Gerakan Non Blok (Gnb)
Gerakan Non Blok (GNB) merupakan sebuah organisasi dari yang tidak memihak Blok Barat dan Blok Timur. Munculnya Gerakan Non Blok disebabkan munculnya dua kekuatan blok besar pada final Perang Dunia II. Penggagas dari Gerakan Non Blok yaitu presiden Soekarno (Indonesia). Presiden Josef Broz Tito (Yugoslavia). Presiden Gamal Abdel Nasser (Mesir), perdana menteri Pandit Jawaharlal Nehru (India) dan perdana menteri Kwame Nkrumah (Ghana).
Dalam menghadapi kontradiksi di antara kedua kekuatan besar itu, Gerakan Non Blok telah berusaha untuk tidak mencampuri ataupun melibatkan dii pada salah satu blok. Bahkan, negara-negara penggerak Gerakan Non Blok berusaha melidungi perdamaian dunia dan juga diikuti dengan banyak sekali pertemuan-pertemuan yang kemudian berubah menjadi suatu kerangka kerja sama.
Pertentangan dan persaingan kedua blok dari negara adidaya itu melahirkan persekutuan-persekutuan militer dari masing-masing pihak yang mendorong perlombaan senjata atom dan nuklir, serta peningkatan kekuatan militer. Situasi ini memunculkan Perang Dingin. Pengaruh situasi Perang Dingin sangat dirasakan oleh negara-negara yang gres merdeka di Asia, Afrika dan Amerika Latin.
Munculnya Gerakan Non Blok yaitu untuk mencarikan alternatif lain untuk ikut memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Negara-negara yang tergabung dalam Gerakan Non Blok ternyata mempunyai kepentingan yang sama dalam menghadapi masalah-masalah internasional. Meskipun gerakan ini bertujuan untuk menggabungkan antara dua atau lebih kelompok lantaran tujuan yang sama, kenyataannya negara-negara anggotanya tidak menentukan kekerabatan yang sangat dekat.
Gerakan Non Blok mempunyai corak politik tersendiri. Corak politik yang dijalankan oleh negara-negara anggota Gerakan Non Blok yaitu politik bebas aktif. Apabila setiap negara-negara dari Gerakan Non Blok menganut politik bebas aktif, maka setiap negara anggota akan sanggup melaksanakan pendekatan terhadap kedua negara adidaya tersebut, menyerupai negara India dan Indonesia yang melaksanakan politik bebas aktif.
Gerakan Non Blok sempat terpecah pada ketika Uni Soviet menginvasi (melakukan agresi militer dengan memasuki suatu tempat yang dikuasai oleh negara lain dengan tujuan menguasai tempat tersebut atau mengubah pemerintahan yang berkuasa di tempat tersebut) Afganistan pada tahun 1979. Ketika itu negara-negara sekutu Uni Soviet dengan secara umum dikuasai muslim mendukung invasi sementara anggota gerakan ini.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dari lima negara yang dilaksanakan di Beograd, Yugoslavia tahun 1961 berhasil meletakkan prinsip-prinsip dasar dan tujuan pokok Gerakan Non Blok. Para anggota setuju untuk menghormati, menjunjung tinggi dan melaksanakan prinsip-prinsip dasar yang mencakup :
- Mewujudkan perdamaian dunia menurut prinsip-prinsip universal perihal kesamaan kedaulatan, hak dan martabat antara negara-negara di dunia.
- Kemerdekaan nasional, kedaulatan, integritas wilayah, persamaan derajat dan kebebasan setiap negara untuk melaksanakan pembangunan di bidang sosial, ekonomi dan politik.
- Kemerdekaan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi bangsa-bangsa yang masih terjajah oleh bangsa lain.
- Menghormati hak asasi insan dan kemerdekaan yang fundamental.
- Menentang imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, perbedaan warna kulit termasuk zionis dalam segala bentuk, serta menentang segala bentuk ekspansi, dominasi, serta pemusatan kekuatan.
- Menolak pembagian dunia atas blok atau komplotan militer yang saling bertentangan satu sama lainnya, menarik semua kekuatan militer abnormal dan mengakhiri pangkalan asing.
- Menghormati batas-batas wilayah internasional yang sah dan telah diakui serta menghidari campur tangan atas urusan dalam negeri negara-negara lain.
- Menyelesaikan persengketaan secara damai.
- Mewujudkan suatu tata ekonomi dunia baru.
- Memajukan kolaborasi internasional menurut asas persamaan derajat.
Seluruh anggota Gerakan Non Blok harus mematuhi prinsip-prinsip tersebut dan menjadikannya anutan dalam menjalankan politik luar negeri.
Tujuan dari Gerakan Non Blok, antara lain sebagai berikut :
- Mendukung usaha dekolonisasi (lepasnya negara-negara jajahan dari tangan negara penjajah) dan memegang teguh usaha melawan imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, rasialisme, apartheid dan zionisme.
Keterangan :
a. Imperialisme yaitu paham di mana sebuah negara memegang kendali atau pemerintahan atas tempat lain, sehingga negara yang dikendalikan sanggup berkembang.
b. Kolonialisme yaitu paham di mana suatu negara menguasai rakyat dan sumber daya negara lain.
c. Neokolonialisme sama menyerupai kolonialisme. Neokolonialisme merupakan bentuk penjajahan gres terhadap negara-negara yang lemah. Neokolonialisme mengontrol negara jajahannya dari segi ekonomi, budaya, linguistik dan politik atau militer.
d. Rasialisme yaitu paham yang melaksanakan pementingan terhadap suatu ras.
e. Apartheid yaitu paham yang melaksanakan pemisahan terhadap suatu ras, menyerupai pemisahan kulit putih yang terjadi di Afrika.
f. Zionisme yaitu gerakan nasional yang mendukung terciptanya tanah air Yahudi.
- Merupakan wadah usaha sosial politik negara-negara yang sedang berkembang.
- Mengurangi ketegangan antara Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet.
- Tidak membenarkan usaha penyelesaian sengketa dengan kekerasan senjata.
Adapun tempat terlaksananya Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok, antara lain :
- KTT I dilaksanakan di Beograd, Yugoslavia berlangsung semenjak tanggal 1 - 6 September 1961.
- KTT II dilakanakan di Kairo, Mesir berlangsung semenjak tanggal 5 – 10 Oktober 1964.
- KTT III di Lukasa, Zambia berlangsung semenjak tanggal 8 – 10 September 1970.
- KTT IV di Aljier, Aljazair berlangsung semenjak tanggal 5 – 9 September 1973.
- KTT V di Kolombo, Srilangka berlangsung semenjak tanggal 16 – 19 Agustus 1976.
- KTT VI di Havana, Kuba berlangsung semenjak tanggal 3 – 9 September 1979.
- KTT VII di New Delhi, India berlangsung semenjak tanggal 7 – 12 Maret 1983.
- KTT VIII di Harare, Zimbabwe berlangsung semenjak tanggal 1 – 6 September 1986.
- KTT IX di Beograd, Yugoslavia berlangsung semenjak tanggal 4 – 7 September 1989.
- KTT X di Jakarta, Indonesia berlangsung semenjak tanggal 1 – 6 September 1992.
- KTT XI di Cartagena, Kolombia berlangsung semenjak tanggal 18 – 20 Oktober 1995.
- KTT XII di Durban, Afrika Selatan berlangsung semenjak tanggal 2 – 3 September 1998.
- KTT XIII di Kualalumpur, Malaysia berlangsung semenjak tanggal 20 – 25 Februari 2003.
- KTT XIV di Havana, Kuba berlangsung semenjak tanggal 15 – 16 September 2006.
- KTT XV di Sharm el-Sheikh, Mesir berlangsung semenjak tanggal 11 – 16 Juli 2009.
- KTT XVI di Teheran, Iran berlangsung semenjak tanggal 26 – 31 Agustus 2012.
- KTT XVII di Karakas, Venezuela berlangsung semenjak tanggal 17 – 18 September 2016.
Setelah KTT Gerakan Non Blok di Beograd, maka organisasi Gerakan Non Blok telah beberapa kali melaksanakannya. Setelah KTT I di Beograd, Yugoslavia, maka dilanjutkan dengan KTT II di Kairo, Mesir tahun 1964.
Berikut ini nama-nama dari sekretaris jenderal Gerakan Non Blok :
- Josip Broz Tito dari Yugoslavia (1961 -1964)
- Gamal Abdel Nasser dari Republik Arab Bersatu (1964 – 1970)
- Kenneth Kaunda dari Zambia (1970 – 1973)
- Houari Boumedienne dari Aljazair (1973 – 1976)
- William Gopallawa dari Sri Lanka (1976 – 1978)
- Junius Richard Jayewardene dari Sri Lanka (1978 – 1979)
- Fidel Castro dari Kuba (1979 – 1982)
- N . Sanjiva Reddy dari India (1982 – 1983)
- Zail Singh dari India (1983 – 1986)
- Robert Mugabe dari Zimbabwe (1986 – 1989)
- Janez Drnovsek dari Yugoslavia (1989 – 1990)
- Stipe Mesic dari Yugoslavia (1990 – 1991)
- Branko Kostic dari Yugoslavia (1991 – 1992)
- Dobrica Cosic dari Yugoslavia (1992 – 1992)
- Soeharto dari Indonesia (1992 – 1995)
- Ernesto Samper Pizano dari Kolombia (1995 – 1998)
- Andres Pastrana Arango dari Kolombia (1998 – 1998)
- Nelson Mandela dari Afrika Selatan (1998 – 1999)
- Thabo Mbeki dari Afrika Selatan (1999 – 2003)
- Datuk Seri Mahathir bin Mohammad dari Malaysia (2003 – 2003)
- Datuk Seri Abdulah Ahmad Badawi dari Malaysia (2003 – 2006)
- Fidel Castro dari Kuba (2006 – 2008)
- Raul Castro dari Kuba (2008 - 2009)
- Hosni Mubarak dari Mesir (2009 – 2011)
- Muhammad Mursi dari Mesir (2011 – 2012)
- Mahmoud Ahmadinejad dari Iran (2012 – 2013)
- Hassan Rouhani dari Iran (2013 – 2016)
- Nicolas Maduro dari Venezuela (2016 - sekarang)
Kegiatan politik luar negeri Indonesia dianggap mencapai puncaknya ketika Indonesia menjadi tuan rumah KTT GNB X tahun 1992. KTT GNB X ini merupakan KTT GNB pertama pasca Perang Dingin sekaligus mengawali kiprah Indonesia sebagai ketua GNB untuk periode 1992 – 1995. KTT GNB X tahun 1992 yaitu wujud janji para anggota untuk mempertahankan semangat dan penjiwaan akan eksistensi GNB.
Sebagai ketua GNB, Indonesia telah berusaha keras mengajak negara-negara anggota GNB lainnya untuk menyusun suatu seni administrasi global bagi kemajuan kolaborasi Selatan-Selatan. Strategi ini sanggup menjadi serpihan dari usaha yang lebih spesifik yang sanggup dilaksanakan melalui kolaborasi regional, sub-regional dan nasional. Salah satu faktor penting dalam seni administrasi itu yaitu mempertahankan semangat dan penjiwaan bersama di kalangan anggota GNB perihal eksistensi GNB.
Pesan Jakarta yang dikeluarkan sehabis KTT tersebut yaitu bukti lainnya janji GNB yang ikut melaksanakan masalah-masalah dunia dan bukti janji Indonesia untuk ikut membuat perdamaian dunia.
Dengan berakhirnya Perang Dingin, banyak pendapat menyampaikan bahwa GNB sudah kehilangan makna dan relevansinya. Terlepas dari cocok atau tidak nama yang disandangnya, GNB sebagai suatu gerakan politik masih diharapkan untuk menggalang kolaborasi gres dalam suasana internasional baru.
Pada masa mendatang, GNB akan berhadapan dengan masalah-masalah yang menyangkut isu-isu utama dalam pergaulan masyarakat internasional yang sedang berubah. Beberapa info yang sedang mengglobal remaja ini yaitu info Hak Asasi Manusia (HAM) dan lingkungan hidup. Terhadap info HAM, negara-negara Barat beranggapan bahwa negara-negara berkembang belum sepenuhnya menerapkan HAM dalam pembangunan ekonomi.
Menyangkut info lingkungan hidup, negara-negara berkembang juga menghadapi tekanan dari negara-negara maju. Negara-negara maju menganggap bahwa negara-negara berkembang telah banyak melaksanakan perusakan terhadap alam. Di lain pihak, negara-negara berkembang menyalahkan negara-negara maju yang lebih dahulu mengeksploitasi sumber daya alam mereka sendiri.
Dari dua info utama tersebut, tampak bahwa GNB akan menghadapi semacam dilema dalam problem keadilan. Di satu sisi, negara-negara berkembang yang merupakan anggota GNB menuntut terbentuknya suatu tata politik dan ekonomi internasional yang lebih demokratis dan adil.
Menurut sebagian besar negara-negara berkembang, negara-negara maju cenderung mendominasi pengambilan keputusan dalam lembaga-lembaga internasioanl. Misalnya, dominasi negara-negara besar dalam Dewan Keamanan PBB seringkali dipandang sebagai hal yang tidak demokratis. Negara-negara maju dalam Word Trade Organization (WTO) selama ini dipandang sering merugikan negara-negara berkembang.
Keinginan negara Cina untuk masuk organisasi tersebut selalu menerima tantangan dari Amerika Serikat dan dikaitkan dengan pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM). Amerika Serikat menganggap bahwa pemerintah Cina melaksanakan banyak pelanggaran HAM.
Di sisi lain, GNB dihadapkan pada problem kurang kuatnya posisi tawar-menawar dengan negara-negara maju. Hal ini berkaitan dengan timbulnya persepsi di kalangan negara-negara maju bahwa negara-negara berkembang tidak menghormati HAM. Untuk mengatasi hal ini, GNB perlu memperbaiki diri, menyerupai dengan mengusahakan partisipasi rakyat yang sungguh murni di dalam pengambilan keputusan, baik dalam bidang politik, sosial maupun ekonomi.
Sumber http://ratukemalalaura.blogspot.com
0 Response to "Gerakan Non Blok (Gnb)"
Posting Komentar