-->

iklan banner

Sejarah Perdagangan Budak Di Afrika



SEJARAH PERDAGANGAN BUDAK DI AFRIKA[1]
ABSTRAK
Perbudakan yakni keadaan di mana orang menguasai atau mempunyai orang lain. Sebagian mahir sejarah menyampaikan perbudakan mulai timbul sehabis pengembangan pertanian, sekitar sepuluh-ribu tahun yang lalu. Awalnya, para budak terdiri dari penjahat atau orang-orang yang tidak sanggup membayar hutang. Ketika terjadi peperangan, kaum yang kalah juga diperlakukan sebagai budak oleh kaum yang menang.
Menurut mahir sejarah, perbudakan pertama-tama diketahui terjadi di masyarakat Mesopotamia (Sumeria, Babilonia, Asiria, Chaldea). Perekonomian kota yang pertama berkembang di sana, dilandaskan pada teknologi pertanian yang berkiblat pada kuil-kuil, imam, lumbung, dan para juru tulis. Surplus sosial mengakibatkan terjadinya forum ekonomi berdasar peperangan dan perbudakan. Administrasi untuk surplus yang harus disimpan, menjadikan kebutuhan akan sistem akuntansi. Masalah ini melahirkan sistem tulis-menulis sekitar 6.000 tahun yang lalu. (Perkembangan Pertanian dari Zaman ke Zaman). Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai perdagangan budak khususnya di Afrika yang masih terjadi hingga ketika ini.


Sejarah Perbudakan di Afrika
Perbudakan bukanlah hal yang absurd di Afrika, sebab perbudakan sudah terjadi semenjak zaman dahulu yang dilakukan antar suku. Pada awalnya untuk mendapat seorang budak dilaksanakan dengan cara kekerasan. Misalnya melalui perang, serbuan atau penangkapan. Dalam peperangan salah satu pihak yang kalah dan masih hidup akan dijadikan budak oleh pihak yang menang. Di Afrika sistem perbudakan juga mempengaruhi status sosial seseorang, jikalau seseorang mempunyai budak maka budak tersebut sanggup mengangkat status sosial pemiliknya.[2]
Masuknya bangsa Eropa yang awalnya ingin melaksanakan perdagangan tapi berujung pada sejarah kelam. Niatan awal bangsa Eropa untuk perdagangan bermetamorfosis penjajahan di Afrika, ketika itulah muncul system perbudakan gres yang dibawa oleh bangsa kulit putih. Pada awalnya budak yakni suatu eksekusi atas kesalahan dan kejahatan yang diperbuat rakyat di Afrika, mereka yang menjadi budak diminta bekerja secara paksa oleh kaum penguasa. Dengan munculnya kaum budak maka bangsa Eropa melihat peluang besar untuk mendapat laba lebih, yaitu dengan cara budak-budak tersebut dibarter dengan minuman keras, senjata dan peralatan-peralatan yang dibawa oleh orang Barat lainnya yang menginginkan budak. Dari sistem tukar barang inilah pertama kali perdagangan budak dilakukan oleh bangsa Eropa.
Pulau Goree yang berada di Sinegal, masyarakat Senegal menyebutnya Ber, tetapi Portugis menamainya Ila de Palma. Penjajah Belanda menyebutnya Good Reed dan diubah Perancis menjadi Goree, yang berarti ”pelabuhan baik” dan ada yang mengartikan sebagai ”pulau yang memberi hasil” (hasil dari perdagangan budak). Penderitaan budak terus berlangsung, sebelum berlayar ke Amerika dalam keadaan dipasung selama 3-4 bulan, para budak terlebih dahulu berada di penampungan Pulau Goree selama 3 bulan. Kapal pertama yang menuju Amerika berlayar pada tahun 1518.

Faktor-faktor terjadinya Perdagangan Budak di Afrika
·         Sosial :                                                                                                     
Perdagangan budak oleh Belanda dimulai pada tahun 1621 dengan berdirinya Perusahaan Perdagangan Belanda di India Barat (disingkat WIC). Kapal-kapal WIC pada awalnya dikirim untuk kepentingan pribadi dan untuk kepentingan perang melawan armada Portugis-Spanyol. Pada tahun 1628, kapten Piet Hein berhasil menaklukkan kapal Spanyol yang memuat perak dan pada tahun 1638 Portugis harus melepaskan Saint George d’el Mina yang kini disebut Ghana kepada WIC. Selain itu, sebagian Brazil diduduki (1624 – 1654) dan pada tahun 1665 klaim Republik terhadap apa yang disebut hak kolonial terhadap beberapa wilayah mendapat pengakuan. Wilayah-wilayah tersebut yakni apa yang disebut Wild Coast (Suriname, Berbice, Essequibo-Demararay) dan pulau-pulau di Antilian yaitu Aruba, Bonaire, CuraƧao, Saint Martin, Sint Eustatius dan Saba.[3]
Belanda menjadi pemain penting di tempat Atlantik sebagai penguasa kolonial dan pedagang para budak. Hingga tahun 1730, WIC memegang monopoli perdagangan budak. Perlahan-lahan, Perusahaan Perdagangan Middelburg (didirikan tahun 1720) tumbuh menjadi perjuangan dagang budak terbesar dengan beberapa tempat pelelangan di Rotterdam dan Amsterdam untuk menyaingi WIC. Sekitar tahun 1770, perdagangan budak yang dilakukan Belanda mencapai puncaknya, mengangkut sekitar enam ribu budak setiap tahunnya. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah tersebut menurun dengan cepat.
Para budak yang membangkang ini disebut Maroon atau Negro Hutan. Selain itu, selalu terjadi pemberontakan baik yang kecil-kecilan maupun yang besar-besaran di tempat perkebunan dan di daerah perkotaan. Pemberontakan budak terbesar terjadi pada tahun 1795 di Curacao di bawah kepemimpinan Tula yang menuntut kebebasan. Tula mendapat gagasan dari Revolusi Prancis dan kesuksesan pemberontakan budak di Santa-Domingue (Haiti). Namun demikian, Tula membayar kebebasan dengan nyawanya.[4]
·         Politik :                                                                                                                            
Sejarah Kapitalisme yakni paralel dengan sejarah perbudakan dan penjajahan yang menahankan kebebasan insan dan materi sebagai sesuatu yang sangat penting mendorong mereka untuk menghalalkan banyak sekali cara demi meraih kepentingan itu. Untuk meraih laba material yang besar, Barat membutuhkan modal yang besar, pasar yang luas, sumber materi mentah dan energi murah serta buruh yang murah. Untuk itulah mereka melaksanakan kolonialisasi.
Kapitalisme juga yang melahirkan kolonialisme barat terhadap negara-negara di Asia dan Afrika. Penjajahan barat di banyak sekali belahan dunia lain dengan membawa misi glory (kejayaan), gold (emas), dan gospel (kristenisasi). Negara-negara ini kemudian menjadikan penderitaan yang luar biasa terhadap tempat yang mereka jajah. Terjadilah kerja paksa, perampokan kekayaan alam hingga pembunuhan massal.
·         Ekonomi :                                                                                                                       
Sistem feodalisme pada Eropa Zaman Pertengahan telah menjadikan kaum petani sebagai budak. Jika tuan tanah menjual tanahnya, maka para petani yang berada di tanah tersebut ikut dijual ke pemilik tanah yang baru. Kaum budak petani hanya dianggap alat untuk menggarap tanah. Pada Zaman Pertengahan, orang Italia membuatkan ladang tebu yang luas sekitar paruh era ke-12. Mereka memakai budak dari Rusia dan dari daerah-daerah lain Eropa untuk melaksanakan pekerjaan. Karena banyak bangsa Rusia kala itu yang ditangkap untuk dijadikan budak, rumpun bangsa Rusia pun terkenal disebut sebagai ras Slavia (dari kata slaves -budak). Pada tahun 1300, orang kulit gelap Afrika mulai menggantikan budak-budak Rusia. Budak kulit gelap itu dibeli atau ditangkap dari negara-negara Arab di Afrika Utara.[5] Pemilik perkebunan besar sanggup mempunyai hingga 200 budak. Budak-budak bekerja berat dalam waktu sangat lama. Mereka bekerja setiap hari mulai matahari terbit hingga matahari terbenam.

Sistem Perbudakan di Afrika
Sistem Perdagangan Budak di Afrika Perdagangan budak yang terjadi di Afrika yang dilakukan oleh banyak Bangsa Barat ibarat Amerika, Portugis, Belanda, dan Bangsa Eropa, menjadikan banyak jutaan orang mulai dari laki-laki, perempuan, dewasa, maupun remaja hingga belum dewasa dipaksa menjadi budak bahkan hewan milik orang-orang berkulit hitam ini pun ikut dirampas oleh para Kolonialisme Amerika dan Eropa. Rata-rata dari mereka akan dipekerjakan sebagai budak di perkebunan kopi, coklat, tembakau, kapas, dan gula hingga bekerja sebagai buruh pertambangan dengan status budak. Sebelum dikirim ke Eropa dan Amerika, mereka ditampung dalam sebuah kapal para Kolonialisme Eropa dengan kondisi yang menyedihkan, kekurangan makanan, hingga terkena penyakit yang mengakibatkan beberapa orang dari mereka meninggal.
Selain itu banyak dari calon budak tersebut yang menentukan terjun ke bahari untuk melarikan diri meskipun pada jadinya tertangkap oleh jaring-jaring kapal yang telah disiapkan para Kolonialisme Amerika. Dalam rangkaian memperoleh dan memperdagangkan budak asal Benua Hitam Afrika ini, tentu saja para Kolonialisme banyak melaksanakan trik atau cara sebagai langkah pendekatan pada penduduk Afrika. Dengan kondisi ekonomi sosial dan budaya yang dimiliki penduduk Afrika ketika itu, mungkin akan gampang bagi Amerika dan Eropa serta Bangsa Kolonialisme lainnya untuk mempengaruhi para penduduk Afrika. [6]                                Seperti yang diketahui bahwa kehidupan orang-orang Afrika sangat jauh dari kata kemakmuran, kesehatan, dan kesejahteraan.Meskipun pada awalnya cukup banyak penduduk Afrika yang tertipu oleh undangan Amerika untuk sanggup bekerja layak di Amerika dan Bangsa Barat lainnya, akan tetapi semakin usang mereka makin paham akan tujuan utama Amerika. Tujuan yang dimaksud yakni untuk memperkerjakan mereka yakni penduduk Afrika sebagai buruh yang tak berbayar atau sanggup disebut sebagai budak. Inilah salah satu bentuk monopoli Bangsa-bangsa Kolonialisme Imperialis pada Benua Hitam Afrika. Ada beberapa sistem dan cara yang dilakukan Bangsa Barat untuk mendapat budak-budak kulit gelap dari Afrika. Beberapa cara yakni melalui perekrutan, penculikan, pelelangan, dan barter.
·         Sistem Perekrutan
Untuk langkah awal dalam memperoleh budak di Afrika, para Kolonialisme melaksanakan perekrutan terhadap para calon budak. Perekrutan ini dilakukan dengan terlebih dahulu memberi kesepakatan kesejahteraan kepada para calon budak dari Afrika. Karena memang kondisi kehidupan penduduk Afrika yang sanggup dikatakan sangat kekurangan dan jauh dari kata layak, maka dengan adanya kondisi semacam itu mendukung para penduduk untuk menyetujui undangan Kolonialisme..
·         Sistem Barter
Orang-orang Amerika dan Eropa memperoleh para budak dengan cara barter. Cara ini merupakan cara memperoleh budak dari Afrika dengan menukarkan sejumlah uang, barang atau yang lainnya ibarat minuman keras, perhiasan, pedang, dan bedil. Barter ini dilakukan antara orang-orang Afrika dengan para penguasa lokal Afrika maupun antara orang-orang Afrika dengan Bangsa Barat. Apalagi Orang Afrika sering menjadikan sesama orang Afrika sebagai barang dagangan untuk barter. Barang yang paling laris yakni bedil, sebab adanya perang antar suku. Pada waktu itu, ada banyak sekali tawanan perang antar suku yang dijadikan budak, sehingga perang dijadikan ladang bisnis yang menggiurkan bagi para pemenang perang dan saudagar budak yang tamak. Sehingga intinya orang-orang Eropa sendiri telah cukup mengenal perbudakan.
·         Sistem Penculikan/ Penangkapan
Untuk menambah jumlah budak yang diperlukan dari Afrika, maka selanjutnya pemburuan budak dilakukan dengan cara penculikan dan penangkapan di daerah pedesaan pada Benua Afrika. Karena kurangnya persenjataan, maka orang-orang Afrika berhasil ditangkap dan diculik oleh para Kolonialisme Eropa. Selain itu orang Eropa juga melaksanakan politik mencerai-beraikan untuk menambah budak. Berbagai upaya dilakukan orang Eropa untuk terus menambah jumlah budak. Setelah budak berhasil didapatkan kemudian budak dibawa menuju Benua Amerika untuk dipekerjakan, para budak dipekerjakan demi laba pihak tuannya. Perburuan dan perdagangan budak ini dilakukan untuk mendapat tenaga buruh yang murah.

Keadaan Perbudakan di Afrika sekarang
Perdagangan insan sebagai budak keturunan Afrika sudah berlangsung berabad-abad yang lalu. Berawal dari korelasi perdagangan yang dilakukan oleh Bangsa Eropa, namun korelasi dagang tersebut bermetamorfosis imperialisme dan kolonialisme yang menggerogoti wilayah Afrika. Bangsa kulit putih sudah mulai maju dan cerdas sehingga mereka berinisiatif untuk mengambil orang-orang Afrika yang akan dipekerjakan sebagai budak di perkebunan, pertambangan, pabrik-pabrik. Perbudakan tersebut secara ‘legal’ pernah dilakukan Eropa terhadap kulit gelap ini berlangsung dari era 14 hingga dengan era 18. Secara perlahan pada final era 18 satu persatu Bangsa Eropa sudah mulai menghapus perbudakan atas Afrika. Pada tahun 1814 Inggris melarang perbudakan meskipun melalui banyak sekali tekanan. Kemudian Belanda gres meghapus praktik perbudakan pada 1 Juli 1863 dan Belanda merupakan salah satu negara terakhir dari Bangsa Eropa yang menghapus praktik perbudakan.[7]
Praktik perbudakan masa penjajahan di Afrika memang sudah berakhir ketika era 18. Akan tetapi, bukan berarti hal tersebut usai begitu saja. Saat ini praktik perbudakan masih kita temui namun dengan tindakan yang berbeda dan secara ekspilisit. Jika ketika masa imperialisme dan kolonialisme perbudakan dilakukan secara kasar, menggerogoti, kejam, dan sewenang-wenang, di zaman modern ketika ini praktik perbudakan dilakukan dengan cara yang tidak terlihat oleh pelaku dan korbannya. Perkebunan, industri, pertanian, ketika ini di dalamnya terdapat praktik perbudakan dan berlangsung secara tertutup. Perbudakan di era modern ini mengalami perubahan yang lebih elegan yaitu human trafficking perdagangan insan yang mengarah kepadakekerasan, prostitusi, kerja paksa, buruh paksa, dan pekerja anak. Perbudakan dan perdagangan insan dua hal yang hampir sama.
Simpulan
Perbudakan bukan lagi hal yang absurd di Afrika, bangsa berkulit hitam ini sering dijadikan budak oleh para penguasa local. Seiring berjalannya waktu, Bangsa Eropa mulai melaksanakan korelasi dagang dan melirik Afrika sebagai tempat berlabuh. Akan tetapi tujuan utama Bangsa Eropa beralih dari berdagang menjadi berburu budak. Perburuan dan perdagangan budak ini dilakukan untuk mendapat tenaga buruh yang murah. Selain dari pihak Eropa, terdapat pula factor dari dalam atau kondisi orang-orang di Afrika itu sendiri yang memang memicu adanya perdagangan budak. Oleh sebab itu perbudakan di Afrika terus terjadi hingga ke pelosok dunia. Bahkan di daerah Afrika terdapat pulau yang dijadikan sebagai tempat untuk proses transaksi budak, yaitu Pulau Goree. Hingga ketika ini, perdagangan budak masih terus berlangsung. Dengan adanya hal itu banyak sekali upaya pembatalan perdagangan budak juga terus dilakukan tetapi skarang ini masih ada perbudakan yang masih dilakukan yaitu dengan perbudakan seks.



DAFTAR RUJUKAN
Soeratman, Darsiti. 2012. Sejarah Afrika. Yogyakarta: Ombak

SOAL :
1. Analisislah faktor yang melatar belakangi terjadi perbudakan di Afrika?
2. Korelasikan korelasi perbudakan yang ada di Afrika dengan kebijakan politik Amerika pada masa Abrahan Lincoln ?
3. Uraikan pendapat kalian mengenai fenomena perbudakan di Afrika di era modern ini ?

Jawab :
Nama, NIM, Kelas.....................................

Sumber http://febasfi.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Sejarah Perdagangan Budak Di Afrika"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel