Makalah: Penyimpangan Seksual
2.1 Bentuk – Bentuk Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual yakni acara seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapat kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang dipakai oleh orang tersebut yakni memakai obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, ibarat pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Berikut ini macam-macam bentuk penyimpangan seksual:
1.Homoseksual
Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi untuk penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan disini yakni kaitan yang erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS. Pernyataan ini dipertegas dalam jurnal kedokteran Amerika (JAMA tahun 2000), kaum homoseksual yang "mencari" pasangannya melalui internet, terpapar risiko penyakit menular seksual (termasuk AIDS) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak.
2.Sadomasokisme
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual diperoleh bila mereka melaksanakan relasi seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual.
3.Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan menunjukkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi begini sering diderita pria, dengan menunjukkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi.
4.Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan bekerjasama seksual. Setelah melaksanakan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melaksanakan tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi sesudah atau selama mengintip atau melihat korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual. Yang jelas, para penderita sikap seksual menyimpang sering membutuhkan bimbingan atau konseling kejiwaan, disamping dukungan orang-orang terdekatnya supaya sanggup membantu mengatasi keadaan mereka.
5.Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Makara pada penderita fetishisme, acara seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang sanggup meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapat kepuasan. Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melaksanakan relasi seksual yang sebetulnya dengan pasangannya tersebut.
6. Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil
Adalah orang remaja yang yang suka melaksanakan relasi seks / kontak fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur.
7.Bestially
Bestially yakni insan yang suka melaksanakan relasi seks dengan binatang ibarat kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya.
8.Incest
Adalah relasi seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri ibarat antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengna anak cowok
9.Necrophilia/Necrofil
Adalah orang yang suka melaksanakan relasi seks dengan orang yang sudah menjadi mayit / orang mati.
10.Zoophilia
Zoofilia yakni orang yang senang dan terangsang melihat binatang melaksanakan relasi seks dengan hewan.
11.Sodomi
Sodomi yakni laki-laki yang suka bekerjasama seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan.
12.Frotteurisme/Frotteuris
Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki mendapat kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-gosok alat kelaminnya ke badan perempuan di tempat publik / umum ibarat di kereta, pesawat, bis, dll.
13.Gerontopilia
yakni suatu sikap penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut (nenek-nenek atau kakek-kakek). Gerontopilia termasuk dalam salah satu diagnosis gangguan seksual, dari sekian banyak gangguan seksual ibarat voyurisme, exhibisionisme, sadisme, masochisme, pedopilia, brestilia, homoseksual, fetisisme, frotteurisme, dan lain sebagainya. Keluhan awalnya yakni merasa impoten bila menghadapi istri/suami sebagai pasangan hidupnya, lantaran merasa tidak tertarik lagi. Semakin ia didesak oleh pasangannya maka ia semakin tidak berkutik, bahkan menjadi cemas. Gairah seksualnya kepada pasangan yang sebetulnya justru bisa bangun lagi kalau ia telah bertemu dengan idamannya (kakek/nenek).
Manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhkluk sempurna, sehingga bisa mengasihi dirinya (autoerotik), mengasihi orang lain beda jenis (heteroseksual) namun juga yang sejenis (homoseksual) bahkan sanggup jatuh cinta makhluk lain ataupun benda, sehingga kemungkinan terjadi sikap menyimpang dalam sikap seksual amat banyak. Manusia walaupun diciptakanNya tepat namun ada keterbatasan, contohnya insan itu satu-satunya makhluk yang verbal dan hidungnya tidak bisa menyentuh genetalianya; seandainya sanggup dilakukan mungkin insan sangat mengasihi dirinya secara menyimpang pula. Hal itu sangat berbeda dengan hewan, hampir semua binatang bisa mencium dan menjilat genetalianya, kecuali Barnobus (sejenis Gorilla) yang sulit mencium genetalianya. Barnobus satu-satunya jenis apes (monyet) yang bila bercinta menatap muka pasangannya, sama dengan manusia. Hewanpun juga banyak yang mempunyai penyimpangan sikap seksual ibarat pada manusia, hanya saja mungkin variasinya lebih sedikit, contohnya ada binatang yang homoseksual, sadisme, dan sebagainya.
