Kritik Cerpen Hikayat Siti Rahima Yang Diambil Dari Antologi Cerpen Zen Hae Rumah Kawin
Mencari Kritik yang Tepat Untuk Cerpen Hikayat Siti Rahima yang Diambil Dari Antologi Cerpen Zen Hae “Rumah Kawin”
Zen Hae (Nur Zain Hae) lahir di kembangan, Jakarta Barat, 12 April 1970. anak betawi ini lulus dari jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Jakarta (kini Universitas Negeri Jakarta) pada 1994. Aktif menulis puisi, cerpen, dan tinjauan sastra. Sejumlah puisinya sempat menjadi juara dan nominator lomba cipta puisi di beberapa kota di Indonesia. Pernah bekerja, sebagai wartawan dan bergiat di LSM. Kini sepenuhnya penulis lepas. Rumah kawin ini yakni buku ceritanya yang pertama. “ Zen Hae termasuk pengarang yang berhasil mendayagunakan singkatan : kisah pendek bukan lagi ringkasan dari risilah panjang, tetapi mikrokosmos di mana kita bisa bermain tangkap-dan-lari dengan tokoh. Pengarang bukan lagi tukang khotbah, tetapi benar-benar berubah menjadi narator. Disitulah tabiat sadar diri maupun pengaruh penjarakan menciptakan pembaca sebagai “pencipta kedua” yang ikut memperkaya atau melengkapkan kisah (Nirwan Dewanto).
Berikut Pemaparan Mengenai Unsur Instrinsik yang Terdapat Pada Cerpen “ Hikayat Siti Rahima” Karya Zen Hae
1. Sinopsis Cerpen
Seorang gadis yang sedang berputus asa, alasannya yakni ia tidak lagi suci. Siti Rahima nama gadis itu mengandung benih dari seorang laki-laki yang bekerja sebagai kontraktor jalan. Akhirnya Siti Rahima diusir oleh keluarganya, dikarenakan telah mencoreng nama baik keluarga dan masyarakat kampungnya. Dengan keputus asaan Siti Rahima berjalan mencari lelakinya itu. Tiba di sebuah tempat, di bawah sebuah pohon besar. Pohon asam, Siti Rahima duduk untuk sekedar beristirahat. Keesokan harinya, warga kampung menemukan Siti Rahima tanpa nyawa. Siti Rahima mati, masuk dan tumbuhnya menyatu ke dalam Pohon Asam
2. Tema Cerpen
Menurut Brook dan Waren dalam Guntur (93:125) menyatakan tema yakni unsur atau makna suatu kisah atau novel. Sedangkan disatu sisi yang berbeda Brooks, Waren, dan Purser menyatakan tama yakni pandangan hidup yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu bentuk karya tulis. Tema merupakan gagasan pokok yang terdapat adalm sebuah wacana. Tema yang bisa diangkat dari Hikayat Siti Rahima yakni : “ Perjuangan seorang gadis dalam mempertahankan kisah hidupnya di dunia fana”.
3. Setting Cerpen
sendiri yakni waktu, tempat, atau suasana yang terjadi dalam cerita. Setting kadangkala diangkat tidak jauh dari latar belakang penulis sebuah karya sastra, maksudnya sebagian besar setting dari sebuah karya sastra merupakan daerah dari pengalaman penulis yang sangat berkesan. Dalam Cerpen Hikayat Siti Rahima berlatar belakang setting di sebuah kampung dipinggiran kota yang berbatasan pribadi dengan Ibukota Negara Jakarta,
“ Dulu saya insan juga. Seorang perempuan. Tetapi, itu duli, sudah usang sekali. Jauh sebelum jalan lingkar luar ini dibangun oleh konsorsium kontraktor Jepang-Indonesia. Ketika sewah dan kebun sayur membujur, ke utara dan timur laut, mengikuti alaur sungai Kali Angke. Di sebelah timurnya, sesudah hamparan sawah dan kebun sayur, rumah-rumah orang kampungku…”
4. Tokoh-Tokoh Cerpen
Tokoh menempatkan urutan pertama dari setiap karya sastra. Tanpa adanya tokoh sebuah karya sastra tidak akan hidup.
Tokoh merupakan orang-orang yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Setiap tokoh dalam novel mempunyai abjad yang berbeda-beda. Penggambaran tabiat tokoh dalam novel sangat detail, sehingga pembaca bisa memilai ,masing-masing tokoh tersebut. (Bahasa Indonesia, Tim Pengembangan Kurikulum ; 10). tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen Hikayat Siti Rahima yaitu :
· Siti Rahima
Seorang perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana. Kembang kampung yang gres mencicipi jatuh cinta kepada seorang konsorsium kontrkator jalan. Wanita tegar, yang lagi berputus asa dalam pencarian sang lelaki pujaan hati yang pergi entah ke mana. Wanita yang penuh gairah dan agresif. Wanita yang selal nrimo mendapatkan perlakuan dan takdir dari sang Kuasa.
· Pria yang menjadi pacar Rahima ( seorang Konsorsium Kontrkator Jalan)
Pria pekerja keras, laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Pria yang meninggalkan Siti Rahima sesudah ia meraih hati dan badan gadis itu, hingga sang gadis mengandung benih cinta mereka.
· Ayah
Pria yang tegas, berwibawa, taat pada pedoman agamanya. Pria yang mengusir anaknya gadisnya dikarenakan telah mencoreng nama baik keluarga.
· Ibu
Seorang perempuan yang lembut, lemah, perempuan yang sangat taat pada suaminya. Dia tidak bisa menetang ayah, saat ia mengusir Rahima dari rumah.
· Orang-orang kampung
Orang-orang yang kurang mengecam pendidikan. Masih menganut sistem yang sangat tradisional. Masih percaya kepada yang namanya dukun dan percaya kepada mitos. Orang-orang kampung yang tidak bisa mengusir para konsorsium kontraktor yang telah merusak alam kampung mereka.
5. Alur yang Digunakan Dalam Cerpen
Alur yakni struktur yang terdapat dalam fiksi atau drama (Brook dalam Guntur 1995:126). Artinya sebuah karya novel bergerak maju dari suatu permulaan (beginning), melalaui suatu pertengahan (middle), dan kesannya menuju kesuatu selesai kisah (ending).alur dalam cerpen Hikayat Siti Rahima Yaitu alur maju. Dan diakhiri dengan pencarian daerah kehidupan oleh Rahima, semoga dia dia bisa diterima di nirwana atau neraka.
6. Gaya Bahasa yang digunakan dalam Cerpen
Sebuah gaya bahasa yang baik haruslah mengandung tiga unsur menyerupai berikut ini; Kejujuran, yaitu mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Sopan santun, yaitu memberi penghargaan atau menghormati orang yang di ajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca. Dan Menarik, yaitu gaya bahasa dikatakan menarik apabila bervariasi, mempunyai humor yang sehat, pengertian yang baik, penuh dengan tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi). Gaya bahasa yakni cara memakai bahasa, style atau gaya bahasa sanggup dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang menunjukkan jiwa dan kepribadian penulis. Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen Hikayat Siti Rahima yakni :
Ø Anastrof/inverse yakni semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat.
“ Esok paginya orang-orang kampung ,menemukan tubuhku tergeletak kaku, dengan pengecap yang terjulur di dalam gerowong pohon asam. Rahima bunuh diri, kata orang. Dibunuh orang, kata yang lain. Pendek kata, saya sudah mati. Tetapi arwahku tidak pergi dari pohon ini…”
Ø Asidenton Adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari pasidenton. Beberapa kata, frasa atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung.
“ Pejamkan matamu, Tong. Matahari akan hilang. Hujan pertama akan datang. Tubuhku akan dingin, menggil, meliuk. Lidah-lidah air yang menjilati tubuhku, tanah dan pepohonan, yakni pengecap para lelaki yang kehausan…”
Ø Hiperbol, semacam gaya bahasa yang mengadung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal.
“ namun, lelaki itu tidak hanya mengukur, mengeker, dan mencatat. Ia memindai percik api dimataku. Dam saya mencicipi debur ombak di dadanya. Lalu sapaan, rayuan gombal. Ahai… jilatan pengecap ombak pada pasir panas. Tubuh-tubuh bergetar. Menggelinjang. Desah panjang. Percik darah….”
7. Amanat yang Terdapat Dalam Cerpen
Amanat yang disampaikan melalui cerpen Hikayat Siti Rahima yakni bahwa kita insan jangan terlalu mengutamakan kehidupan dunia saja, apalagi yang bisa menjerumuskan kita kedalam dunia penuh dosam menyerupai free sexs. Kita harus menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Jangan gampang berputus asa, apaun duduk kasus yang lagi kita hadapi. Sebab Tuhan tidak akan menawarkan sebuah cobaan melebihi kemampuan umatnya. Yang paling penting kita tetap menjaga sopan sntun kita kepada kedua orang renta dengan menghormati mereka.
8. Kritik yang Cocok Untuk Cerpen Hikayat Siti Rahima
Kritik yakni pengamatan yang teliti, perbandingan yang sempurna serta pertimbangan yang adil terhadap baik buruknya kualitas, nilai keberadaan sesuatu. Sedangkan kritik sastra ialah pengamatan yang teliti, perbandingan yang sempurna serta pertimbangan yang adil terhadap karya sastra (Tarigan 1993 : 188). Kaprikornus secara sederhana, kritik sastra sanggup diartikan sebagai evaluasi terhadap mutu karya sastra menurut kriteria dan pendekatan tertentu. Untuk sanggup menetukan apakah suatu karya sastra itu mutunya baik atau buruk, seorang penilai tentu harus membaca karya itu terlebih dahulu. Pada cerpen ini Kritik yang sanggup diangkat yaitu, kritik mitopoik ini yakni kritik yang paling gres dan yang paling ambisius dianta pendekatan-pendekatan kritik konterporer yang barang kali juga yang paling profokatif dalam tindakan-tindakan dan kemungkinannya. Kritikus mitopoik pun mendapatkan fakta-fakta yang dikumpulkan dari hasil riset histories dan kuantitatifnya dalam mitos, menjadi petunjuk jalan yang telah hampir hilang dalam perjalan kritik ke dalam sastra. Cerpen Hikayat Siti Rahima mengangkat kritik perihal mitopoik, di dalam novel ini Zen Hae menceritakan perihal penduduk kampung yang masih memegang erat perihal mitos dalam kehidupan. “Akhirnya mereka panggil seorang lelaki renta bermisai panjang dan bermata picak. Di hari yang ditentukan, sang dukun memperabukan dupa dan membaca mantra di depan gerowong tubuhku. “ dut serudut ular kadut. Yang nyangkut ngoyor kelaut. Aer manek aer sagu. Setan Rahima jangan ngeganggu. Puh!” saya tertawa mendengarnya. Begitu kental mitos yang ada di kampung itu sehingga pohon itu dijadikan daerah sacral pemujaan.
Sumber http://makalahdanskripsi.blogspot.com
Zen Hae (Nur Zain Hae) lahir di kembangan, Jakarta Barat, 12 April 1970. anak betawi ini lulus dari jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Jakarta (kini Universitas Negeri Jakarta) pada 1994. Aktif menulis puisi, cerpen, dan tinjauan sastra. Sejumlah puisinya sempat menjadi juara dan nominator lomba cipta puisi di beberapa kota di Indonesia. Pernah bekerja, sebagai wartawan dan bergiat di LSM. Kini sepenuhnya penulis lepas. Rumah kawin ini yakni buku ceritanya yang pertama. “ Zen Hae termasuk pengarang yang berhasil mendayagunakan singkatan : kisah pendek bukan lagi ringkasan dari risilah panjang, tetapi mikrokosmos di mana kita bisa bermain tangkap-dan-lari dengan tokoh. Pengarang bukan lagi tukang khotbah, tetapi benar-benar berubah menjadi narator. Disitulah tabiat sadar diri maupun pengaruh penjarakan menciptakan pembaca sebagai “pencipta kedua” yang ikut memperkaya atau melengkapkan kisah (Nirwan Dewanto).
Berikut Pemaparan Mengenai Unsur Instrinsik yang Terdapat Pada Cerpen “ Hikayat Siti Rahima” Karya Zen Hae
1. Sinopsis Cerpen
Seorang gadis yang sedang berputus asa, alasannya yakni ia tidak lagi suci. Siti Rahima nama gadis itu mengandung benih dari seorang laki-laki yang bekerja sebagai kontraktor jalan. Akhirnya Siti Rahima diusir oleh keluarganya, dikarenakan telah mencoreng nama baik keluarga dan masyarakat kampungnya. Dengan keputus asaan Siti Rahima berjalan mencari lelakinya itu. Tiba di sebuah tempat, di bawah sebuah pohon besar. Pohon asam, Siti Rahima duduk untuk sekedar beristirahat. Keesokan harinya, warga kampung menemukan Siti Rahima tanpa nyawa. Siti Rahima mati, masuk dan tumbuhnya menyatu ke dalam Pohon Asam
2. Tema Cerpen
Menurut Brook dan Waren dalam Guntur (93:125) menyatakan tema yakni unsur atau makna suatu kisah atau novel. Sedangkan disatu sisi yang berbeda Brooks, Waren, dan Purser menyatakan tama yakni pandangan hidup yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu bentuk karya tulis. Tema merupakan gagasan pokok yang terdapat adalm sebuah wacana. Tema yang bisa diangkat dari Hikayat Siti Rahima yakni : “ Perjuangan seorang gadis dalam mempertahankan kisah hidupnya di dunia fana”.
3. Setting Cerpen
sendiri yakni waktu, tempat, atau suasana yang terjadi dalam cerita. Setting kadangkala diangkat tidak jauh dari latar belakang penulis sebuah karya sastra, maksudnya sebagian besar setting dari sebuah karya sastra merupakan daerah dari pengalaman penulis yang sangat berkesan. Dalam Cerpen Hikayat Siti Rahima berlatar belakang setting di sebuah kampung dipinggiran kota yang berbatasan pribadi dengan Ibukota Negara Jakarta,
“ Dulu saya insan juga. Seorang perempuan. Tetapi, itu duli, sudah usang sekali. Jauh sebelum jalan lingkar luar ini dibangun oleh konsorsium kontraktor Jepang-Indonesia. Ketika sewah dan kebun sayur membujur, ke utara dan timur laut, mengikuti alaur sungai Kali Angke. Di sebelah timurnya, sesudah hamparan sawah dan kebun sayur, rumah-rumah orang kampungku…”
4. Tokoh-Tokoh Cerpen
Tokoh menempatkan urutan pertama dari setiap karya sastra. Tanpa adanya tokoh sebuah karya sastra tidak akan hidup.
Tokoh merupakan orang-orang yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Setiap tokoh dalam novel mempunyai abjad yang berbeda-beda. Penggambaran tabiat tokoh dalam novel sangat detail, sehingga pembaca bisa memilai ,masing-masing tokoh tersebut. (Bahasa Indonesia, Tim Pengembangan Kurikulum ; 10). tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen Hikayat Siti Rahima yaitu :
· Siti Rahima
Seorang perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana. Kembang kampung yang gres mencicipi jatuh cinta kepada seorang konsorsium kontrkator jalan. Wanita tegar, yang lagi berputus asa dalam pencarian sang lelaki pujaan hati yang pergi entah ke mana. Wanita yang penuh gairah dan agresif. Wanita yang selal nrimo mendapatkan perlakuan dan takdir dari sang Kuasa.
· Pria yang menjadi pacar Rahima ( seorang Konsorsium Kontrkator Jalan)
Pria pekerja keras, laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Pria yang meninggalkan Siti Rahima sesudah ia meraih hati dan badan gadis itu, hingga sang gadis mengandung benih cinta mereka.
· Ayah
Pria yang tegas, berwibawa, taat pada pedoman agamanya. Pria yang mengusir anaknya gadisnya dikarenakan telah mencoreng nama baik keluarga.
· Ibu
Seorang perempuan yang lembut, lemah, perempuan yang sangat taat pada suaminya. Dia tidak bisa menetang ayah, saat ia mengusir Rahima dari rumah.
· Orang-orang kampung
Orang-orang yang kurang mengecam pendidikan. Masih menganut sistem yang sangat tradisional. Masih percaya kepada yang namanya dukun dan percaya kepada mitos. Orang-orang kampung yang tidak bisa mengusir para konsorsium kontraktor yang telah merusak alam kampung mereka.
5. Alur yang Digunakan Dalam Cerpen
Alur yakni struktur yang terdapat dalam fiksi atau drama (Brook dalam Guntur 1995:126). Artinya sebuah karya novel bergerak maju dari suatu permulaan (beginning), melalaui suatu pertengahan (middle), dan kesannya menuju kesuatu selesai kisah (ending).alur dalam cerpen Hikayat Siti Rahima Yaitu alur maju. Dan diakhiri dengan pencarian daerah kehidupan oleh Rahima, semoga dia dia bisa diterima di nirwana atau neraka.
6. Gaya Bahasa yang digunakan dalam Cerpen
Sebuah gaya bahasa yang baik haruslah mengandung tiga unsur menyerupai berikut ini; Kejujuran, yaitu mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Sopan santun, yaitu memberi penghargaan atau menghormati orang yang di ajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca. Dan Menarik, yaitu gaya bahasa dikatakan menarik apabila bervariasi, mempunyai humor yang sehat, pengertian yang baik, penuh dengan tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi). Gaya bahasa yakni cara memakai bahasa, style atau gaya bahasa sanggup dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang menunjukkan jiwa dan kepribadian penulis. Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen Hikayat Siti Rahima yakni :
Ø Anastrof/inverse yakni semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat.
“ Esok paginya orang-orang kampung ,menemukan tubuhku tergeletak kaku, dengan pengecap yang terjulur di dalam gerowong pohon asam. Rahima bunuh diri, kata orang. Dibunuh orang, kata yang lain. Pendek kata, saya sudah mati. Tetapi arwahku tidak pergi dari pohon ini…”
Ø Asidenton Adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari pasidenton. Beberapa kata, frasa atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung.
“ Pejamkan matamu, Tong. Matahari akan hilang. Hujan pertama akan datang. Tubuhku akan dingin, menggil, meliuk. Lidah-lidah air yang menjilati tubuhku, tanah dan pepohonan, yakni pengecap para lelaki yang kehausan…”
Ø Hiperbol, semacam gaya bahasa yang mengadung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal.
“ namun, lelaki itu tidak hanya mengukur, mengeker, dan mencatat. Ia memindai percik api dimataku. Dam saya mencicipi debur ombak di dadanya. Lalu sapaan, rayuan gombal. Ahai… jilatan pengecap ombak pada pasir panas. Tubuh-tubuh bergetar. Menggelinjang. Desah panjang. Percik darah….”
7. Amanat yang Terdapat Dalam Cerpen
Amanat yang disampaikan melalui cerpen Hikayat Siti Rahima yakni bahwa kita insan jangan terlalu mengutamakan kehidupan dunia saja, apalagi yang bisa menjerumuskan kita kedalam dunia penuh dosam menyerupai free sexs. Kita harus menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Jangan gampang berputus asa, apaun duduk kasus yang lagi kita hadapi. Sebab Tuhan tidak akan menawarkan sebuah cobaan melebihi kemampuan umatnya. Yang paling penting kita tetap menjaga sopan sntun kita kepada kedua orang renta dengan menghormati mereka.
8. Kritik yang Cocok Untuk Cerpen Hikayat Siti Rahima
Kritik yakni pengamatan yang teliti, perbandingan yang sempurna serta pertimbangan yang adil terhadap baik buruknya kualitas, nilai keberadaan sesuatu. Sedangkan kritik sastra ialah pengamatan yang teliti, perbandingan yang sempurna serta pertimbangan yang adil terhadap karya sastra (Tarigan 1993 : 188). Kaprikornus secara sederhana, kritik sastra sanggup diartikan sebagai evaluasi terhadap mutu karya sastra menurut kriteria dan pendekatan tertentu. Untuk sanggup menetukan apakah suatu karya sastra itu mutunya baik atau buruk, seorang penilai tentu harus membaca karya itu terlebih dahulu. Pada cerpen ini Kritik yang sanggup diangkat yaitu, kritik mitopoik ini yakni kritik yang paling gres dan yang paling ambisius dianta pendekatan-pendekatan kritik konterporer yang barang kali juga yang paling profokatif dalam tindakan-tindakan dan kemungkinannya. Kritikus mitopoik pun mendapatkan fakta-fakta yang dikumpulkan dari hasil riset histories dan kuantitatifnya dalam mitos, menjadi petunjuk jalan yang telah hampir hilang dalam perjalan kritik ke dalam sastra. Cerpen Hikayat Siti Rahima mengangkat kritik perihal mitopoik, di dalam novel ini Zen Hae menceritakan perihal penduduk kampung yang masih memegang erat perihal mitos dalam kehidupan. “Akhirnya mereka panggil seorang lelaki renta bermisai panjang dan bermata picak. Di hari yang ditentukan, sang dukun memperabukan dupa dan membaca mantra di depan gerowong tubuhku. “ dut serudut ular kadut. Yang nyangkut ngoyor kelaut. Aer manek aer sagu. Setan Rahima jangan ngeganggu. Puh!” saya tertawa mendengarnya. Begitu kental mitos yang ada di kampung itu sehingga pohon itu dijadikan daerah sacral pemujaan.
0 Response to "Kritik Cerpen Hikayat Siti Rahima Yang Diambil Dari Antologi Cerpen Zen Hae Rumah Kawin"
Posting Komentar