Sistem Transportasi Di Indonesia
Latar Belakang Munculnya Sistem Transportasi
Sejak zaman purba, insan terlibat dalam kegiatan transportasi. Saat itu kegiatan transportasi masih terbatas pada kebutuhan untuk membawa benda atau beban dari satu tempat ke tempat lain. Hal tersebut masih dilakukan dengan tenaga insan dan hewan. Sistem transportasi sanggup mempercepat langkah dan ruang gerak insan dalam menjalankan segala aktivitasnya.
Pada awalnya insan memakai kuda atau binatang lainnya sebagai sarana transportasi. Dengan menunggang kuda insan sanggup melakukan kegiatannya dengan lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang harus berjalan kaki. Tenaga kuda telah dimanfaatkan oleh para pedagang pada zaman dahulu.
Pentingnya sarana transportasi untuk kebutuhan manusia, maka muncul fatwa untuk meningkatkan kualitas sarana transportasi. Pengembangan dimaksudkan untuk sanggup meringankan beban insan dan mempercepat gerak perpindahan dari satu tempat ke tempat lain.
Pada tahun 1675 SM, insan sudah mengenal penggunaan roda yang diperkenalkan oleh bangsa Hyksos. Penggunaan roda dalam kegiatan transportasi ini semakin mempermudah kegiatan transportasi. Sejarah juga mencatat bahwa inovasi mesin uap oleh James Watt pada tahun 1769 menciptakan revolusi besar di bidang transportasi.
Sejak inovasi tersebut tenaga insan atau binatang secara perlahan-lahan diganti dengan mesin. Penemuan ini menjadi pencetus inovasi mesin-mesin lainnya. Pada masa-masa berikutnya muncul banyak sekali bentuk penemuan-penemuan yang sanggup meringankan beban kehidupan manusia.
Penemuan-penemuan tersebut antara lain, lokomotif yang digerakan dengan tenaga uap yang ditemukan oleh Richard Trevithick tahun 1804. Penemuan lokomotif tersebut dilengkapi dengan pembuatan gerbong-gerbong dan pembuatan rel kereta api dari Liverpool ke Manchaster.
Penemuan lainnya ialah kapal yang digerakkan dengan mesin uap. Pada tahun 1807, Robert Fulton membangun sebuah kapal dengan tenaga uap. Usaha Fulton ini berhasil dengan sukses. Sejak dikala itu, kapal-kapal bermesin tenaga uap sanggup berpergian ke mana saja secara cepat dengan memakai sarana transportasi yang tersedia.
Penemuan kendaraan beroda empat yang memakai materi bakar bensin merupakan tindak lanjut dari perkembangan banyak sekali inovasi di bidang transportasi. Penemuan sarana transportasi mengalami perkembangan yang pesat. Pengaruhnya tidak hanya terbatas pada daerah-daerah tempat penemuannya saja, melainkan ke seluruh dunia.
Perkembangan Sarana Transportasi Di Indonesia
Pengaruh teknologi dalam bidang transportasi di Indonesia dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda dengan tujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses pengawasan terhadap daerah-daerah yang jauh dari sentra kegiatan pemerintahan.
Penggunaan sarana transportasi di Indonesia terus berkembang semenjak zaman kolonial, sampai sekarang, baik itu transportasi darat, bahari maupun udara. Sejak Indonesia merdeka, perkembangan sarana transportasi semakin pesat. Transportasi menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas dari peranan pemerintah.
Dalam bidang perhubungan darat, peranan jalan raya sebagai media kemudian lintas semakin penting. Untuk itu, pemerintah telah mengarahkan pembangunan transportasi pada upaya rehabilitasi dan pemeliharaan jalan raya yang sudah ada. Pembangunan jalan raya yang gres dilakukan untuk membuka daerah yang terisolasi guna menghubungkan ke pusat-pusat produksi di banyak sekali daerah.