Kasus Gerontopilia mungkin jarang terdapat dalam masyarakat lantaran umumnya si pelaku aib untuk berkonsultasi ke ahli, dan tidak jarang mereka yakni anggota masyarakat biasa yang juga mempunyai keluarga (anak & istri/suami) serta sanggup menjalankan tugas-tugas hidupnya secara normal bahkan kadang kala mereka dikenal sebagai orang-orang yang berhasil/sukses dalam karirnya. Meski jarang ditemukan, tidaklah berarti bahwa kasus tersebut tidak ada dalam masyarakat Indonesia.
Contoh Kasus
Sebut saja si pelaku berinisial "S". S mulai menceritakan riwayat hidupnya sebagai seorang anak laki-laki yang ketika berumur 4 tahun ayahnya meninggal dunia, dan selanjutnya ia diasuh oleh kakek dan neneknya. Kehidupan masa kecilnya bersama nenek dan kakeknya cukup bahagia, S sanggup mengikuti pendidikan formal dengan baik. Setelah lulus SMA, S pindah ke kota lain lantaran diterima di salah satu Fakultas Kedokteran Negeri di Sumatera dan alhasil berhasil menjadi seorang dokter. Ketika di Sekolah Menengan Atas banyak waktu dihabiskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di masjid atau surau ibarat kawan-kawan sebayanya di sana. Meski telah menjadi seorang dokter, ada kenangan yang sulit dilupakan lantaran pada ketika S banyak melaksanakan kegiatan di surau, ia mempunyai kenalan yang sangat dekat yaitu seorang kakek yang banyak mengatakan perhatian, bantuan, dorongan, kesenangan dan kepuasan bagi S sebagai seorang remaja. Pada ketika S kuliah di kota lain relasi tetap terjalin, tiap malam ahad ia pulang ibarat remaja lain mengunjungi pacarnya. Namun pacar S ini lain dari yang lain yaitu seorang kakek yang ubanan, higienis dan ganteng, katanya. Apa yang dilakukan antara kakek dan remaja tersebut ternyata bercinta secara homoseksual. Hal itu dilakukan cukup usang semenjak Sekolah Menengan Atas kelas I hingga S lulus menjadi dokter, pada hal si kakek tersebut punya anak dan punya istri. Cara bercintanya juga sangat rapi lantaran tidak ada yang tahu, baik pihak keluarga kakek maupun keluarga S, termasuk kawan-kawan sebayanya. Rupanya apa yang dilakukan kedua insan berbeda usia dan sejenis tersebut membahagiakan kedua belah pihak, lantaran kedua belah pihak merasa sulit untuk berpisah. Untuk menjaga kelestarian relasi antara keduanya, kakek mengatakan kepada S supaya menikah dengan anak perempuannya berjulukan (K). S sudah cukup kenal dengan K walaupun merasa tidak cinta, ibarat cintanya terhadap ayah K. Namun alhasil S nikah dengan K lantaran ada udang dibalik kerikil supaya tetap dekat dengan ayah K. Dalam kehidupan sebagai suami istri S menjalaninya biasa-biasa saja, namun relasi dengan kakek juga tetap dijalankan, bahkan merasa lebih bebas lantaran satu rumah. Kadang-kadang ia bermesraan sama kakek yang kini yakni mertua, namun kadang kala bermesraan sama K sebagai istri. Dalam bathin S sering timbul perasaan bahwa cintanya terhadap istri cukup sebagai simbol status sosial, lantaran secara umum hal itu merupakan suatu yang masuk akal bahwa laki-laki berpasangan dengan wanita. Namun disisi lain S merasa sangat mengasihi kakek dan merasa lebih bernafsu dalam bercinta. Bahkan S merasa terangsang dengan istri bila habis bermesraan dengan kakek, entah bagaimana caranya. Keadaan itulah yang terus terbawa hingga ketika ini. S merasa bernafsu dengan istrinya apabila habis bercinta dengan si kakek.
Kehidupan memang tidak pernah akan berlanjut dengan mulus bagi S untuk bermesraan dengan dua orang, dimana satu sama lain tidak menunjukkan kecumburuan dan kecurigaan dan dua-duanya memberi kepuasan pada dirinya. Setelah S dengan K mempunyai anak pertama, si kakek meninggal dunia. S pada awalnya merasa shock lantaran pasangan yang sangat dicintainya telah tiada dan S kemudian mencurahkan perhatiannya kepada anak dan istrinya serta pekerjaannya sebagai pegawai negeri. Waktu berlalu dengan cepat, hingga alhasil S sudah berpindah-pindah kota dan sudah menduduki jabatan penting. Suatu ketika S ditawari untuk pindah ke Jakarta dan ia tentu saja merasa sangat senang lantaran sanggup bekerja di pusat. Setelah berada di Jakarta S merasa senang kalau mendapat kiprah mendampingi tamu bule laki-laki untuk keliling daerah. Menurut S umumnya orang bule senang diajak main cinta dengan dia, sehingga harapan S untuk bertemu idamannya yaitu laki-laki, sudah cukup tua, rambutnya putih dan klimis, apalagi mau diajak bercinta semakin menggebu lagi. Ketika hal itu sanggup dilakukan S maka ia merasa senang dan merasa bernafsu untuk bercinta dengan istrinya. Selain itu relasi S dengan istrinya tidak uring-uringan dan keduanya merasa bahagia, walaupun keadaan S mungkin tidak diketahui oleh istrinya.
Dalam kehidupan bermasyarakat sikap S terlihat biasa-biasa saja namun sebagai seorang spesialis medis ia mendapat kesulitan bila menemui pasien ibarat yang diidamkannya yaitu laki-laki cukup tua, rambut putih, penampilan higienis dan klimis. Setiap bertemu pasien ibarat itu S eksklusif naksir dan amat tertarik. Kata S, secara naluri ia tahu apakah orang yang dihadapi (diperiksa) itu mau diajak bercinta atau tidak, sehingga hal itu menjadikan konflik, antara kiprah profesi dan dorongan nalurinya yang tidak pada tempatnya. Untuk menjaga profesinya itu S sangat hati-hati jangan hingga diam-diam dirinya diketahui oleh para pasiennya. Dalam keadaan inilah S sering merasa terganggu ketenangannya sehingga di rumahpun ia gampang menjadi emosional dan uring-uringan. Keadaan ibarat itu terus berlanjut hingga usianya berkepala lima. Dorongan ingin bertemu dengan idamannya sangat kuat. Saking kuatnya harapan tersebut, suatu ketika S mencoba mendekati bencong di pinggir jalan di sekitar sebuah taman di Jakarta pada ketika bencong mejeng di sana. Begitu gampang berkenalan dengan bencong bagi S, namun S menjadi terkejut dan takut lantaran sikap bencong ternyata lain dengan yang di bayangkan S. Kata S bencong yang ditemuinya ternyata lebih feminin dari wanita, sehingga ia gundah bagaimana cara merayunya untuk bercinta, sehingga S teringat pada istrinya dan impulsif meninggalkann bencong tersebut.
Contoh kasus di atas menggambarkan bahwa penyimpangan (deviasi) seksual kadang kala memang merupakan sesuatu yang aneh. Misalnya kenapa S menjadi bingung, obsesif, cemas hanya lantaran ingin ketemu untuk bercinta dengan orang yang sudah renta dan sejenis (homo), padahal ia sudah punya anak dan istri. Kasus tersebut juga heteroseksual (punya istri) namun juga biseksual lantaran sanggup bercinta dengan sejenis maupun lawan jenis. Disisi lain S juga mengeluh impotensi terhadap istri, walaupun hal itu tidak bersifat permanen, bahkan kalau sesudah ketemu idamannya untuk bermain cinta, ia menjadi bernafsu lagi.
Menyikapi masalah-masalah ibarat dalam contoh kasus tersebut, kita semua dituntut untuk mempunyai ketahanan mental supaya tidak gampang terpengaruhi untuk melaksanakan hal-hal yang tidak sewajarnya sehingga alhasil menjadi menyimpang. Untuk memperoleh ketahanan mental tersebut kita sudah diberikan contoh dan aliran berupa norma-norma agama, norma adat maupun norma sosial. Oleh alasannya itu berperilakulah yang normatif dalam arti bertingkahlaku mengikuti norma agama, norma adat dan norma sosial yang berlaku.
Sumber http://makalahdanskripsi.blogspot.com
Penyimpangan seksual yakni acara seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapat kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang dipakai oleh orang tersebut yakni memakai obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, ibarat pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Berikut ini macam-macam bentuk penyimpangan seksual:
1.Homoseksual
Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi untuk penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan disini yakni kaitan yang erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS. Pernyataan ini dipertegas dalam jurnal kedokteran Amerika (JAMA tahun 2000), kaum homoseksual yang "mencari" pasangannya melalui internet, terpapar risiko penyakit menular seksual (termasuk AIDS) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak.
2.Sadomasokisme
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual diperoleh bila mereka melaksanakan relasi seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual.
3.Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan menunjukkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi begini sering diderita pria, dengan menunjukkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi.
4.Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan bekerjasama seksual. Setelah melaksanakan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melaksanakan tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi sesudah atau selama mengintip atau melihat korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual. Yang jelas, para penderita sikap seksual menyimpang sering membutuhkan bimbingan atau konseling kejiwaan, disamping dukungan orang-orang terdekatnya supaya sanggup membantu mengatasi keadaan mereka.
5.Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Makara pada penderita fetishisme, acara seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang sanggup meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapat kepuasan. Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melaksanakan relasi seksual yang sebetulnya dengan pasangannya tersebut.
6. Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil
Adalah orang remaja yang yang suka melaksanakan relasi seks / kontak fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur.
7.Bestially
Bestially yakni insan yang suka melaksanakan relasi seks dengan binatang ibarat kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya.
8.Incest
Adalah relasi seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri ibarat antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengna anak cowok
9.Necrophilia/Necrofil
Adalah orang yang suka melaksanakan relasi seks dengan orang yang sudah menjadi mayit / orang mati.
10.Zoophilia
Zoofilia yakni orang yang senang dan terangsang melihat binatang melaksanakan relasi seks dengan hewan.
11.Sodomi
Sodomi yakni laki-laki yang suka bekerjasama seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan.
12.Frotteurisme/Frotteuris
Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki mendapat kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-gosok alat kelaminnya ke badan perempuan di tempat publik / umum ibarat di kereta, pesawat, bis, dll.
13.Gerontopilia
yakni suatu sikap penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut (nenek-nenek atau kakek-kakek). Gerontopilia termasuk dalam salah satu diagnosis gangguan seksual, dari sekian banyak gangguan seksual ibarat voyurisme, exhibisionisme, sadisme, masochisme, pedopilia, brestilia, homoseksual, fetisisme, frotteurisme, dan lain sebagainya. Keluhan awalnya yakni merasa impoten bila menghadapi istri/suami sebagai pasangan hidupnya, lantaran merasa tidak tertarik lagi. Semakin ia didesak oleh pasangannya maka ia semakin tidak berkutik, bahkan menjadi cemas. Gairah seksualnya kepada pasangan yang sebetulnya justru bisa bangun lagi kalau ia telah bertemu dengan idamannya (kakek/nenek).
Manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhkluk sempurna, sehingga bisa mengasihi dirinya (autoerotik), mengasihi orang lain beda jenis (heteroseksual) namun juga yang sejenis (homoseksual) bahkan sanggup jatuh cinta makhluk lain ataupun benda, sehingga kemungkinan terjadi sikap menyimpang dalam sikap seksual amat banyak. Manusia walaupun diciptakanNya tepat namun ada keterbatasan, contohnya insan itu satu-satunya makhluk yang verbal dan hidungnya tidak bisa menyentuh genetalianya; seandainya sanggup dilakukan mungkin insan sangat mengasihi dirinya secara menyimpang pula. Hal itu sangat berbeda dengan hewan, hampir semua binatang bisa mencium dan menjilat genetalianya, kecuali Barnobus (sejenis Gorilla) yang sulit mencium genetalianya. Barnobus satu-satunya jenis apes (monyet) yang bila bercinta menatap muka pasangannya, sama dengan manusia. Hewanpun juga banyak yang mempunyai penyimpangan sikap seksual ibarat pada manusia, hanya saja mungkin variasinya lebih sedikit, contohnya ada binatang yang homoseksual, sadisme, dan sebagainya.
Kasus Gerontopilia mungkin jarang terdapat dalam masyarakat lantaran umumnya si pelaku aib untuk berkonsultasi ke ahli, dan tidak jarang mereka yakni anggota masyarakat biasa yang juga mempunyai keluarga (anak & istri/suami) serta sanggup menjalankan tugas-tugas hidupnya secara normal bahkan kadang kala mereka dikenal sebagai orang-orang yang berhasil/sukses dalam karirnya. Meski jarang ditemukan, tidaklah berarti bahwa kasus tersebut tidak ada dalam masyarakat Indonesia.
Contoh Kasus
Sebut saja si pelaku berinisial "S". S mulai menceritakan riwayat hidupnya sebagai seorang anak laki-laki yang ketika berumur 4 tahun ayahnya meninggal dunia, dan selanjutnya ia diasuh oleh kakek dan neneknya. Kehidupan masa kecilnya bersama nenek dan kakeknya cukup bahagia, S sanggup mengikuti pendidikan formal dengan baik. Setelah lulus SMA, S pindah ke kota lain lantaran diterima di salah satu Fakultas Kedokteran Negeri di Sumatera dan alhasil berhasil menjadi seorang dokter. Ketika di Sekolah Menengan Atas banyak waktu dihabiskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di masjid atau surau ibarat kawan-kawan sebayanya di sana. Meski telah menjadi seorang dokter, ada kenangan yang sulit dilupakan lantaran pada ketika S banyak melaksanakan kegiatan di surau, ia mempunyai kenalan yang sangat dekat yaitu seorang kakek yang banyak mengatakan perhatian, bantuan, dorongan, kesenangan dan kepuasan bagi S sebagai seorang remaja. Pada ketika S kuliah di kota lain relasi tetap terjalin, tiap malam ahad ia pulang ibarat remaja lain mengunjungi pacarnya. Namun pacar S ini lain dari yang lain yaitu seorang kakek yang ubanan, higienis dan ganteng, katanya. Apa yang dilakukan antara kakek dan remaja tersebut ternyata bercinta secara homoseksual. Hal itu dilakukan cukup usang semenjak Sekolah Menengan Atas kelas I hingga S lulus menjadi dokter, pada hal si kakek tersebut punya anak dan punya istri. Cara bercintanya juga sangat rapi lantaran tidak ada yang tahu, baik pihak keluarga kakek maupun keluarga S, termasuk kawan-kawan sebayanya. Rupanya apa yang dilakukan kedua insan berbeda usia dan sejenis tersebut membahagiakan kedua belah pihak, lantaran kedua belah pihak merasa sulit untuk berpisah. Untuk menjaga kelestarian relasi antara keduanya, kakek mengatakan kepada S supaya menikah dengan anak perempuannya berjulukan (K). S sudah cukup kenal dengan K walaupun merasa tidak cinta, ibarat cintanya terhadap ayah K. Namun alhasil S nikah dengan K lantaran ada udang dibalik kerikil supaya tetap dekat dengan ayah K. Dalam kehidupan sebagai suami istri S menjalaninya biasa-biasa saja, namun relasi dengan kakek juga tetap dijalankan, bahkan merasa lebih bebas lantaran satu rumah. Kadang-kadang ia bermesraan sama kakek yang kini yakni mertua, namun kadang kala bermesraan sama K sebagai istri. Dalam bathin S sering timbul perasaan bahwa cintanya terhadap istri cukup sebagai simbol status sosial, lantaran secara umum hal itu merupakan suatu yang masuk akal bahwa laki-laki berpasangan dengan wanita. Namun disisi lain S merasa sangat mengasihi kakek dan merasa lebih bernafsu dalam bercinta. Bahkan S merasa terangsang dengan istri bila habis bermesraan dengan kakek, entah bagaimana caranya. Keadaan itulah yang terus terbawa hingga ketika ini. S merasa bernafsu dengan istrinya apabila habis bercinta dengan si kakek.
Kehidupan memang tidak pernah akan berlanjut dengan mulus bagi S untuk bermesraan dengan dua orang, dimana satu sama lain tidak menunjukkan kecumburuan dan kecurigaan dan dua-duanya memberi kepuasan pada dirinya. Setelah S dengan K mempunyai anak pertama, si kakek meninggal dunia. S pada awalnya merasa shock lantaran pasangan yang sangat dicintainya telah tiada dan S kemudian mencurahkan perhatiannya kepada anak dan istrinya serta pekerjaannya sebagai pegawai negeri. Waktu berlalu dengan cepat, hingga alhasil S sudah berpindah-pindah kota dan sudah menduduki jabatan penting. Suatu ketika S ditawari untuk pindah ke Jakarta dan ia tentu saja merasa sangat senang lantaran sanggup bekerja di pusat. Setelah berada di Jakarta S merasa senang kalau mendapat kiprah mendampingi tamu bule laki-laki untuk keliling daerah. Menurut S umumnya orang bule senang diajak main cinta dengan dia, sehingga harapan S untuk bertemu idamannya yaitu laki-laki, sudah cukup tua, rambutnya putih dan klimis, apalagi mau diajak bercinta semakin menggebu lagi. Ketika hal itu sanggup dilakukan S maka ia merasa senang dan merasa bernafsu untuk bercinta dengan istrinya. Selain itu relasi S dengan istrinya tidak uring-uringan dan keduanya merasa bahagia, walaupun keadaan S mungkin tidak diketahui oleh istrinya.
Dalam kehidupan bermasyarakat sikap S terlihat biasa-biasa saja namun sebagai seorang spesialis medis ia mendapat kesulitan bila menemui pasien ibarat yang diidamkannya yaitu laki-laki cukup tua, rambut putih, penampilan higienis dan klimis. Setiap bertemu pasien ibarat itu S eksklusif naksir dan amat tertarik. Kata S, secara naluri ia tahu apakah orang yang dihadapi (diperiksa) itu mau diajak bercinta atau tidak, sehingga hal itu menjadikan konflik, antara kiprah profesi dan dorongan nalurinya yang tidak pada tempatnya. Untuk menjaga profesinya itu S sangat hati-hati jangan hingga diam-diam dirinya diketahui oleh para pasiennya. Dalam keadaan inilah S sering merasa terganggu ketenangannya sehingga di rumahpun ia gampang menjadi emosional dan uring-uringan. Keadaan ibarat itu terus berlanjut hingga usianya berkepala lima. Dorongan ingin bertemu dengan idamannya sangat kuat. Saking kuatnya harapan tersebut, suatu ketika S mencoba mendekati bencong di pinggir jalan di sekitar sebuah taman di Jakarta pada ketika bencong mejeng di sana. Begitu gampang berkenalan dengan bencong bagi S, namun S menjadi terkejut dan takut lantaran sikap bencong ternyata lain dengan yang di bayangkan S. Kata S bencong yang ditemuinya ternyata lebih feminin dari wanita, sehingga ia gundah bagaimana cara merayunya untuk bercinta, sehingga S teringat pada istrinya dan impulsif meninggalkann bencong tersebut.
Contoh kasus di atas menggambarkan bahwa penyimpangan (deviasi) seksual kadang kala memang merupakan sesuatu yang aneh. Misalnya kenapa S menjadi bingung, obsesif, cemas hanya lantaran ingin ketemu untuk bercinta dengan orang yang sudah renta dan sejenis (homo), padahal ia sudah punya anak dan istri. Kasus tersebut juga heteroseksual (punya istri) namun juga biseksual lantaran sanggup bercinta dengan sejenis maupun lawan jenis. Disisi lain S juga mengeluh impotensi terhadap istri, walaupun hal itu tidak bersifat permanen, bahkan kalau sesudah ketemu idamannya untuk bermain cinta, ia menjadi bernafsu lagi.
Menyikapi masalah-masalah ibarat dalam contoh kasus tersebut, kita semua dituntut untuk mempunyai ketahanan mental supaya tidak gampang terpengaruhi untuk melaksanakan hal-hal yang tidak sewajarnya sehingga alhasil menjadi menyimpang. Untuk memperoleh ketahanan mental tersebut kita sudah diberikan contoh dan aliran berupa norma-norma agama, norma adat maupun norma sosial. Oleh alasannya itu berperilakulah yang normatif dalam arti bertingkahlaku mengikuti norma agama, norma adat dan norma sosial yang berlaku.
0 Response to "Makalah: Penyimpangan Seksual"
Posting Komentar