-->

iklan banner

Sejarah Inovasi Radio Dan Perkembangan Radio Di Indonesia


Sejarah Singkat Penemuan Radio

Radio telah menjalani proses perkembangan yang cukup usang sebelum menjadi media komunikasi ibarat kini ini. Dr. Lee De Forest (1873 – 1961) berkebangsaan Amerika Serikat sanggup dianggap sebagai pencetus ditemukannya radio pada tahun 1916. Oleh lantaran itu, ia dijuluki “ The Father of Radio ”.

Meskipun demikian, Guglielmo Marconi yang populer sebagai penemu telegraph tanpa kawat telah merintis inovasi teknologi radio semenjak tahun 1894. Ketika itu, ia membaca eksperimen Heinrich Rudolf Hertz (1857-1894), spesialis fisika berkebangsaan Jerman yang menemukan gelombang elektromagnetik dalam suatu majalah di Italia.

Pada tahun 1895, Marconi mengadakan eksperimen dengan memakai dasar pengetahuan dari inovasi Hertz. Dalam eksperimen tersebut, ia berhasil mendapatkan sinyal tanpa kawat dalam jarak 1 mil dariii sumbernya. Eksperimen lain yang dilakukan tahun 1896 yakni mengirimkan sinyal-sinyal tersebut dan sanggup diterima dalam jarak 8 mil.

Penemuan inilah yang kemudian dikembangkan oleh Dr. Lee De Forest. Forest memperkenalkan lampu vakum (vacuum tube) untuk sanggup menyiarkan bunyi yang masuk.Lampu vakum tersebut diperkenalkan pada tahun 1906.

Pecahnya Perang Dunia I telah menghambat perkembangan radio. Sampai tahun 1919, siapa pun tidak diizinkan untuk mengusahakan radio siaran. Pada tahun 1919, Dr. Frank Conrad, spesialis pada Westing House Company di Pittsburg, Amerika Serikat, berhasil melaksanakan eksperimen menyiarkan musik. Sejak itu, dua perusahaan besar lainnya, yaitu General Eletric dan American Telepon & Telegraph mengikuti jejak perusahaan Westing House Company dalam bidang radio.

Di bidang teknologi, usaha untuk menyempurnakan radio siaran telah dirintis oleh Prof. E. H. Amstrong dan Universitas Columbia pada tahun 1933. Ia memperkenalkan sistem Frequency Modulation (FM) atau Frekuensi Modulasi sebagai penyempurnaan Amplitude Modulation (AM) atau Amplitudo Modulasi yang biasa dipakai dalam radio.

Dengan sistem yang gres itu, para pendengar memperoleh beberapa manfaat, yaitu :

a. Dapat menghilangkan interference (gangguan, pencampuran) yang disebabkan oleh cuaca, bintik-bintik matahari atau alat listrik.
b. Dapat menghilangkan interference yang disebabkan oleh dua stasiun yang bekerja pada gelombang yang sama.
c. Menghasilkan bunyi yang lebih baik.

Mengenai Frequency Modulation (FM) dan Amplitude Modulation (AM) lebih lanjut terdapat dalam artikel Pemancar, Penerima Radio, Gelombang AM dan Gelombang FM

Perkembangan Radio Di Indonesia

Sejarah bidang radio di Indonesia dari masa ke masa mengalami perkembangan. Perkembangan radio tersebut antara lain, sebagai berikut :

Radio siaran yang pertama di Indonesia (Hindia Belanda) ialah Bataviasche Radio Vereniging (BRV) di Jakarta (Batavia) yang secara resmi berdiri pada tanggal 16 Juni 1925. Sejak BRV berdiri, muncul badan-badan radio siaran lainnya, ibarat Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij (NIROM) di Jakarta, Bandung dan Medan.

Di Surakarta, berdiri Solossche Radio Vereniging (SRV) dan di Yogyakarta berdiri Mataramse Verniging voor Radio Omroep (MAVRO). SRV sanggup dipandang sebagai pencetus munculnya radio siaran yang diusahakan oleh bangsa Indonesia. SRV didirikan oleh Mangkunegoro VII dan Sarsito Mangunkusumo pada tanggal 1 April 1933.

Perkembangan radio siaran pada zaman Jepang mengalami kemunduran. Pemerintah pendudukan Jepang mengatur penyelenggaraan radio siaran secara ketat. Penyelenggaraan radio siaran diatur oleh jawatan khusus berjulukan Hoso Kantri Kyoku yang merupakan sentra radio siaran dan berkedudukan di Jakarta. Cabang-cabangnya yang dinamakan Hoso Kyoku terdapat di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya dan Malang.

Ketika itu semua radio siaran diarahkan kepada kepentingan militer Jepang semata-mata. Akan tetapi, selama pendudukan Jepang itu, kebudayaan dan kesenian mengalami kemajuan yang pesat. Rakyat menerima banyak kesempatan untuk mengembangkan kebudayaan dan kesenian. Kesempatan ini mengakibatkan pula munculnya seniman-seniman pencipta lagu-lagu Indonesia baru.

Pada awal kemerdekaan, radio siaran belum terogranisir dengan baik. Oleh lantaran itu, orang-orang yang berkecimpung di bidang radio menganggap penting untuk mengorganisasikan radio siaran. Pada tanggal 10 September 1945 pemimpin-pemimpin radio siaran dari seluruh Jawa berkumpul di Jakarta untuk membicarakan dilema tersebut.

Pada tanggal 11 September 1945 para pemimpin radio siaran berhasil mencapai kata setuju untuk mendirikan sebuah radio siaran yang berjulukan Radio Republik Indonesia (RRI). Pada waktu didirikannya, RRI memiliki 8 stasiun yang terdapat di delapan kota di Jawa (bekas Hoso Kyoku).

