-->

iklan banner

Konferensi London Perihal Akses Suez

Terusan Suez digali oleh Ferdinand de Lesseps, seorang diplomat Perancis pada tahun 1859 – 1869. Terusan Suez menghubungkan Laut Merah dengan Laut Tengah. Hal ini kuat penting bagi pelayaran dunia.

Pada tahun 1888, suatu konvensi (hukum tidak tertulis dalam ketatanegaraan) internasional menyetujui bahwa Terusan Suez terbuka bagi semua bangsa dalam keadaan tenang dan perang. Pada tanggal 26 Juli 1956, presiden Mesir, Gamal Abdul Nasser, mengumumkan nasionalisasi Terusan Suez dan menyatakan bahwa hasil pendapatan dari pengawasan Terusan Suez diperuntukkan bagi pembangunan Bendungan Aswan.

Nasionalisasi Terusan Suez berarti pula bahwa susukan tersebut menjadi milik negara. Semua kekayaan dan kewajibannya diserahkan kepada negara. Para pemegang saham dan pendiri akan menerima ganti rugi dari saham-saham yang dimilikinya. Tindakan Nasser tersebut menimbulkan reaksi keras dari pihak Barat, terutama Inggris dan Perancis.

Atas seruan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Dulles, suatu konferensi yang diikuti oleh dua puluh negara dilangsungkan di London pada tanggal 16 Agustus 1956 (Konferensi London perihal Terusan Suez). Konferensi tersebut bertujuan untuk mempertahankan internasionalisasi Terusan Suez.

Mesir yang juga turut diundang, menolak hadir dalam konferensi tersebut. Uni Soviet yang diikutsertakan dalam konferensi tersebut menyatakan dukungannya terhadap posisi Mesir.

Konferensi berakhir dengan persetujuan yang dicapai oleh 18 anggota dari 10 pesertanya untuk membentuk suatu tubuh internasional yang menangani Terusan Suez. Suatu komisi lima negara ditunjukuntuk berunding dengan presiden Nasser. Perundingan dengan presiden Nasser mengalami kegagalan sebab Mesir tetap menganggap sebagai negara yang berdaulat penuh atas Terusan Suez.

Karena frustasi terhadap perilaku Nasser, Inggris dan Perancis berniat memakai tekanan militer untuk menguasai Terusan Suez. Akan tetapi, untuk kedua kalinya, mereka dibujuk oleh Menteri Luar Negeri Dulles untuk mengambil perilaku menyerah atau melunak.

Pada tanggal 12 September 1956, Dulles menerima persetujuan Inggris-Perancis untuk membuat Asosiasi Pemakai Terusan. Menurut Dulles, Asosiasi Pemakai Terusan tidak hanya akan membantu kapal-kapal anggota untuk melewati terusan, tetapi juga akan melayani PBB dalam membantu mencari ketentuan pemecahannya.

Hal ini akan menjadi cara menangani pemecahan problem ekonomi yang serius yang mungkin timbul pada beberapa negara bilamana susukan ini diblokade, dan Dulles akan mempelajari beberapa alternatif yang mungkin sanggup mengurangi ketergantungan pada susukan tersebut.

Pada tanggal 1 Oktober, Asosiasi Pemakai Terusan Suez secara resmi didirikan. Meski ada keputusan bersama ini, Inggris dan Perancis (23 September) tetapkan untuk membawa problem Terusan Suez ini ke Dewan Keamanan PBB.

Menjelang 13 Oktober 1956, Mesir, Perancis, Inggris dan Amerika Serikat sepakat untuk mengakui suatu perumusan yang disodorkan Sekretaris Jenderal PBB, Dag Hammarskjold yang berisi enam prinsip berikut :

a. Harus ada transit bebas dan terbuka melalui susukan tanpa diskriminasi.
b. Kedaulatan Mesir harus dihormati.
c. Pengoperasian Terusan Suez harus terlepas dari politik setiap negara.
d. Cara tetapkan bea dan tol harus diputuskan oleh persetujuan antara Mesir dan para pemakai.
e. Sebagai pemasukan dari iuran hendaknya disalurkan untuk kepentingan pengembangan.
f. Dalam hal perselisihan, problem yang tidak sanggup dipecahkan antara perusahaan Terusan Suez dan pemerintah Mesir harus diselesaikan melalui arbitrase (proses penyelesaian sengketa yang disepakati antara pihak yang bersengketa disampaikan kepada satu arbiter/orang yang disepakati untuk menunjukkan keputusan) dengan jangka wewenang yang sesuai dan ketentuan yang memadai untuk pembayaran hutang yang harus dibayar.

Keenam prinsip tersebut dimasukkan ke dalam serpihan pertama dari resolusi bersama yang diajukan kepada Dewan Keamanan PBB oleh Perancis dan Inggris. Bagian kedua menghimbau Mesir untuk mendapatkan seruan yang dirumuskan oleh ke-18 negara dalam pertemuan di London (mengusulkan suatu dewan internasional untuk mengurus terusan) dan menunjukkan jaminan yang memadai.

Akan tetapi, baik Rusia maupun Mesir tidak menyetujui resolusi kedua itu. Inggris dan Perancis baiklah melaksanakan pemungutan bunyi untuk setiap serpihan secara terpisah. Bagian pertama diterima secara aklamasi (persetujuan secara verbal dari seluruh penerima rapat terhadap suatu seruan tanpa melalui pemungutan suara) oleh Dewan Keamanan PBB, sedangkan serpihan kedua diveto (dibatalkan) oleh delegasi (perwakilan atau utusan yang ditunjuk secara pribadi maupun musyawarah) Soviet.

Walaupun keenam prinsip itu mengikat secara resmi, Inggris dan Perancis merasa kecewa sebab pegawapemerintah pemaksa bagi pelaksana resolusi itu tidak ada. Posisi Asosiasi Pemakai Terusan yang menuntut wewenang guna mendapatkan uang tol bagi pemakaian susukan belum jelas, sebab Mesir secara resmi tidak mengakui hak dan eksistensinya.

Rasa kecewa Inggris dan Perancis berbaur dengan kejengkelan kepada Menteri Luar Negeri Dulles sebab membujuk mereka untuk membuat konsesi (pemberian hak, izin atau tanah oleh pemerintah, perusahaan, individu atau entitas legal lainnya) bertingkat kepada Presiden Nasser, adalah pertama-tama dengan mengusulkan pengendalian internasional terhadap susukan dan kemudian dengan melepaskan dan menafsirkan metode kekerasan.

Tampaknya pemerintah Mesir akan tetap sebagai penentu tunggal perihal bagaimana melaksanakan dan menafsirkan keenam prinsip tersebut. Situasi tersebut tidak sanggup diterima oleh Inggris dan Perancis.

Ketegangan di daerah tersebut memanas dikala pada tanggal 30 Oktober 1956, Israel menyerang ke daerah Sinai hingga ke Terusan Suez. Serangan ini disusul oleh pihak Inggris dan Perancis yang melaksanakan serangan-serangannya ke Port Said pada tanggal 6 November 1956. Melihat kenyataan ibarat ini, PBB melaksanakan Sidang Umum untuk membahas masalah-masalah itu. Atas seruan Menteri Luar Negeri Kanada, dibuat pasukan PBB yang bertugas memelihara perdamaian di daerah garis perbatasan Mesir dan Israel.


Sumber http://ratukemalalaura.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Konferensi London Perihal Akses Suez"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel