✔ Pemerintahan Abubakar As Siddiq Ra
KATA PENGANTAR
Tiada kata terindah selain mengucap puji syukur atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penyusun dalam menuntaskan makalah ini. Tak lupa salawat dan taslim tercurah kepada junjangan Baginda Rasulullah atas tuntunan cahaya imani yang diberikan, salam dan salawat terkirim pula kepada keluarga Nabi Muhammad dan para Sahabatnya.
Makalah ini disusun guna sebagai kiprah dan memperdalam pengetahuan pada mata kuliah Studi Islam (Manajemen Kepemimpinan Dalam Islam), dalam makalah ini penyusun mengangkat Judul Manajemen/Pemerintahan Abu Bakar.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, saran dan kritik tentunya tetap diperlukan dari para pembaca lantaran makalah ini masih mamilki banyak kekurangan.
Maros, 04 Oktober 2012
P e n y u s u n
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan Sejarah peradaban Islam semenjak wafatnya Nabi Muhammad saw mulai mengalami kemajuan yang begitu pesat. Hal ini terjadi, semenjak kepemimpinan Islam mulai dipegang para Khulafaur Rasyidin yang ditunjuk umat Islam eksklusif pada masa itu.
Masa kemudian perjalanan sejarah Islam merupakan belantara luas yang banyak dari bagian-bagian sejarah usaha Islam itu sendiri. Ruang lingkup Sejarah Peradaban Islam yang sangat luas itu terbentang pula dalam jangka waktu yang lama, yakni semenjak Nabi Muhammad saw diutus ke dunia ini, hingga estafet usaha penyebaran Islam itu dilanjutkan para Khulafur Rasyidin, hingga berlanjut dari Dinasti ke dinasti kekhalifahan Islam yang berbentuk monarki absolute, hingga berakahirnya masa keemasan Islam itu sendiri, dan berkembang menjadi terpecah belah hingga hingga kini ini.
Pada Masa Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin itulah Islam mulai membuka diri terhadap dunia luar dengan mengadakan beberapa perluasan wilayah kekuasaan. Para Khalifah tersebut menjalankan pemerintahan dengan bijaksana, lantaran dekatnya hubungan pribadi mereka dengan Nabi Muhammad saw dan otoritas keagamaan yang mereka miliki. Kekhalifahan awal ini secara politik didasarkan pada komunitas muslim Arabia dan pada kekuatan kesukuan bangsa Arab yang berhasil menundukkan imperium Timur Tengah.
Abu Bakar yang secara demokratis terpilih menjadi pemimpin umat Islam menggantikan setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Rasa semangat ukhuwah Islamiyah yang dijiwai sikap demokratis tersebut sanggup dibuktikan adanya masing-masing pihak mendapatkan dan mau membaiat Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Abu Bakar
Abu Bakar As Siddiq lahir pada tahun 568 M atau 55 tahun sebelum hijrah. Dia merupakan khalifah pertama dari Al-Khulafa'ur Rasyidin, sobat Nabi Muhammad SAW yang terdekat dan termasuk di antara orang-orang yang pertama masuk Islam (as-sabiqun al-awwalun). Nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Kuhafah at-Tamini.
Pada masa kecilnya Abu Bakar berjulukan Abdul Ka'bah. Nama ini diberikan kepadanya sebagai realisasi nazar ibunya sewaktu mengandungnya. Kemudian nama itu ditukar oleh Nabi Muhammad SAW menjadi Abdullah bin Kuhafah at-Tamimi. Gelar Abu Bakar diberikan Rasulullah SAW lantaran ia seorang yang paling cepat masuk Islam, sedang gelar as-Siddiq yang berarti 'amat membenarkan' ialah gelar yang diberikan kepadanya lantaran ia amat segera memberikrar Rasulullah SAW dalam banyak sekali macam peristiwa, terutama insiden "Isra Mikraj".
Ayahnya berjulukan Usman (juga disebut Abi Kuhafah) bin Amir bin Amr bin Saad bin Taim bin Murra bin Kaab bin Luayy bin Talib bin Fihr bin Nadr bin Malik. Ibunya berjulukan Ummu Khair Salma binti Sakhr. Garis keturunan ayah dan ibunya bertemu pada neneknya berjulukan Kaab bin Sa'd bin Taim bin Muarra. Kedua orang tuanya berasal dari suku Taim, suku yang melahirkan banyak tokoh terhormat.
Sejak kecil ia dikenal sebagai anak yang baik dan sabar, jujur, dan lemah lembut, dia merupakan lambang kesucian dan ketulusan hati. Sifat-sifat yang mulia itu menciptakan ia disenangi oleh masyarakat. la menjadi sobat Nabi Muhammad SAW semenjak keduanya masih remaja. Setelah cukup umur ia mencari nafkah dengan jalan berdagang dan ia dikenal sebagai pedagang yang jujur, berhati suci dan sangat dermawan, dan ia dikenal sebagai pedagang yang sukses.
Selain itu, Abu Bakar ialah seorang pemikir Makkah yang memandang penyembahan berhala itu suatu kebodohan dan kepalsuan belaka, ia ialah orang yang mendapatkan dakwah tanpa ragu dan ia ialah orang pertama yang memperkuat agama Islam serta menyiarkannya. Di samping itu ia suka melindungi golongan lemah dengan hartanya sendiri dan kelembutan hatinya. Di samping itu, Abu Bakar dikenal mahir dalam ilmu nasab (pengetahuan mengenai silsilah keturunan). la menguasai dengan baik banyak sekali nasab kabilah dan suku-suku arab.
Dalam usia muda itu ia menikah dengan Qutailah binti Abdul Uzza. Dan perkawinannya ini lahir dua orang anak berjulukan Abdur Rahman dan Aisyah. Kemudian setelah di Madinah ia menikah dengan Habibah binti Kharijah, setelah itu menikah dengan Asma' binti Umais yang melahirkan Muhammad.
B. Proses Pengangkatan Abu Bakar
Berita wafatnya Nabi Muhammad SAW (632 M), bagi para sobat dan kaum Muslimin ialah ibarat petir di siang bolong lantaran sangat cinta mereka kepada beliau. Apalagi bagi para sobat yang biasa hidup bersama di bawah asuhan beliau. Mereka paling diperlihatkan ialah beliau, sehingga ada orang tidak percaya akan kabar wafatnya beliau.
Di antaranya ialah sobat Umar bin Khattab yang dengan tegas membantah setiap orang yang membawa kabar wafatnya beliau, bahkan Umar bin Khattab mengancam akan membunuh barang siapa yang menyampaikan bahwa Nabi Muhammad SAW wafat.
Di dikala keadaan gempar yang luar biasa ini datanglah sobat Abu Bakar untuk menenangkan kegaduhan itu, ia berkata di hadapan orang banyak; "Wahai manusia, siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah wafat, dan barang siapa menyembah Allah, Allah hidup tidak akan mati selamanya".
Setelah kaum Muslimin dan para sobat menyadari perihal wafatnya Rasulullah SAW, maka Abu Bakar dikagetkan lagi dengan adanya perselisihan faham antara kaum Muhajirin dan Anshar perihal siapa yang akan menggantikan Nabi sebagai khalifah kaum Muslimin. Pihak Muhajirin menghendaki dari golongan Muhajirin dan pihak Anshar menghendaki pihak yang memimpin. Situasi yang memanas inipun sanggup diatasi oleh Abu Bakar, dengan cara Abu Bakar menyodorkan dua orang calon khalifah untuk memilihnya yaitu Umar bin Khattab atau Abu Ubaidah bin Jarrah. Namun keduanya justru menjabat tangan Abu Bakar dan mengucapkan baiat menentukan Abu Bakar.
Waktu itu tempat kekuasaan hampir meliputi seluruh Semenanjung Arabia yang terdiri atas banyak sekali suku Arab. Ada beberapa faktor yang mendasari terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah, yaitu:
a. Menurut pendapat umum yang ada pada zaman itu, seorang khalifah (pemimpin) haruslah berasal dari suku Quraisy; pendapat ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi "al-aimmah min Quraisy" (kepemimpinan itu di tangan orang Quraisy).
b. Beberapa keutamaan yang dimilikinya, antara ia ialah pria cukup umur pertama yang memeluk Islam, ia satu-satunya sobat yang menemani Nabi SAW pada dikala hijrah dari Makkah ke Madinah dan ketika bersembunyi di Gua Tsur, ia yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW untuk mengimami shalat pada dikala ia sedang uzur, dan ia keturunan bangsawan, cerdas, dan berakhlak mulia.
c. Beliau sangat bersahabat dengan Rasulullah SAW, baik dalam bidang agama maupun kekeluargaan. Beliau seorang gemar memberi yang mendermakan hartanya untuk kepentingan Islam.
Sebagai khalifah Abu Bakar mengalami dua kali baiat. Pertama di Saqifa Bani Saidah yang dikenal dengan Bai'at Khassah dan kedua di Masjid Nabi (Masjid Nabawi) di Madinah yang dikenal dengan Bai’at A 'mmah.
Seusai program pembaitan di Masjid Nabawi, Abu Bakar sebagai khalifah yang gres terpilih berdiri dan mengucapkan pidato. la memulai pidatonya dengan menyatakan sumpah kepada Allah SWT dan menyatakan ketidakberambisiannya untuk menduduki jabatan khalifah tersebut. Abu Bakar selanjutnya mengucapkan "Saya telah terpilih menjadi pemimpin kau sekalian meskipun saya bukan orang yang terbaik di antara kalian. Karena itu, bantulah saya seandainya saya berada di jalan yang benar dan bimbinglah saya seandainya saya berbuat salah. Kebenaran ialah kepercayaan dan kebohongan ialah pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian menjadi berpengaruh dalam pandangan saya hingga saya menjamin hak-haknya seandainya Allah menghendaki dan orang yang berpengaruh di antara kalian ialah lemah dalam pandangan saya hingga saya sanggup merebut hak daripadanya. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bila saya mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, janganlah ikuti saya".
Di masa awal pemerintahan Abu Bakar, diwarnai dengan banyak sekali kekacauan dan pemberontakan, ibarat munculnya orang-orang murtad, aktifnya orang-orang yang mengaku diri sebagai nabi (nabi palsu), pemberontakan dari beberapa kabilah Arab dan banyaknya orang-orang yang ingkar membayar zakat.
Munculnya orang-orang murtad disebabkan oleh keyakinan mereka terhadap fatwa Islam belum begitu mantap, dan wafatnya Rasulullah SAW menggoyahkan keimanan mereka. Mereka beranggapan bahwa kaum Quraisy tidak akan bangkit lagi setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Dan mereka merasa tidak terikat lagi dengan agama Islam kemudian kembali kepada fatwa agama sebelumnya. Tentang orang-orang yang mengaku diri nabi bahwasanya telah ada semenjak masa Rasulullah SAW, tetapi kewibawaan Rasulullah SAW menggetarkan hati mereka untuk melancarkan aktivitasnya. Diantara nabi palsu ibarat Musailamah Al Kadzab dari Bani Hanifah, Tulaihah bin Khuwailid dari Bani As'ad Saj'ah Tamimiyah dari Bani Yarbu, dan Aswad Al Ansi dari Yaman.
Pemberontakan kabilah disebabkan oleh anggapan mereka bahwa perjanjian perdamaian yang dibuat bersama Nabi SAW bersifat pribadi dan berakhir dengan wafatnya Nabi SAW, sehingga mereka tidak perlu lagi taat dan tunduk kepada penguasa Islam yang baru. Orang-orang yang enggan membayar zakat hanyalah lantaran kelemahan iman mereka. Terhadap semua golongan yang membangkang dan memberontak itu Abu bakar mengambil tindakan tegas. Ketegasan ini didukung oleh lebih banyak didominasi umat.
Untuk menumpas seluruh pemberontakan, ia membentuk sebelas pasukan masing-masing dipimpin oleh panglima perang yang tangguh, ibarat Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Syurahbil bin Hasanah. Dalam waktu singkat seluruh kekacauan dan pemberontakan yang terjadi dalam negeri sanggup ditumpas dengan sukses.
Meskipun fase permulaan dari kekhalifahan Abu Bakar penuh dengan kekacauan, ia tetap berkeras melanjutkan rencana Rasulullah SAW untuk mengirim pasukan ke Daerah Suriah di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. Pada mulanya harapan Abu Bakar ditentang oleh para sobat dengan alasan suasana dalam negeri sangat memprihatinkan jawaban banyak sekali kerusuhan yang timbul. Akan tetapi setelah ia meyakinkan mereka bahwa itu ialah rencana Rasulullah SAW, balasannya pengiriman pasukan itu pun disetujui.
Langkah politik yang ditempuh Abu Bakar itu ternyata sangat strategis dan membawa dampak yang positif. Pengiriman pasukan pada dikala negara dalam keadaan kacau mengakibatkan interpretasi di pihak lawan bahwa kekuasaan Islam cukup tangguh sehingga para pemberontak menjadi gentar.
Di samping itu, bahwa langkah yang ditempuh Abu Bakar tersebut juga merupakan taktik untuk mengalihkan perhatian umat Islam dalam perselisihan yang bersifat intern. Pasukan Usamah berhasil menunaikan tugasnya dengan gemilang dan kembali dengan membawa harta rampasan perang yang berlimpah.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menuntaskan problem dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Madinah. Abu Bakar menuntaskan problem ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan) dan satria yang banyak berjasa dalam perang tersebut ialah Khalid bin Walid.
C. Perkembangan Hukum Pada Masa Abu Bakar As Siddiq
Abu Bakar as Siddiq, ia merupakan jago aturan yang tinggi mutunya. Ia memerintah dari tahun 632 hingga 634 M. Sebelum masuk Islam, dia populer sebagai orang yang jujur dan disegani. Ikut aktif menyebarkan dan menyiarkan Islam. Atas usaha dan seruannya banyak orang-orang terkemuka memeluk agama Islam yang kemudian populer sebagai pahlawan-pahlawan Islam yang ternama. Dan lantaran hubungannya yang sangat bersahabat dengan Nabi SAW, ia mempunyai pengertian yang dalam perihal jiwa Islam lebih dari yang lain. Karena itu pula pemilihannya sebagai khalifah pertama sangat sempurna sekali. (Hazairin, 1955).
Banyak tindakannya yang dicatat dalam sejarah Islam, namun yang pernting dalam goresan pena adalah:
a. Pidato pelantikannya yang antara lain berbunyi sebagai berikut: “Aku telah kalian pilih sabagai khalifah, kepala Negara, tetapi saya bukanlah yang terbaik diantara sekalian. Kareitu kalau saya melaksanakan sesuatu yang benar ikuti dan bantulah aku, tetapi kalau saya melaksanakan hal yang salah, perbaikilah, lantaran berdasarkan pendapatku menyatakan yang benar ialah amanat, membohongi rakyat ialah pengkhianatan.” Selanjutnya ia berkata, “Ikutilah perintahku selama saya mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, kalian berhak untuk tidak patuh kepadaku dan saya pun tidak akan menuntut kepatuhan kalian.”
Kata-kata Abu Bakar ini sangat penting artinya dipandang dari sudut aturan ketatanegaraan dan pemikiran politik Islam, lantaran kata-katanya itu sanggup dijadikan dasar menentukan hubungan antara rakyat dan penguasa, antara pemerintah dan warga Negara.
b. Cara yang dilakukan Abu Bakar dalam memecahkan problem aturan yang timbul di kalangan masyarakat. Mula-mula pemecahan kasus itu dicarinya dalama wahyu Tuhan. Kalau tidak terdapat di sana, dicarinya didalam Sunnah Nabi. Kalau dalam Sunnah Rasulullah ini pemecahannya tak diperoleh, Abu Bakar bertanya kepada para sobat Nabi yang dikumpulkan dalam satu majelis . mereka yang duduka dalam majelis itu melaksanakan ijtihad bersama (jama’i) atau ijtihad kolektif. Timbullah keputusan atau consensus bersama yang disebut ijimak mengenai kasus tertentu. Dalam masa pemerintahan Abu Bakar inilah sering dicapai apa yang disebut dalam kepustakaan sebagai ijimak sahabat.
c. Atas anjuran Umar, dibuat panitia khusus yang bertugas mengumpulkan ayat-ayat Alquran yang telah ditulis zaman nabi pada bahan-bahan darurat ibarat pelepah-pelepah kurma, tulang-tulang unta, dan sebagainnya dan menghimpunnya kedalam satu naskah. Panitia ini dipimpin oleh Zaid bin Tsabit salah seorang pencatat wahyu dan sekretaris Nabi Muhammad ketika ia masih hidup. Sebelum diserahkannya kepada Abu Bakar, himpunan naskah itu diuji dahulu ketepatannya dengan hafalan para penghafal Al Alquran yang selalu ada dari masa ke masa. Setelah Abu Bakar meninggal dunia, naskah itu disimpan oleh Umar bin Khatab dan setelah Khalifah II ini meninggal dunia pula, naskah ini disimpan dan dipelihara oleh Hafsah janda Nabi Muhammad (Hazairin,1955).
Penerapan aturan yang dilakukan oleh Abu Bakar eksklusif dirasakan orang-orang muslim pada masa itu diantaranya aturan membayar zakat disini dalam pengalaman zakat orang-orang musllim meyakini perihal Al Alquran yang mengenai zakat yang berbunyi “Apabila zakat dari sebagaian harta mereka dengan zakat itu kau membersihkan dan mencuci mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kau itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka.”
Dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala Negara dan pimpinian umat Islam, Abu Bakar senantiasa meneladani sikap Rasulullah SAW. Prinsip musyawarah dalam pengambilan keputusan, ibarat yang dijalankan oleh Nabi SAW, selalu praktekannya. Ia sangat memperhatikan keadaan rakyatnya dan tidak segan-segan membantu mereka yang kesulitan. Terhadap sesama sahabat, perhatiannya juga sangat besar. Sahabat yang telah menduduki suatu jabatan pada masa Nabi SAW tetap dibiarkan tetap pada jabatannya, sedangkan sobat yang lain yang belum mendapatkan jabatan dalam pemerintahan dengan keterampilan yang ia miliki.
Untuk meningkatkan kesejahteraan umum, Abu Bakar membentuk forum Bait al-Mal, semacam kas Negara atau forum keuangan. Pengelolaannya diserahkan kapada Abu Ubaidah, sobat nabi yang digelari amin al-ummah (kepercayaan umat). Selain itu didirikan pula forum pengadilan yang ketuanya dipercayakan kepada Umar bin Khatab. Kebjiksanaan lain yang ditempuh Abu Bakar ialah membagai sama rata hasil rampasan kiprah (ganimah). Dalam hal ini, ia berbeda pendapat dengan Umar bin Khatab yang menginkan pembagian dilakukan jasa tiap-tiap sahabat. Alasan yang dikemukakan Abu Bakar ialah semua usaha yang dilakukan atas nama Islam akan menerima pahala dari Allah SWT di akhirat. Karena itu, biarkanlah didunia mereka menerima kepingan yang sama.
D. Keberhasilan Yang Dicapai Masa Khalifah Abu Bakar R.A
Sistem pemerintahan yang dijalankan Abu Bakar bersifat sentralistrik, sama ibarat zaman Nabi Muhammad saw, yakni kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif terpusat disatu tangan, selama kepemimpinananya yang berlangsung relative singkat yaitu 2 tahun 3 bulan 10 hari dan Abu Bakar mencapai keberhasilan sebagai berikut:
a. Perang Riddah
Segera setelah menjabat Abu Bakar As Siddiq, beberapa kasus yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam dikala itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah gres dan sistem yang ada. Beberapa diantaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya mempunyai komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Riddah.
Dalam perang Riddah peperangan terbesar ialah memerangi “Ibnu Habib al-Hanafi” yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi gres menggantikan Nabi Muhammad SAW. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.
b. Ekspedisi ke Utara
Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai Arab, Abu Bakar kemudian mengarahkan perhatiannya pada perluasan wilayah pemerintahan Islam. Pada tahun 633 M, Abu Bakar memerintahkan Khalid ibn Walid mengadakan kegiatan perluasan ke wilayah-wilayah perbatasan Syria dan Persia. Khalid mengirimkan surat kepada Hurmuz, komandan pasukan tempur Persia, dengan tiga alternatif :
Hurmuz menetapkan pilihannya pada alternatif yang ketiga, sehingga pecahlah peperangan antara pasukan muslim dengan pasukan Persia. Pertama kali perang terjadi di Hafir, 50 mil sebelah Utara Uballah, yang dikenal sebagai “perang rantai” lantaran pasukan Persia menciptakan barisan pertahanan dengan rantai-rantai besar yang mengikat mereka satu dengan lainnya. Pasukan Persia mengalah sedang komandan mereka terbunuh dalam peperangan. setelah peperangan ini, terjadi sejumlah peperangan kecil, pasukan Persia pada balasannya terdesak dan mereka terusir ke wilayah Mesopotamia. pasukan muslim juga berhasil mengepung dan menguasai wilayah Hira. Penguasa Nasrani wilayah ini menyerahkan diri dan mengadakan perjanjian tenang dengan pemerintah Islam, dengan kesediaan mereka membayar sejumlah pajak, yang dikenal sebagai jizyah. setelah berhasil dalam pengepungan kota Hira, Khalid beserta pasukannya melanjutkan perluasan ke wilayah Utara hingga pada wilayah Ambar, sebuah wilayah pesisir di tepi pantai Euphrat. Dari sini, pasukan Khalid mengadakan penaklukan wilayah “Ainut tamr”.
Pada masa Nabi Muhammad, Heraclius, penguasa imperium Romawi, menyambut delegasi yang dikirimkan oleh Nabi dengan penuh penghormatan, namun tidak usang kemudian ia menjadi musuh islam. Pada masa ini kaisar Romawi menggalang komplotan dengan suku-suku badui, di sekitar wilayah perbatasan Syria, untuk melancarkan serangan terhadap Islam. Abu Bakar menempuh upaya pengamanan wilayah tersebut dari rongrongan penguasa Romawi. selain itu salah seorang komandan Romawi telah membunuh utusan Nabi di Muth’ah. Untuk menunjukkan jawaban kecurangan mereka tersebut, Abu Bakar melancarkan ekspedisi militer ke Syria. Terlepas dari faktor dan latar belakang tersebut, kondisi obyektif wilayah Syria ialah sangat maju perekonomiannya dibandingkan dengan negeri Arabia lainnya. semenjak zaman dahulu, negeri Arabia lebih banyak didominasi bargantung pada Syria dengan menjalin hubungan perdagangan. Atas dasar pertimbangan ini maka upaya penaklukan Syria diperlukan akan sangat berarti bagi perkembangan islam di masa-masa mendatang.
c. Kondifikasi Al-Qur’an
Pada awal masa Abu Bakar r.a. terjadilah insiden yang memberi perhatian terhadap wajibnya mengumpulkan seluruh Al Alquran dalam satu mushhaf, demikian itu pada peperangan Yamamah ada sejumlah besar pengahafal Al Alquran yang gugur syahid, sehingga dengan demikian, Abu Bakar mengkhawatirkan terhadap Al Quran.
Menyalinnya dari satu tempat ke tempat yang lain menjadi terkumpul. Dan hal itu menduduki kertas-kertas yang terdapat dalam rumah Rasulullah SAW, yang didalamnya terdapat Al Alquran yang berantakan maka seorang mengumpulkan dan mengikatnya dengan benang sehingga sedikit pun tidak hilang.
Zaid bib Tsabit termasuk penghafal Al Alquran dan penulis wahyu. Dalam pada itu ia tidak mencukupkan dengan hafalannya dan tulisannya, namun ia minta tolong terhadap hafalan para huffazh, lembaran para penulis dan goresan pena yang terdapat dirumah Rasulullah SAW. Ia menyempurnakan pengumpulan dihadapan orang banyak dari Muhajirin dan Anshar dan dengan kerja Abu Bakar dan Umar r.a., maka Allah SWT menyempurnakan apa yang terkandung dalam firmannya.
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهُ لَحَافِظُوْنَ
Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya kami pula yang menjaganya
Umar bin Khatab berkehendak untuk menulis sunnah-sunnah. Dalam hal itu ia bermusyawarah dengan para sobat Rasulullah maka pada umumnya mereka menyetujui penulisan itu. Ia membisu selama satu bulan seraya istikharah kepada Allah telah menetapkan hatinya maka ia berkata : “Sesungguhnya saya selalu ingat kepadamu untuk menulis sunnah-sunnah ibarat apa yang telah kau ketahui. Kemudian saya ingat ketika orang-orang jago kitab yang sebelummu telah menuliskan kitabullah. Dan sesungguhnya saya, demi Allah saya tidak mencampurkan kitabullah dengan sesuatupun”. Maka ia meninggalkan penulisan sunnah-sunnah itu.
Ijtihad ialah mengerahkan kesungguhan dalam mengeluarkan aturan syara’ dari apa yang dianggap syari’ah sebagai dalil yaitu kitabullah dan sunnah Nabi-Nya, ini ada dua macam yakni:
a. Mengambil aturan dari zhahir-zhahir nash apabila aturan itu diperoleh dari nash-nash itu.
b. Mengambil aturan dari ma’qul nash lantaran nash itu mengandung ‘illat yang menerangkannya, atau ‘illat itu sanggup diketahui dan tempat kejadian yang didalamnya mengandung ‘illat, sedan gnash itu tidak memuat aturan itu. Inilah yang dikenal dengan kiyas.
Pengeluaran aturan (istimbat) pada masa itu terbatas pada fatwa-fatwa yang ditawafkan oleh orang yang ditanya perihal suatu peristiwa. Mereka tidak meluaskan dalam menetapkan masalah-masalah dan menjawabnya, bahkan mereka tidak menyenangi hal itu dan mereka tidak menampakan pendapat perihal suatu sebelum sesuatu itu terjadi. Oleh lantaran itu fatwa-fatwa yang dinukil dari sahabat-sahabat besar ialah sedikit. Dalam berfatwa mereka selalu berpegang atas:
a. Al Quran, lantaran dialah asas dan tiang agama. Mereka selalu memahaminya dengan terperinci dan terang lantaran Al Alquran diturunkan dengan pengecap (bahasa) mereka serta keistimewaan mereka mengetahui sebab-sebab turunnya dan ketika itu belum seorangpun selain Arab telah masuk kalangan mereka.
b. Sunnah Rasulullah SAW, dan mereka telah sepakat untuk mengikutinya kapan saja mereka mendapatkannya dan percaya kepada orang-orang yang benar periwayatannya.
Dua syaikh (Abu Bakar-Umar) apabila bermusyawarah dengan suatu jama’ah perihal suatu hukum, dan mereka menyarankan denga suatu pendapat (ra’yu) yang dikemukakan oleh insan dan bagi seorangpun tidak baik untuk menyelisihnya. Mengeluarkan pendapat dengan ini namanya ijma’. Jumlah mujtahid dari kalangan sobat pada waktu itu terbatas dengan kemungkinan untuk mengadakan musyawarah dan peninjauan terhadap hasil pendapat mereka sehingga gampang terwujudnya ijma’.
Dengan demikian, masa itu ada tiga sumber aturan yaitu:
b. As Sunnah.
c. Qiyas atau ra’yu (pendapat) sabagai cabang Al Alquran dan As Sunnah.
c. Memerangi Orang-orang Murtad
Peristiwa suli yang hebat ini diatasi Abu Bakar dengan kemauan dan perhatian keras. Dengan cepat disiapkannya sebelas pasukan untuk menaklukkan kaum yang murtad itu. Masing-masing panglimanya diperintahkan menuju tempat yang telah ditentukan.
Sesungguhnya beberapa orang sobat menasehati kepada Abu Bakar biar dia tidak memerangi orang yang tidak membayar zakat itu. Namun disini keteguhan hati khalifah. Dia mengatakan: “Dengan sesungguhnya, walaupun mereka enggan membayar seutas tali kecil yang telah pernah dibayarkan kepada Rasulullah dahulu, pasti akan kuperangi juga mereka selainpun saya akan binasa oleh karenanya.”
a. Memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat
b. Ketelitian Khalifah Abu Bakar dalam menangani orang-orang yang menolak membayar zakat.
Beliau menetapkan untuk memberantas dan menundukkan kelompok tersebut dengan serangan yang gencar sehingga sebagian mereka mengalah dan kembali pada fatwa Islam yang sebenarnya.
BAB III
P E N U T U P
Kesimpulan
a. Ada beberapa faktor yang mendasari terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah, yaitu:
- Menurut pendapat umum yang ada pada zaman itu, seorang khalifah (pemimpin) haruslah berasal dari suku Quraisy;
- Ia ialah pria cukup umur pertama yang memeluk Islam, ia satu-satunya sobat yang menemani Nabi SAW pada dikala hijrah dari Makkah ke Madinah dan ketika bersembunyi di Gua Tsur, ia yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW untuk mengimami shalat pada dikala ia sedang uzur, dan ia keturunan bangsawan, cerdas, dan berakhlak mulia.
b. Sistem pemerintahan yang dijalankan Abu Bakar bersifat sentralistrik, sama ibarat zaman Nabi Muhammad saw, yakni kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif terpusat disatu tangan selama kepemimpinananya
c. Keberhasilan Yang Dicapai Masa Khalifah Abu Bakar R.A
- Perang Riddah
- Ekspedisi ke utara
- Kodifikasi Al-Qur’an
- Memerangi Orang-orang Murtad
adnantandzil.blogspot.com | |||
Sumber http://adnantandzil.blogspot.com
0 Response to "✔ Pemerintahan Abubakar As Siddiq Ra"
Posting Komentar