Kerja Sama Utara-Selatan (Negara Maju-Negara Berkembang)
Istilah Utara dan Selatan bahwasanya lebih bermakna irit daripada geografis. Utara diidentifikasikan sebagai kelompok negara-negara maju, sedangkan Selatan diidentifikasikan sebagai kelompok negara-negara berkembang atau negara Dunia Ketiga. Negara-negara Utara meliputi Eropa Barat, Amerika dan Kanada. Negara-negara Selatan meliputi negara-negara yang terletak di daerah Asia, Afrika dan Amerika Latin.
Secara ekonomis, negara-negara maju mempunyai ekonomi yang kuat, sedangkan negara-negara berkembang relatif mempunyai ekonomi yang lemah. Perbedaan kondisi sosial ekonomi, budaya antara pihak Utara-Selatan menggiring mereka kepada keadaan saling ketergantungan (interdependensi).
Di satu sisi, negara-negara Utara mempunyai keunggulan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, namun kurang didukung oleh sumber kekayaan alam yang melimpah. Sebaliknya, negara-negara Selatan mempunyai sumber kekayaan alam yang relatif melimpah, namun tanpa didukung oleh penguasaan teknologi. Dengan kondisi ini, kedua pihak menganggap penting adanya kolaborasi Utara-Selatan.
Pokok permasalahan dalam kolaborasi Utara-Selatan yakni upaya perubahan dalam tata kekerabatan dunia gres yang lebih adil. Hubungan tersebut harus berubah dari bentuk pemerasan oleh Utara ke bentuk pembagian laba bersama. Dengan kata lain, kekerabatan tersebut harus berubah dari bentuk subordinasi ke bentuk kemitraan.
Namun pada kenyataannya, bentuk kekerabatan Utara-Selatan masih cenderung berpola dominasi-subordinasi. Bentuk kolaborasi itu hanya membuat kemakmuran bagi negara-negara Utara. Negara-negara Selatan masih mengalami banyak sekali kekurangan, ibarat penurunan nilai tukar bagi barang-barang yang dihasilkannya, perusakan lingkungan dan ketergantungan yang semakin tinggi terhadap negara-negara Utara.
Negara-negara Utara cenderung memaksakan model pembangunan mereka terhadap negara-negara Selatan. Pemaksaan ini mereka lakukan melalui perundingan-perundingan dalam forum keuangan internasional.
Bank Dunia dan IMF (International Monetary Fund) yang semula direncanakan sebagai forum keuangan untuk menolong semua negara di dunia dalam pembangunan, ternyata digunakan sebagai alat oleh negara-negara Utara untuk memaksakan model pembangunan yang menguntungkan negara-negara yang lebih kuat.
Bank Dunia dan IMF mengeluarkan Program Penyelesaian Struktur atau SAP (Structural Adjustment Program) yang pada dasarnya memaksa negara-negara yang mendapat proteksi utang untuk lebih membuka pasar dalam negeri mereka, menekankan acara ekonomi yang menghasilkan barang-barang yang dapat diekspor dan mengurangi subsidi pemerintah terhadap sektor publik. Di Afrika dan Amerika Latin, jadwal ini membuat kemiskinan di kalangan rakyat.
Negara-negara Selatan harus melaksanakan pembenahan kekuatan politik dan ekonominya dengan membangun banyak sekali jalinan dan kekuatan kolektifnya melalui acara positif di dalam dirinya dan tidak membuat posisi berhadap-hadapan dengan pihak Utara.
Di pihak lain, Utara harus membiarkan negara-negara Selatan bebas melaksanakan banyak sekali taktik pembangunan alternatif mereka, tanpa melaksanakan diskriminasi atau sabotase terhadap negara-negara tersebut. Negara-negara di Utara harus melaksanakan kebijakan ekonomi dan kebijakan luar negeri yang didasarkan atas kepentingan jangka panjang yang sehat. Dalam jangka panjang, pendekatan semacam itu akan sejalan dengan kepentingan penduduk Utara itu sendiri.
Negara-negara Selatan dengan kecenderungan untuk memperoleh posisi tawar-menawar yang seimbang dengan negara-negara Utara, terkonsentrasi dalam organisasi ibarat Kelompok 77 dan Gerakan Non Blok (GNB). Dalam wadah-wadah itulah, negara-negara Selatan menyalurkan aspirasi mereka.
Dalam KTT GNB XI di Jakarta tahun 1992, salah satu keputusan penting yang diambil yakni perlunya suatu North-South Dialogue (Dialog Utara-Selatan). Dialog ini difokuskan pada masalah-masalah perdagangan barang komoditas internasional. Negara-negara Selatan menginginkan komposisi harga yang adil dari penjualan komoditas tersebut dalam kerangka New Partnership for Development (Kemitraan Bagi Perkembangan).
Dalam obrolan Utara-Selatan juga dibicarakan dilema proteksi keuangan bagi negara-negara berkembang dan pengurangan beban utang luar negeri. Bidang pertanian dan industri juga menjadi pokok dilema yang diupayakan untuk dibicarakan.
Posisi GNB dalam kerangka kolaborasi Utara-Selatan menjadi semakin mempunyai arti semenjak berakhirnya Perang Dingin. Sebagai suatu political movement, GNB menjadi semakin penting eksistensinya dalam memperjuangkan apa yang disebut dengan “tata ekonomi dunia yang lebih adil”. Fokus gerakannya yakni mengajak negara-negara maju untuk menunjukkan perhatian yang lebih luas dan bersikap lebih adil terhadap proses pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang.
Artikel Terkait :

0 Response to "Kerja Sama Utara-Selatan (Negara Maju-Negara Berkembang)"
Posting Komentar