Sampai tahun 1988, jalan raya yang sudah dibangun sepanjang 42.982 km. Selama tahun 1990-an perhatian difokuskan pada pembangunan jalan raya di daerah pusat-pusat produksi dan jalan raya yang menghubungkan ke daerah-daerah pemasaran. Pada tahun 1993/1994, 152 km jalan raya dibangun di Irian Jaya, di Sulawesi sepanjang 46 km, di Kalimantan sepanjang 248 km dan Maluku sepanjang 23 km. Di samping itu, jembatan-jembatan juga dibangun menyerupai Jembatan Mamberamo di Irian Jaya dan Jembatan Barito di Kalimantan.
Untuk mengatasi meningkatnya tuntutan akan transportasi yang cepat di kota-kota, menyerupai di Jakarta telah dibangun beberapa ruas jalan tol dan jalan layang, contohnya jalan tol Cawang Interchange, jalan layang Semanggi dan jalan tol Lingkar Luar Selatan.
Selain untuk mengatasi duduk masalah kemacetan kemudian lintas di Jakarta, pembangunan jalan tol-jalan tol tersebut juga untuk menghubungkan Pelabuhan bahari Tanjung Priok ke daerah-daerah produksi di Jawa Tengah ataupun sebaliknya. Dengan demikian, acara ekonomi menjadi semakin lancar.
Pembangunan jalan kereta api diarahkan pula pada upaya rehabilitasi infrastruktur dan penyediaan perhiasan perlengkapan operasional untuk meningkatkan pengadaan jalan kereta api. Upaya-upaya tersebut diiringi dengan pengadaan transportasi kereta api yang lebih modern. Hal itu ditempuh dengan tujuan untuk mempercepat waktu tempuh dari satu tempat ke tempat lain.
Pada bulan Agustus 1995, penggunaan kereta api cepat yang dinamakan Argo Bromo dan Argo Gede telah diresmikan. Dengan kereta Argo Bromo, jarak Surabaya-Jakarta sanggup ditempuh hanya dalam waktu 9 jam.
Kebutuhan akan kereta api penumpang semakin bertambah. Untuk menanggapi kebutuhan ini Perumka (Perusahaan Umum Kereta Api) yang pada tanggal 1 Juni 1999 menjadi PT (persero) Kereta Api Indonesia meluncurkan kereta api penumpang yang gres menyerupai Dwipangga, Mahesa dan Sancaka.
Dalam bidang perhubungan laut, sarana transportasi bahari juga mengalami perkembangan. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam bidang transportasi bahari antara lain merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas infrasturktur yang ada, menyerupai pengadaan kapal feri dan kapal pengangkat barang perbaikan pelabuhan-pelabuhan laut, terminal peti kemas dan dermaga-dermaga. Hal tersebutu bertujuan untuk memperlancar kemudian lintas antarpulau dan meningkatkan perdagangan domestik dan internasional Indonesia.
Perkembangan sistem transportasi bahari remaja ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi tersebut telah menciptakan bangsa Indonesia sanggup memproduksi kapal angkut penumpang sendiri, yaitu kapal Palindo Jaya 500. Kapal tersebut diluncurkan pertama kali pada bulan Agustus 1995. Kapal tersebut dibentuk untuk menunjang sarana transportasi bahari yang lebih cepat dan aman.
Dengan demikian, kegiatan transportasi bahari akan berdampak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perkembangan di bidang transportasi udara ditandai dengan semakin gampang dan cepatnya kekerabatan atau perjalanan melalui udara, baik antarpulau maupun antarnegara.
Hal tersebut dikarenakan semakin berkembangnya sarana transportasi udara, menyerupai bandar udara di banyak sekali daerah di Indonesia dan pesawat-pesawat angkut penumpang yang memadai. Di Indonesia, selain maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia juga telah ada beberapa maskapai penerbangan perintis, menyerupai Merpati Nusantara, Mandala dan Bouraq.
Dua maskapai penerbangan, yaitu Garuda Indonesia dan Merpati Nusantara telah membuka jalur penerbangan ke Eropa, Timur Tengah, Asia, Amerika Serikat dan tempat Asia Pasifik. Jalur tersebut menuju atau dari kota-kota di Indonesia. Pada tahun 1994, Garuda Indonesia lebih memusatkan kepada jalur penerbangan internasional, khususnya tempat Asia Pasifik.
Sebagai langkah awal, Garuda membuka jalur penerbangan Jakarta-Bombay setiap dua kali seminggu dan juga membuka rute ke Kansai, Jepang setiap tiga kali seminggu, sedangkan jalur penerbangan domestik dilimpahkan kepada Merpati Nusantara.
Dengan semakin banyaknya jalur penerbangan yang dibuka kemungkinan yang diangkut pun akan semakin besar. Di samping itu, masyarakat akan semakin lebih gampang untuk berpergian dari satu pulau ke pulau lain atau dari Indonesia ke negara lain dan sebaliknya.
Sehubungan dengan sistem transportasi terdapat sejumlah proyek infrastruktur yang rencananya akan dioperasikan pada Maret 2019. Proyek ini telah dibangun selama 4-6 tahun terakhir. Proyek-proyek yang dibangun memakai dana APBN, APBD, serta kolaborasi antara pemerintah dan tubuh perjuangan (KPBU) ini akan tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Proyek-proyek tersebut, antara lain :
a. Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta
Moda merupakan transportasi berbasis rel yang dibangun semenjak Oktober 2013. Jalur kereta sepanjang 16 km ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu 10 km jalur layang dan 6 km jalur bawah tanah. MRT Jakarta Fase I akan dioperasikan dari Lebak Bulus, sampai Bundaran HI.
Terdapat tujuh stasiun layang, yaitu stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Sisingamangaraja, Blok A dan Blok M. Untuk jalur bawah tanah terdapat enam stasiun bawah tanah, yaitu Senayan, Bendungan Hilir, Setiabudi, Istora, Dukuh Atas dan Bundaran HI (Hotel Indonesia).
Proyek pembangunan MRT Jakarta menerima pinjaman dana dari Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA), selain dari dana pemerintah sentra dan pemerintah daerah DKI Jakarta.
b. Jembatan Holtekamp
Jembatan Holtekamp berlokasi di Jayapura, Papua. Jembatan yang telah dibangun semenjak tanggal 9 Mei 2015 ini mempunyai bentuk lengkung box dengan dua bentang jembatan yang terpasang di atas Teluk Youtefa. Panjang bentang utama ialah 400 meter. Panjang jembatan pendekat 332 meter yang mana terdiri dari 33 meter pendekat dari arah Hamadi dan 299 meter dari arah Holtekamp. Total panjang jembatan ini ialah 732 meter dan lebarnya ialah 21 meter.
Jembatan ini merupakan jembatan terpanjang dan terlebar di Indonesia. Jembatan ini mempunyai jarak tempuh sekitar 17 km dari Hamadi ke Holtekamp dan sebaliknya.
c. Tol Balikpapan - Samarinda
Tol Balikpapan – Samarinda merupakan tol pertama di Pulau Kalimantan. Tol ini merupakan cikal bakan dibangunnya Trans Kalimantan. Pembangunan proyek ini dimulai tanggal 12 Januari 2011. Hingga awal Februari 2019, perkembangan pembangunan jalan tol ini telah mencapai panjang 99,02 km.
d. Tol Bakauheni – Terbanggi Besar
Jalan tol Bakauheni – Terbanggi Besar merupakan jalan tol terpanjang di Sumatera sekaligus yang terpanjang di Indonesia. Panjang jalan tol ini ialah 140,9 km. Adanya jalan tol Trans Sumatera ini diperlukan sanggup membantu menurunkan biaya logistik, sehingga produk, hasil bumi ataupun sumber daya sanggup terdistribusi dengan baik dan lebih cepat.
e. Tol Manado – Bitung
Total panjang jalan tol Manado – Bitung ialah sekitar 39 km. Dari panjang total itu, sekitar 25 km direncanakan akan beroperasi lebih awal. Jalan tol ini dibangun semenjak final tahun 2016 dan rencananya akan dioperasikan penuh pada tahun 2020.
Jalan tol ini akan melintasi Kabupaten Minahasa Utara. Sekitar 0 – 7 km pembangunannya memakai dana APBN, sedangkan 7 – 14 km menerima dana pinjaman dari luar pemerintah negara China. Sisanya 14 – 39 km dikerjakan oleh PT. Jasamarga Manado - Bitung.
Sumber http://ratukemalalaura.blogspot.com
0 Response to "Sistem Transportasi Di Indonesia"
Posting Komentar