Pada masa itu, RRI menjadi satu-satunya organisasi radio siaran di Indonesia dan berperan dalam menunjukkan warta usaha kepada bangsa Indonesia. Inti radio siaran dalam masa mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yakni menggelorakan semangat perjuangan.

Sampai selesai tahun 1966, RRI yakni satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dimiliki dan dikuasai pemerintah. Pada tahun itu terjadi banyak perubahan dalam masyarakat akhir perubahan politik, yaitu beralihnya pemerintahan Orde Lama ke pemerintahan Orde Baru. Situasi peralihan tersebut merupakan kesempatan yang baik bagi mereka yang memiliki hobi amatir untuk mengadakan siaran.

Radio amatir yakni seperangkat pemancar radio yang dipergunakan untuk berafiliasi dalam bentuk percakapan. Eksistensi radio amatir kemudian diakui oleh pemerintah dengan menciptakan dasar hukumnya berupa PP No. 21/th 1967 wacana amateurisme. Radio-radio amatir tergabung dalam Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI).

Pada tahun 1970 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 1970 wacana Radio Siaran Non-Pemerintah. Dalam peraturan itu ditentukan bahwa radio siaran non-pemerintah harus berfungsi sosial, yaitu sebagai alat pendidikan, penerangan dan hiburan.

Sebagai warta hingga tahun 1974, radio siaran non-pemerintah yang kemudian dikenal sebagai radio swasta niaga tercatat di seluruh Indonesia sebanyak 300 stasiun. Pada tahun 1982/1983 jumlah radio siaran tersebut meningkat menjadi 405 stasiun. Di awal 1990, jumlahnya menjadi 449 stasiun, terdiri dari 403 stasiun mengudara pada gelombang AM dan 46 stasiun pada gelombang FM.

Stasiun radio siaran swasta niaga yang semakin usang semakin banyak itu menyadari betapa pentingnya kedudukan dan fungsinya di masyarakat. Sejak tahun 1974, stasiun radio swasta niaga berhimpun dalam satu wadah yang disebut Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI).

Sementara itu, RRI sendiri sebagai stasiun radio siaran milik pemerintah dan satu-satunya radio siaran yang memiliki jaringan di seluruh Indonesia berupaya untuk mengembangkan daya jangkauannya ke pelosok-pelosok tanah air. Pemerintah telah membangun beberapa stasiun regional.

Pada tahun 1989, tercatat satu Stasiun Nasional yang berkedudukan di Jakarta, lima Stasiun Regional yang berkedudukan di Yogyakarta, Medan, Banjarmasin, Ujungpandang dan Irian Jaya, 26 Stasiun Regional I di ibu kota provinsi dan 17 Stasiun Regional II di ibu kota-ibu kota kabupaten. Dengan sistem regional, wilayah Indonesia yang sangat luas sanggup secara merata terakses dalam penyiaran radio.

Kini RRI telah ditunjang oleh Multi Media Training Center (MMTC) yang bertujuan untuk mendidik dan melatih para karyawan. RRI juga didukung penyiarannya oleh Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa.

Dampak Perkembangan Radio Di Indonesia

Awalnya, dikala radio ditemukan, hanya berfungsi untuk memberi hiburan, penerangan dan pendidikan kepada masyarakat. Akan tetapi, beberapa negara besar kemudian memanfaatkannya untuk kepentingan propaganda sehingga radio merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam pinjaman warta yang berupa propaganda.

Pada waktu zaman pendudukan Jepang, radio benar-benar dipakai oleh Jepang sebagai saran propaganda. Radio Jepang secara terus-menerus menyiarkan propagandanya dengan tema Hakko I Chiu (Delapan penjuru mata angin dalam satu atap). Propaganda Jepang yang ditunjukkan ke Indonesia dimulai semenjak penyerangan Jepang terhadap Pearl Harbour pada tanggal 8 Desember 1941.

Radio Tokyo selalu menyiarkan komentar-komentar dalam bahasa Indonesia wacana usaha bangsa Indonesia. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengambil hati rakyat Indonesia. Di setiap selesai propagandanya, Jepang selalu menutup dengan lagu Indonesia Raya.

Di samping sebagai propaganda, radio sanggup bermanfaat sebagai sarana memberikan warta berupa hasil-hasil pembangunan. Radio menjadi sarana yang penting, disebabkan keunggulannya untuk berbagi pesan pembangunan kepada masyarakat secara cepat dan serentak.

Radio Australia, Australia Broadcasting Commission (ABC), secara khusus menyiarkan pesan-pesan pembangunan kepada penduduk desa (terutama para petani). Di Indonesia RRI juga memiliki jadwal untuk memberikan informasi-informasi pembangunan kepada masyarakat desa. Program ini mulai diperkenalkan pada tahun 1969 melalui acara siaran pedesaan dalam bentuk kelompok-kelompok pendengar.

Siaran pedesaan yang mulai dilaksanakan pada tahun 1969, pada pokoknya meliputi dua pengertian pengembangan yaitu sebagai berikut :

a. Pengembangan acara penyiaran.
b. Pengembangan kelompok-kelompok pendengar.

Dalam perkembangannya, sejalan dengan proses pembangunan nasional di bidang petanian dan industri, RRI senantiasa menunjukkan banyak sekali warta mengenai hasil-hasil pembangunan kepada seluruh masyarakat. Tujuannya jelas, yaitu memotivasi masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan nasional.


Sumber http://ratukemalalaura.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Sejarah Inovasi Radio Dan Perkembangan Radio Di Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel