-->

iklan banner

Pengaruh Penerapan Pembelajaran Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Team Accelarated Instrucsion (Tai) Terhadap Prestasi Berguru Matematika Siswa Smpn

JUDUL
Pengaruh penerapan pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe Team Accelarated Instrucsion (TAI) terhadap prestasi berguru matematika siswa SMPN 5 Serang.





BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang membangun. Dengan pembangunan, Indonesia sanggup sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju untuk melaksanakan suatu pembangunan sangatlah dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cerdas dan terampil di bidangnya masing-masing. Kecerdasan dan keterampilan tersebut sanggup dikembangkan dengan adanya pendidikan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memacu pengelola pendidikan untuk melaksanakan usaha guna meningkatkan mutu pendidikan. Ketika pendidikan ingin dikatakan bermutu atau maju prestasinya sanggup dilihat secara objektif dan jelas. Basis pendidikan yang mengarah pada perkembangan teknologi salah satunya yakni matematika. Seperti yang dikatakan oleh Morris Kline (Simanjuntak L, 1993: 64) bahwa jatuh bangunnya suatu negara sampaumur ini bergantung dari kemajuan di bidang matematika. Karena pentingnya hal tersebut maka banyak negara yang telah maju, menimbulkan matematika sebagai suatu basis dalam pembangunan negaranya. Namun apabila melihat kondisi pendidikan di Indonesia dari dahulu hingga pada ketika ini masih sangat memprihatinkan, hal ini sanggup dilahat dari rendahnya prestasi berguru matematika pada setiap jenjang pendidikan. Hal ini juga sanggup dibuktikan dengan banyaknya siswa yang memperoleh nilai pada Ujian Akhir Nasional (UAN). Khususnya mata pelajaran matematika, nilai siswa SMP pada tahun aliran 2005/2006 di bawah standar nilai kelulusan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 4,25 sehingga sangat dibutuhkan suatu upaya dari seorang pendidik biar persoalan tersebut sanggup diatasi dan juga sanggup meningkatkan prestasi berguru matematika siswa.

Dalam upaya meningkatkan prestasi siswa terhadap matematika sangat dibutuhkan trik atau metode yang harus dikuasai dan dilakukan oleh setiap pendidik, khususnya pendidik pelajaran matematika. Hal ini perlu dilakukan sebab sebagian besar siswa menganggap bahwa matematika yakni suatu pelajaran yang sulit untuk dipahami dan membosankan sehingga sanggup mengakibatkan banyak sekali siswa tidak menyukai pelajaran matematika pada kesudahannya sanggup menjadi salah satu penyebab rendahnya prestasi berguru siswa. Seperti yang dikatakan oleh Suyatno (Asmin, 2003:1) bahwa hal yang banyak sanggup mengakibatkan siswa tidak menyukai pelajaran matematika yakni penyampaian guru yang cenderung bersifat monoton, hampir tanpa variasi kreatif.

Sejauh ini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia yang semakin lama
semakin terpuruk ini, dengan adanya kelulusan yang kurang qualified, dalam hal ini pemerintah telah merumuskan kurikulum baru, yaitu yang di kenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini telah di revisi lagi oleh pemerintah dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum ini telah diberlakukan oleh pemerintah pada bulan juni tahun 2006. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kurikulum gres ini akan menunjukkan kesempatan untuk berkreasi, yakni berkreasi membuatkan kurikulum berdasarkan standar isi dan kompetensi kurikulum inti yang diatur oleh pemerintah. (Nugroho Hendy ; 2006 : 1).

Kurikulum 2006 yang disusn oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) secara substansial sama dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang ditetapkan 2004 lalu. Perbedaannya, kurikulum 2006 tidak mengatur secara rinci acara berguru mengajar dikelas, guru dan sekolah bebas mengembangkannya sendiri sesuai dengan kondisi murid dan daerahnya.

Menurut Djaali (Zatnika; Media Indonesia : 1) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sendiri belum terealisasi secara optimal. Pemberlakuan kurikulum 2006 diharapkan makin mengukuhkan eksistensi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Menurut Kepala Dinas P&K Jawa Timur, Dr. Rasiyo.Msi. (Surya Online :1) Dibuatnya kurikulum 2006 ini merupakan suatu bentuk implementasi peraturan pemerintah N0. 19 tahun 2005 wacana standar nasional pendidikan. Rasiyo juga menegaskan bahwa kurikulum 2006 ini menunjukkan keleluasaan kepada sekolah untuk sanggup menentukan materi sendiri, acara pembelajaran dan indikator yang harus dicapai oleh murid.

Pembelajaran kooperatif atau yang sering disebut dengan berguru secara berkelompok ini mempunyai banyak sekali macam tipe, namun yang ingin diterapkan dalam penelitian ini yakni tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) yang sanggup dipakai untuk meningkatkan dan mengefektifkan implementasi kurikulum 2004.

Ruang kelas merupakan suatu tempat yang sangat baik untuk acara kooperatif Learning (Suherman, 2003:259). Metode kooperatif ini sepertinya akan sanggup melatih para siswa untuk mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan temuan-temuan dalam bentuk tulisan. Di dalam ruang kelas para siswa sanggup diberi kesempatan berkarya dalam kelompok-kelompok kecil, untuk menuntaskan atau memecahkan suatu persoalan secara bersama.

Kooperatif dalam matematika juga akan sanggup membantu para siswa meningkatkan perilaku positif siswa dalam metematika (Suherman, 2003:259) para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya, untuk menuntaskan masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika (math a xietiy), yang banyak dialami para siswa .dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok. Model berguru kooperatif learning tipe Team Asccelerated Intriction (TAI) sanggup membuat siswa mendapatkan siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang yang berbeda. Metode ini juga telah terbukti sanggup meningkatkan berfikir kritis serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.

Untuk menjamin heterogenitas keanggotaan kelompok, maka gurulah yang membentuk kelompok-kelompok tersebut. Jika siswa dibebaskan membuat kelompok sendiri maka biasanya siswa akan menentukan teman-teman yang sangat disukainya. Ukuran besar kecilnya kelompok akan mempengaruhi kemampuan produktifitas kelompoknya. Ukuran kelompok ideal pada tipe TAI ini yakni 3 hingga 5 orang.

Dengan memakai metode Kooperatif Learning tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) ini, diharapkan dalam proses pembelajaran siswa tidak merasa jenuh dan diharapkan sanggup meningkatkan prestasi siswa. Prestasi berguru juga sanggup dicapai dengan usaha yang tidak mengenal lelah dan frustasi yang sesuai dengan ungkapan “tidak ada sesuatu yang sanggup dicapai tanpa kerja keras”.

Sebelumnya, sudah banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menguji keefektifan dari penerapan kooperatif learning tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) dalam pembelajaran matematika di sekolah-sekolah. Namun masih sedikitnya yang menguji wacana ada tidaknya dampak kooperatif learning tipe Team Accelerated Instrucsion (TAI) ini terhadap prestasi berguru siswa. Maka penelitian akan dilakukan untuk sanggup menguji sejauh mana “pengaruh penerapan pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) terhadap prestasi berguru matematika SMP”.

2. Identifikasi Masalah
3. Pembatasan dan Rumusan Masalah
3.1 Pembatasan Masalah
Masalah yang timbul dalam penelitian ini cukup banyak, tetapi tidak semua persoalan akan dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya dibatasi pada pengajaran di tingkat SMP dalam hal ini SMPN 5 Serang kelas VIII, semester ganjil tahun aliran 2006/2007 untuk materi Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel, memakai pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI).

3.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan klasifisikasi persoalan dan pembatasan persoalan yang ada, maka persoalan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana dampak pendekatan kooperatif tipe TAI (Team Accelerated Intrucsion) terhadap prestasi berguru matematika siswa SMP?”

4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Ikut serta dalam usaha membuat suatu pembelajaran yang menyenangkan dan sanggup bermakna bagi siswa guna peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
2. Untuk memperoleh alternatif pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk siswa SMPN 5 Serang kelas VIII dalam upaya membuatkan dan meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami materi pelajaran, serta menuntaskan soal-soal yang berafiliasi dengan materi Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel.
3. Untuk mengetahui dampak penerapan pembelajaran dengan memakai pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) terhadap prestasi berguru matematika siswa.


5. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan sanggup bermanfaat:
1. Bagi guru matematika, sanggup menunjukkan alternatif pengajaran untuk diterapkan dalam proses acara berguru mengajar di dalam kelas, sebagai upaya meningkatkan prestasi berguru matematika siswa.
2. Bagi siswa, pembelajaran dengan memakai pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) ini sanggup merangsang kemampuan berfikir kritis, kreatif, inovatif dan membantu meningkatkan prestasi berguru matematika siswa.
3. Bagi peneliti sejenis, sanggup menjadi salah satu dasar dan masukan dalam upaya membuatkan penelitian-penelitian selanjutnya.

6. Sistematika Penulisan




BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
1. Deskripsi Teori
1.1 Hakekat Belajar
Untuk memperoleh pengertian yang objektif wacana belajar, terutama berguru di sekolah, perlu dirumuskan secara terang pengertian belajar. Belajar sudah banyak dikemukakan oleh para jago psikologi termasuk oleh jago psikologi pendidikan.

Menurut pengertian secara psikologis (Slameto, 2003:2) berguru merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laris yaitu sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, atau dengan kata lain berguru (Hamalik, 36:2001) yakni modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.

Menurut pengertian di atas, berguru yakni merupakan suatu proses di mana seseorang mendapatkan suatu pengetahuan dan pemahaman yang diiringi dengan latihan sebagai penguatan yang akan membawa seseorang kepada sebuah prilaku berbeda dari sebelumnya, dan prilaku tersebut bersifat tetap dan berlaku usang dan menempel pada dirinya sehingga pada kesudahannya akan menjadi sifat dan pola prilakunya.

Perubahan terjadi sebab perilaku seorang siswa yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan tempat siswa terdiri dari lingkungan sekolah dan lingkungan luar sekolah, di mana siswa mendapatkan dampak yang sanggup menjadi suatu pengalaman bagi dirinya dan hasilnya nanti didapat sebagai hasil belajar.

Belajar merupakan prilaku yang kompleks (Dimyati, 2002:38). Skinner contohnya memandang prilaku berguru dari segi prilaku teramati. Oleh sebab itu, ia mengemukakan pentingnya agenda pembelajaran. Gagne memandang kondisi internal berguru dan kondisi eksternal berguru yang bersifat interaktif. Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dalam belajar, dimana pelajar mempunyai kekuatan menjadi manusia, berguru hal yang bermakna, menimbulkan cuilan yang bermakna bagi diri, bersikap terbuka, berpartisipasi dan bertanggung jawab, berguru mengalami kesinambungan dengan penuh kesungguhan.

Belajar juga merupakan tindak interaksi antara pelajar dan pembelajaran yang mempunyai tujuan. Oleh sebab itu, berupa akhir interaksi, maka berguru di dinamiskan (Dimyati, 2002: 39). Pendinamisan berguru terjadi oleh prilaku berguru dan lingkungan pelajar. Dinamika pelajar yang bersifat internal, terkait dengan peningkatan hierarki ranah-ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Kesemuanya itu terkait dengan tujuan pembelajaran.

Di dalam berguru terdapat tiga persoalan pokok, yaitu:
a. Masalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya belajar
b. Masalah bagaimana berguru itu berlangsung dan prinsip mana yang dilaksanakan
c. Masalah mengenai prestasi belajar.

Dua persoalan pokok yang pertama tersebut berkenaan dengan proses berguru yang sangat besar lengan berkuasa kepada persoalan pokok yang ketiga. Dengan demikian, bagaimana kejadian terjadinya proses berguru akan menentukan prestasi berguru seseorang.

1.2 Hakekat Prestasi Belajar
Dalam proses berguru mengajar, siswa mengalami suatu perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap. Adanya perubahan ini sanggup dilihat dari prestasi berguru siswa yang dihasilkan dari acara mengerjakan soal ulangan dan mengerjakan kiprah yang diberikan oleh guru.

Kata prestasi berguru mengandung dua kata yaitu prestasi dan berguru yang mempunyai arti berbeda. Oleh sebab itu, sebelum pengertian prestasi belaja dibicarakan, ada baiknya kedua kata itu dijelaskan satu-persatu.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (PR. Cybermedia, 2002:1) prestasi yakni penilaian pendidikan wacana perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan materi pengajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Sedangkan berguru merupakan perubahan tingkah laris untuk mencapai tujuan dan tidak tahu menjadi tahu atau sanggup dikatakan sebagai proses yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laris dan kecakapan seseorang.

Selanjunya berdasarkan Abdurrahman Saleh (PR.Cybermedia, 2002:1) menunjukkan prestasi berguru yakni yang dicapai siswa dari mempelajari tingkat ilmu penguasaan tertentu dengan alat ukur berupa penilaian yang dinyatakan dalam bentuk angka abjad atau angka simbol-prestasi berguru juga sanggup diartikan sebagai indikator kualitas dan kwantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam memahami mata pelajaran di sekolah.

Prestasi berguru bukan hanya semata-mata sebab faktor kecerdasan (intelegensia) siswa saja, tetapi ada faktor lain yang sanggup mempengaruhi prestasi berguru siswa tersebut. Faktor-faktor yang dimaksud tersebut dibagi menjadi dua yakni faktor intern dan faktor ekstern faktor-faktor yang dimaksud yakni menyerupai yang dikemukakan oleh Hana Sujadna (PR.Cybermedia, 2002: 1)
a. Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri, antara lain yakni kemampuan yang dimiliki, minat dan motivasi serta faktor-faktor lainnya.
b. Faktor ekstern, yaitu faktor yang berada diluar individu diantaranya lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, biar siswa sanggup memperoleh prestasi berguru yang seoptimal mungkin maka siswa perlu meningkatkan kemampuan minat dan motivasi yang ada dalam dirinya.demikian pula halnya dengan faktor yang ada diluar diri siswa. Faktor ini sanggup mendorong dan menghambat siswa dalam proses belajar. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sanggup menunjukkan dukungan kepada siswa didalam belajar. Di antara ketiga lingkungan tersebut lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang terpenting yang berfungsi sebagai lingkungan kedua yang sangat mendukung dalam mendidik anak atau siswa setelah lingkungan utama yaitu lingkungan keluarga. Minat siswa terdapat suatu pelajaran bisa menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan peningkatan prestasi berguru siswa. Minat siswa berdasarkan Winkel (Pr. Cybermedia, 2002: 2) termasuk faktor yang besar lengan berkuasa pada prestasi berguru yang termasuk faktor ekstern.

1.3 Pembelajaran Kooperatif
1.3.1 Pengertian pembelajaran kooperatif dan ciri-ciri pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif diambil dari bahasa inggris “Cooperate” yang artinya bekerja bersama-sama (Echols, 2003:147), dengan demikian pembelajaran kooperatif pola yakni berguru siswa yang saling bekerja sama dengan sahabat sebaya.

Menurut Slavin ( Bennett, 2003:5 ) bahwa pembelajaran kooperatif yakni sebagai salah satu metode pengajaran dimana siswa bekerja pada kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam memahami suatu pokok pembahasan. Siswapun diharapkan saling membantu, berdiskusi dan berargumen dengan yang lainnya, sehingga sanggup menekan perbedaan pemahaman dan pengetahuan dalam mempelajari suatu pokok bahasan.

Berdasarkan definisi tersebut sanggup dijelaskan kembali bahwa, pembelajaran kooperatif yakni suatu variasi metode pelajaran yang membimbing siswa dalam sebuah kelompok kecil di dalam kelompok tersebut siswa saling berdiskusi dan berargumen serta membantu sahabat sekelompok yang mengalami kesulitan dalam memahami materi. Target dari hasil diskusi dan argumentasi tersebut, akan sanggup membawa siswa kepada sebuah pemahaman dan pengetahuan wacana materi yang diajarkan. Kegiatan tersebut akan membantu siswa yang lemah memahami materi dan menunjukkan penguatan kepada siswa yang arif untuk sanggup memahami materi.

Seperti yang telah ditelaah oleh Slavin pada tahun (Ibrahim, 2000:16) bahwa pembelajaran kooperatif sanggup dipakai secara efektif pada setiap level untuk mengajar setiap sains pokok bahasan pelajaran, menyerupai pada bidang studi matematika, membaca, menulis hingga sains yang bersifat kemampuan dasar hingga persoalan yang kompleks. Kunci utama dalam pembelajaran kooperatif yakni kiprah guru dalam pengorganisasian kelas, memakai interaksi. Adapun unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah:
a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “Sehidup sepenanggungan bersama “.
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu dikelompoknya, menyerupai milik mereka sendiri
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompok nya mempunyai tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah membagai kiprah dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan penilaian atau diberikan hadiah / penghargaan yang juga akan diberikan untuk semua anggota kelompok.
f. Siswa membagi kepemimpinann dan mereka membutuhkan keterampilan untuk berguru bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Ibarahim, 2000:6).

Mengamati uraian di atas sangat penting bagi seorang guru untuk menerapkan taktik pembelajaran kooperatif, yang sanggup memungkinkan siswa sanggup membuatkan keterampilan-keterampilan untuk sanggup berhasil berguru dalam suatu kelompok, dengan membuatkan penghargaan akan betapa pentingnya bekerja sama dalam suatu kelompok, dan bisa mempriotaskan tujuan-tujuan kepentingan kelompok di atas tujuan-tujuan dan kepentingan individual. Selain itu, kelompok juga akan terbiasa dan bisa memahami apa saja yang harus mereka lakukan dan bagaimana mereka harus menuntaskan secara bersama-sama guna peningkatan prestasi berguru mereka secara individu dan kelompok.

1.3.2 Student Team Learning (STL)
Beberapa jenis Student Team Learning (STL) yang telah dikembangkan (Asroni, 2002:1) adalah:
a. Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
b. Team-Games-Tournament (TGT)
c. Team Accelerated Instruction (TAI)
d. Jigsaw: (jenis kumpulan yang dibuat sama dengan kumpulan STAD dan TGT)
1.3.3 Landasan Teori Pembelajaran Kooperatif
Landasan teori pembelajaran kooperatif ada pada 3 teori, (Ibrahim, 2000: 17) yaitu:
a. Teori Motivasi
Motivasi merupakan motor penggagas insan untuk berusaha dan bekerja dalam mencapai tujuan yang diinginkan istilah ini bersama-sama sama dengan kata motif yang berarti dorongan. Banyak pakar yang sudah menunjukkan pendapatnya mengenai pengertian ataupun definisi kata tersebut. Walaupun definisi yang diberikan itu bermacam-macam tetapi intinya arti dan hakekatnya sama.

Eysenck (Dadang, 2000: 13) beropini bahwa “Motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laris manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain.”

Motivasi siswa pada pembelajaran kooperatif terutama terletak pada bagaimana bentuk kaidah atau struktur pencapaian tujuan ketika siswa melaksanakan kegiatan. Pada pembelajaran kooperatif siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai bila dan hanya bila siswa yang lain juga akan mencapai tujan tersebut.

Dilihat dari alasan timbulnya motivasi, terdapat dua macam motivasi, yaitu motivasi ekstrinsik timbul sebab adanya stimulasi dari luar dan motivasi instrinsik timbul dari dalam diri individual umumnya sebab kesadaran akan pentinnya sesuatu (Dalyono, 57:2005)

Dalam pembelajaran kooperatif kedua hal tersebut sangat penting dan sangat dibutuhkan. Motivasi ekstrinsik sanggup muncul sebab adalanya rasa tanggung jawab individu dan kesempatan yagn sama dalam meraih kesuksesan. Motivasi dalam pembelajaran kooperatif bertujuan untuk membangkitkan semangat siswa melaksanakan kerja yagn berafiliasi dengan akademik, guna untuk mencapai tujuan selesai dari kesuksesan kelompok sanggup tercapai secara optimal.

b. Teori Perkembangan
Teori perkembangnan ini mengsumsikan bahwa interaksi antara siswa disekitar tugas-tugas yang sesuai, sanggup meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit.

c. Teori Kolaborasi Kognitif
Teori ini mempunyai pandangan yang berbeda. Penelitian dalam psikologi kognitif telah menemukan bahwa supaya informasi sanggup disimpan didalam memori dan terkait dengan informasi yang sudah ada di dalam memori itu, maka siswa harus terlibat dalam beberapa macam acara terstruktur atau kerja sama kognitif atas suatu materi (kemampuan mengajar guru, 2000:1)

Sebagai pola siswa diperintah membuat suatu ikhtisar dari suatu mata pelajaran atau bidang studi merupakan suatu acara yang lebih baik dari pada sekedar membuat catatan. Karena dalam pembuatan suatu ikhtisar sanggup membuat siswa mengorganisasikan materi dan sanggup pula menentukan materi yang penting , salah satu cara kerja sama kognitif yang paling efektif yaitu dengan cara merealisasikan materi itu kepada orang lain.

1.3.4 Metode Teams Accelarated Instrucsion (TAI)
Pembelajaran kooperatif metode Teams Accecrated Instrucsion (TAI) merupakan adonan dari berguru kooperatif dan berguru individual , metode ini dipakai atau dirancang untuk pengajaran metode matematika (Kooperatif pro kontra, 2000:1).

Adapun tahap-tahap dalam metode Team Accelerated Instruction (TAI) ini yakni sebagai berikut :
a. Penyajian kelas
Pengajaran yang dilakukan dengan posisi siswa duduk pada kelompoknya masing-masing.
b. Kelompok ( Team)
Kelompok dibuat beragam, berdasarkan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras dan etnik, yang tediri dari 4-5 orang pada setiap kelompoknya.
c. Kelompok Belajar (Teams Study)
Di dalam kelompok berguru ini memungkinkan siswa untuk saling berdiskusi, berargumen dan membuat antara satu dengan yang lainnya untuk sanggup memahami suatu pelajaran. Pada ketika guru menunjukkan soal latihan maka masing-masing anggota kelompok mengerjakannya secara individual, kemudian mengecek hasil pekerjaannya dengan anggota lainnya di dalam kelompok. Jawaban yang benar akan diberitahukan oleh guru melalui kunci tanggapan yang telah ada. Jika soal dalam satu tahap telah terselesaikan, maka ketahap selanjutnya, tetapi bila siswa mengalami kesulitan dan kekeliruan dalam penyelesaiannya maka ia harus menuntaskan soal lainya di tahap yang sama.
d. Test (test)
Adapun test yang dilakukan berupa pretest dan postes. Pretes dilakukan untuk sanggup melihat kemampuan awal siswa sebelum materi diberikan oleh guru. Sedangkan pretest diberikan setelah menuntaskan beberapa subpokok bahasan, atau pada selesai materi yang telah diajarakan. Dalam tes siswa mengerjakan secara individu tanpa derma rekan kelompok.
e. Penilaian Kelompok Dan Pengakuan Kelompok
Penilaian kelompok dilakukan di table score, masing-masing individu mempunyai bantuan untuk nilai kelompok yang didapat dari hasil kuis. Tim yang memenuhi kriteria penilaian akan mendapatkan ratifikasi kelompok.

Setiap metode pelajaran sudah niscaya ada kekurangan ada pula kelebihannya. Begitu pula pada pembelajaran kooperatif metode TAI (Team accelerated Instrasion), kekurangan terjadi ketika pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru kurang baik maka jalan proses pembelajarannya juga kurang baik. Dan ketika dilihat dari factor siswa adanya anggota kelompok yang pasif dan tidak mau berusaha serta hanya mengandalkan diri sahabat sekelompoknya. Hal tersebut sanggup terjadi, dan oleh sebab itu kode dari guru dengan pengawasan ketika dalam proses kelompok berguru harus lebih ditingkatkan dan tentunya sanggup meminimalisasi imbas kepasifan siswa.

2. Kerangka Berfikir
3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang sanggup diajukan dalam penelitian ini yakni “Penerapan pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe ‘Team accelerated intrucsion’ (TAI) menunjukkan dampak yang signifikan terhadap prestasi berguru matematika siswa SMP “



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yakni metode kuasi eksperimen. Di mana prestasi berguru yang merupakan data dari penelitian dikelompokan menjadi dua, yaitu prestasi berguru kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kelompok kelas eksperimen yakni kelompok siswa yang pembelajarannya memakai pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) dan kelompok kelas kontrol yakni kelompok siswa yang pembelajarannya memakai pembelajaran biasa ( pembelajaran konvensional ).

Disain penelitiannya sebagai berikut :
A : O1 X1 O2
A : O1 X2 O2
Keterangan :
A = sampel acak
O1 = pretes
O2 = postes
X1 = perlakuan 1, yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan
Pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI)
X2 = perlakuan 2, yaitu pembelajaran matematika dengan memakai
pembelajaran biasa ( pembeljaaran konvensional ).
2. Instrumen Penelitian

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yakni data yang berupa angka wacana prestasi belajar, peningkatan prestasi berguru untuk mendapatkan data yang baik dibutuhkan instrument penelitian yang baik pula. Adapun instrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian ini antara lain :
1) Tes awal ( pretes )
Pretes dipakai untuk memperoleh informasi wacana kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan .
2) Tes selesai ( postes )
Tes selesai dipakai untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan selesai siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan.
Untuk instrumen tes terlebih dahulu diuji cobakan biar sanggup diketahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran.
a. Validitas
Dalam penelitian ini, validitas dihitung dengan memakai rumus hubungan product moment dari pearson ( Surapranata, 2005 : 58 ) , yaitu :
r11 =

Nilai koefisien yang diperoleh diinterpretasikan untuk mengetahui criteria pembagian terstruktur mengenai validitas instrumen.
Klasifikasi koefisien korelasi
Korelasi Klasifikasi
0,80 < r11 =" R11" k =" Banyak" si2 =" Jumlah" st2 =" Varians" pi =" Pi" i =" Banyaknya" sm =" Skor" n =" Jumlah"> 0,7 Mudah
Sumber: Surapranata,2005:21
d. Daya Pembeda
Daya pembeda berdasarkan indeks daya pembeda sanggup dicari dengan memakai rumus :
D = PA - PB PA = Indeks kesukaran kelompok atas
D = Daya pembeda PB = Indeks kesukaran kelompok bawah

Kalisifikasi interpretasi daya pembeda tiap butir soal, yakni sebagai berikut:
Klasifikasi daya pembeda
D Klasifikasi
D ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 < oi =" Nilai" ei =" Nilai" k =" Banyak" f =" Keterangan" vb =" varians" vk =" varians" oi =" Nilai" ei =" Nilai" k =" Banyak" f =" Keterangan" vb =" varians" vk =" varians" t =" Mx" my =" Nilai" nx =" Banyaknya" ny =" Banyaknya" x =" Deviasi" y =" Deviasi">
Sumber http://makalahdanskripsi.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Pengaruh Penerapan Pembelajaran Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Team Accelarated Instrucsion (Tai) Terhadap Prestasi Berguru Matematika Siswa Smpn"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel