sejenis dengan kualitas yang lebih baik dan masih memperlihatkan ia nilai guna.

d. Mencari kenikmatan gres : konsumen membeli hanya sebab rasa ingin tahu, dan akan menikmati hingga kesenanganya hilang.ketika kesenanganya berlalu maka barang itu sudah tidak berkhasiat lagi bagi dia. Bagaimana komoditas gres bisa meningkatkan nilai guna konsumsi? Dari Sudut Pandang konsumen, ini merupakan rangsangan gres yang menciptakan mereka ingin mempunyai pengalaman lebih banyak dan menciptakan mereka merasa nyaman. Kebanyakan rangsangan ini kita dapatkan lebih dari satu hari. rangsangan ini bukan berasal dari belanja tapi bisa jadi dari pekerjaan, kita sendiri, dari sobat keluarga dan lain-lain. Tapi untuk kini dan akan tiba kita juga mendapatkan rangsangan dari koran, buku baru, kaos gres dan sesuatu yang kita beli. 

Kenikmatan gres yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi Decision Utility. kenikmatan gres menciptakan barang menjadi penting. tapi kenikmatan tersebut akan hilang seiring pertamabahan waktu. Ada juga nilai intrinsik yang ditawarkan oleh barang kepada konsumen dalam kapsitasnya membangkitkan nilai hedonistik positif. Dalam hal ini barang sangat potensial untuk menjadi kebiasaan. Pertama kali seseorang merokok, ia melakukanya sebab itu yaitu hal yang gres bagi ia dan ia ingin mencoba. Tapi sekali Kenikmatan itu hilang, kecanduan barang akan menciptakan konsumen terus mengkonsumsi barang tersebut. Perokok biasa membeli rokok bukan sebab kesenangan tapi sebab ia sudah tidak bias meninggalkanya.

D. KONSUMSI DAN PEMBELIAN
Tidak ada yang abadi. Tidak ada sebuah barang didunia ini yang kekal. Meskipun mungkin saja ada barang yang awet.. kemudian apa saja yang menciptakan nilai guna dari suatu barang berakhir ?
  1. Secara Fisik habis sebab dikonsumsi
  2. Rusak
  3. Kita bosan dengan barang tersebut.
Ada beberapa barang yang bisa dinikmati dalam waktu singkat. jikalau konsumen suka maka ia akan membelinya lagi. Ada juga barang setengah awet dan barang awet, nilai guna pengalaman akan meluas seiring bertambahnya waktu. ketika konsumen membeli mobil, meja dan menikmatinya selama bertahun - tahun. intinya barang-barang ini tidak termasuk dalam daftar belanjaan biasa.

Nilai guna positif yang didapat dari barang setengah awet dan barang awet berati bahwa konsumen mempunyai kebiasaan infinit pada barang tersebut. Sebagai contoh, Sebuah meja bisa meberikan nilai guna positif sebab bisa dipakai untuk duduk ketika sedang makan, membaca atau bekerja. jikalau kemampuan meja tersebut untuk membangkitkan kebiasaan tersebut berakhir sebab rusak, berarti untuk memenuhi kebiasaan tersebut kita harus membeli meja baru. Dengan kebutuhan untuk membeli meja gres tersebut seorang konsumen mempengaruhi Ekonomi. Penyebab pembelian meja tersebut yaitu kebiasaan konsumen untuk mendapatkan nilai guna dari sebuah meja. Seberapa cepat seorang konsumen menjadi bosan dengan barang mempunyai dampak pribadi terhadap ekonomi. Penurunan secara terus menerus pada jarak antar konsumsi menghasilkan peningkatan pengeluaran pada konsumsi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Berdasar tiga hal yang mempengaruhi kemampuan pemuasan dari suatu barang, dua hal yaitu bersifat fisik dan satunya tergantung otak konsumen. Makara disini ada poin penting, kecepatan dalam perubahan barang yang tidak menjadi rusak. Dasar ini sangat penting dan mungkin terbukti ditentukan secara sosial. kita juga bisa menyimpulkan bahwa dasar ini bisa mempengaruhi pertumbuhan dalam ekonomi. Di negara berkembang sebuah meja mungkin akan dipakai hingga rusak, sementara di negara maju meja kan diganti ketika sudah ketinggalan jaman. 

Daya tahan dan keawetan mungkin ditentukan sang produsen. ini juga mempengaruhi pertumbuhan. Makara cara untuk menciptakan Permintaan tetap, bukan dengan menciptakan barang yang sangat awet. Kita mabil pola Handphone, beberapa orang kini mungkin menunjukan bahwa seruan telah terpenuhi. tapi berapa usang sih masa hidup sebuah HP ? kebanyakan empat hingga 5 tahun. Masih menjadi misteri mengapa tidak ada satu saja perusahaan yang menciptakan ponsel lebih tahan banting malah kebanyakan menciptakan ponsel dengan menambahkan banyak fitur. Ini menunjukan kalau pembuat ponsel mencoba menghindari berkurangnya seruan pasar terhadap ponsel sebab ponsel terlalu awet. 

Sekarang kita beralih dari satu orang konsumen kepada konsumsi sebuah negara. Anggap saja konsumen selalu stabil dalam penggantian barang ( misal ,mereka mengganti meja tiap sepuluh taun atau berapapun tapi konstan pada tiap konsumen). kita anggap juga daya tahan barang rata - rata sama., harga barang sama dan pendapatan konsumen juga sama. konsumen hanya bisa memutuskan berapa banyak mereka ingin beli dan berapa banyak mereka ingin tabung. Jika kita bisa mendapatkan semua konsumen berada pada situasi ini, Berarti tidak ada lagi kemungkinan pilihan lain selain peningkatan pertumbuhan yang tidak berasal dari generasi dengan kebiasaan baru. Maka produsen akan mencoba untuk menemukan sesuatu tanpa tujuan awal produksi “menghasilkan banyak dengan input seedikit”. Tapi dengan tujuan meyakinkan konsumen yang benar-benar butuh barang baru. Hanya jikalau konsumen mumutuskan untuk membeli lebih banyak barang, GDP akan meningkat. Ini menunjukan bahwa perubahan kualitas barang juga akan mempengaruhi peningkatan GDP, tapi jikalau peningkatan kualitas tanpa diikuti peningkatan harga maka GDPnya akan sama.

E. TEORI PREFERENSI KONSUMEN
Ketika mengkonsumsi sejumlah komoditi dalam periode tertentu, Setiap konsumen akan mendapatkan kepuasan (satisfaction) atau guna (utiliTy). Setiap konsumen selalu berusaha untuk mendapatkan tingkat kepuasan semaksimal mungkin dari sejumlah pengeluaran yang sudah mereka lakukan. untuk keperluan tersebut setiap konsumen harus bisa menciptakan urutan (rank) dari semua untaian komoditi yang ada. Mereka harus bisa menentukan untaian komoditi mana yang lebih mereka pilih, mana yang tidak dan mana yang relatif jikalau dibandingkan dengan yang lain. 

Di dalam menciptakan Urutan preferensi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi :
1. Untuk setiap dua untai komoditi, misalkan A dan B, jikalau A memberi kepuasan yang lebih besar Maka A yang harus dipilih dan bukan B, dan sebaliknya. Bila A dan B memperlihatkan kepuasan yang sama Maka konsumen bisa menentukan A atau B ( A dan B indiferen )

2. Bila A dipilih dan bukan B, sedangkan B harus dipilih dan bukan C, maka A harus dipilih dan Bukan C. (berlaku kekerabatan yang bersifat Transitif )

3. Bila untaian komoditi A terdiri dari unsur - unsur yang sama dengan B, sedangkan untuk setiap unsurnya A lebih besar daripada B, maka A harus dipilih dan bukan B. tapi bila sebagian unsur - unsur saja yang lebih besar sedangkan unsur - unsur yang lain lebih kecil atau sama, maka belum tentu A harus dipilih jikalau dibandingkan B.

Pendekatan Kurva Indeferens 
Pendekatan kurva indeferens (ordinal utility) memakai pengukuran ordinal dalam menganalisis pilihan konsumen dan menurunkan fungsi permintaan. Pendekatan ordinal mengasumsikan bahwa konsumen bisa menciptakan urutan-urutan kombinasi barang yang akan dikonsumsi menurut kepuasan yang akan diperolehnya tanpa harus menyebutkan secara absolut. Pendekatan ordinal dipakai dengan memakai analisis kurva indiferensi. Kurva indiferensi yaitu kurva yang memperlihatkan aneka macam titiktitik kombinasi dua barang yang memperlihatkan kepuasan yang sama.

Asumsi-asumsi Pendekatan Kurva Indeferens
  • Konsumen mempunyai pola preferensi akan barang-barang konsumsi yang dinyatakan dalam bentuk peta indiferensi.
  • Konsumen mempunyai dana dalam jumlah tertentu.
  • Konsumen selalu berusaha untuk mencapai kepuasan maksimum.
  • Semakin jauh dari titik origin, maka kepuasan konsumen semakin tinggi.
Ciri-ciri Kurva Indiferens:
  • Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yang satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi)
  • Cembung ke arah titik origin, memperlihatkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution)
  • Tidak saling berpotongan, mustahil diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda.
Karakteristik Kurva Indiferens

Kurva indiferensi mempunyai karakteristik atau ciri-ciri umum sebagai berikut:

  • Memiliki kemiringan yang negatif, Bila jumlah suatu barang dikurangi maka jumlah barang yang lain harus ditambah semoga sanggup memperoleh tingkat kepuasan yang sama.
  • Tidak sanggup berpotongan, Perpotongan antara dua kurva indiferensi mustahil terjadi.
  • Cembung terhadap titik origin
Garis Anggaran (Budget Line)
Garis anggaran yaitu garis yang memperlihatkan jumlah barang yang sanggup dibeli dengan sejumlah pendapatan atau anggaran tertentu, pada tingkat harga tertentu.
Salah satu syarat yang dibutuhkan semoga seorang konsumen sanggup mengkonsumsi barang dan jasa yaitu mempunyai pendapatan untuk dibelanjakan.

Daya beli seorang konsumen dalam melaksanakan seruan terhadap barang dan jasa dipengaruhi oleh:
  • pendapatan yang dimiliki
  • harga barang yang diinginkan.
Bila diandaikan bahwa hanya ada 2 barang yang dikonsumsi maka secara matematis persamaan garis anggaran sanggup ditulis sebagai berikut :
PxQx + Py Qy = I

Dimana :
Px = harga barang X
Py = harga barang Y
Qx = jumlah barang X
Qy = jumlah barang Y
I = pendapatan konsumen

Ciri-ciri Garis Anggaran
  • Berslope negative
  • Berbentuk linier selama harga tidak berubah
  • Nilai dari garis anggaran semakin ke kanan semakin besar
  • Garis anggaran akan bergeser jikalau terjadi perubahan anggaran atau harga

Pilihan Konsumen
Seorang konsumen akan menentukan sekelompok barang yang memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada hambatan anggaran yang ada. Sekelompok barang yang memperlihatkan tingkat kepuasan tertinggi tersebut harus memenuhi 2 syarat :
  • Keadaan tersebut terjadi pada ketika kurva indeferens tertinggi bersinggungan dengan garis anggarannya.
  • Keadaan tersebut akan terjadi pada titik singgung antara kurva indeferens tertinggi dengan garis anggaran.

Sekelompok barang yang memaksimunkan kepuasan konsumen tersebut ditunjukkan oleh titik C pada gambar 4.5. titik E juga terletak di dalam tempat anggaran tetapi di bawah kurva indeferens. Sedangkan titik F di atas kurva indeferens tetapi titik di dalam tempat anggaran.

Syarat keseimbangan : MRS = Px/Py
Titik C pada gambar 4.5 merupakan titik singgung antara kurva indeferens dengan garis anggaran. Oleh sebab itu, slope kedua kurva tersebut harus sama pada titik tersebut.

Slope kurva indeferens = (-DY/DX) = - MRS
Slope garis anggaran = - Px/Py

Oleh sebab itu, pada titik C

- MRS = -Px/Py

MRS = Px/Py

Titik C merupakan titik keseimbangan di dalam pola tersebut. Konsumen tidak mempunyai rangsangan (insentif) untuk mengubah kombinasi barang-barang yang dipilihnya. Dengan kata lain, tidak ada kombinasi lain yang bias dicapai yang memperlihatkan tingkat kepuasan yang sama dengan hambatan anggaran yang ada.

Contoh : Jika MRS = 4 pada titik E (Gambar 4.5), dan rasio Px/Py = 2, maka kelompok barang tersebut tidak memaksimumkan tingkat kepuasan, sebab MRS > Px/Py.

Apakah konsumen akan membeli barang X yang lebih banyak dan barang Y yang lebih sedikit untuk memaksimumkan tingkat kepuasannya, ataukah sebaliknya? Kurva indiferens tersebut lebih curam daripada garis anggaran; oleh sebab itu, MRS lebih besar dari rasio Px/Py. Konsumen tersebut sanggup mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi dengan mengkonsumsikan barang X yang lebih banyak dan barang Y yang lebih sedikit, sebab MRS akan turun jikalau konsumsi barang X naik.

MRS sebesar 4 mempunyai arti bahwa konsumen bersedia untuk meukarkan 4 unit barang Y untuk 1 unit barang X. Rasio harga sebesar 2 tersebut mempunyai arti bahwa masyarakat bersedia untuk mempertukarkan 2 unit barang Y untuk 1 unit barang X. Jika konsumen tersebut mengurangi konsumsi barang Y sebesar 4 unit ia sanggup menaikkan konsumsinya akan barang X sebesar 2 unit. 4 unit barang Y yang bisa digantikan oleh 1 unit barang X dan konsumen tetap pada kurva indiferens yang sama. Oleh sebab itu 2 unit barang X akan menempatkan konsumen pada suatu kurva indiferens yang lebih tinggi.

Pengaruh Perubahan Pendapatan dan Harga
Pergeseran garis anggaran akan mengubah keseimbangan jumlah barang X dan Y yang dikonsumsi. Jika harga barang Y naik, garis anggaran akan berpuatar dari BB ke B’B. Tingkat konsumsi barang-barang yang memaksimumkan kepuasan akan bergeser dari C menjadi C’ (Gambar 4.6)

Penurunan Kurva Permintaan
Kurva indiferens sanggup dipakai untuk menurunkan kurva permintaan, baik secara grafis maupun matematis. Penurunan tersebut dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama, gambarkan kurva konsumsi-harga (price consumption curve = PCC). Tahap kedua, gambarkan kembali kombinasi-kombinasi harga-kuantitas dari PCC tersebut. Perhatkikan kekerabatan antara krva indiferens dengan kurva permintaan. Kuantitas-kuantitas pada kurva seruan yaitu jumlah barang yang dibeli (dikonsumsi) yang memaksimumkan kepuasan konsumen pada aneka macam tingkat harga, cateris paribus.

Kuantitas yang dipilih tergantung pada Tingkat Harga
Kurva konsumsi-harga (PCC) merupakan kumpulan barang (barang X dan Y) yang memaksimumkan kepuasan konsumen pada aneka macam tingkat harga barang X, dengan menganggap pendapatan dan harga barang lainnya (barang Y) tidak berubah.Untuk menggambarkan PCC barang X, pertama kali kita tentukan kelompok barang yang optimal jikalau harga barang X tersebut berubah-ubah. Kemudian kita hubungkan kelompok barang-barang yang optimal tersebut melalui sebuah garis. Garis ini yaitu kurva konsumsi-harga (PCC). Perhatikan semua garis anggaran pada Gambar 4.7 berputar melalui titik A sebab kita menganggap bahwa pendapatan dan harga barang Y tidak berubah.

Penggambaran kembali Harga dan Kuantitas
Kombinasi-kommbinasi antara harga dan kuantitas pada PCC sanggup digambarkan pada sumbu harga dan kuantitas untuk mendapatkan kurva seruan (Gambar 4.8). Kurva tersebut akan memperlihatkan aneka macam kuantitas suatu barang yang akan dibeli konsumen pada aneka macam tingkat harga, cateris paribus. Ini merupakan pengertian dari kurva permintaan.


Demikianlah materi tentang Teori Perilaku Konsumen yang sempat kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak materi seputar Kelompok Bank Syariah yang telah kami posting sebelumnya. semoga materi yang kami berikan sanggup membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.

Jangan Lupa Tinggalkan Komentar…!!!

Sumber http://ilmumanajemenakuntansi.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Teori Sikap Konsumen"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel