Cerita Rakyat Malin Kundang
Di indonesia mempunyai begitu banyak kisah rakyat. Salah satu kisah rakyat yang sangat melegenda yang sering kita bahas dan ceritakan kepada sanak saudara kita yaitu kisah rakyat dari padang yaitu malin kundang. Siapa sih yang tidak mengetahui kisah malin kundang si anak durhaka ini?. Cerita rakyat ini mengajarkan kita biar kita menghormati dan menghargain orang bau tanah dan tdiak durhaga kepada mereka. Cerita rakyat malin kundang ini di angkat dari kisah di sebuah desa yaitu tepatnya di Sumatra Barat tepatnya di Pantai Air Manis, Padang Selatan. Cerita malin kundang ini pernah di angkat menjadi sebuah filem karna isi kisah yang begitu menyentuh untuk mengajarkan kita tidak durhaka kepada orang bau tanah kita.
Berikut Kisah Si Malin Kundang Anak Durhaka.
Pada dahulu kala, disebuah desa di kawasan Pantai Air Manis, Padang Selatan terdapat sebuah keluarga miskin yang hidup penuh dengan keterbatasan. Terdapat sebuah rumah yang hidup dengan segala kesederhanaan. Di rumah tersebut hiduplah seorang perempuan bau tanah dan seorang anak laki-lakinya. Suami perempuan itu sudah usang meninggal dunia. Wanita bau tanah itu bekerja keras seorang diri untuk menghidupi dirinya dan seoarang anak semata wayangnya. Anaknya berjulukan malin kundang. Malin kundang merupakan anak yang pintar, tampan. Namun alasannya ialah segala kekurangannya dalam segi ekonomi malin kundnag tampak kumuh dan lusuh. Ibu malin kundang bekerja keras mencari rejeki untuk kehidupan anaknya biar kehidupan anaknya berkecukupan.
Namun alasannya ialah keadaan fisik ibu malin yang sudah tidak lagi muda sehingga mengakibatkan hasil yang diperolehnya pun sangat minim. Dengan seiringya waktu malin kundng pun beranjak sampaumur dan sudah bisa bekerja untuk membantu ibunya mencari nafkah. Dengan beranjaknya sampaumur malinpun berusaha untuk memperbaiki kehidupan mereka dan malin tidak tega melihat ibunya yang tidak lagi muda masih mencari nafkah untuk kehidupan mereka.
Semenjak dikala itu, malin pun tetapkan untuk mengadu nasib di Jakarta. Malin pun meminta izin kepada ibunya “ bu malin ingin mengadu nasib di kota bu untuk memperbaiki kehidupan kita bu” papar malin. Dengan lantang ibu malin menjawab “ malin jangan kau tinggalkan ibumu yang sudah bau tanah ini nak, bila kau pergi siapa yang akan mengurusi ibu mu ini ? ibu hanya punya kau nak” terang sang ibu pada malin. Tolong izinkan malin pergi bu, alasannya ialah malin tidak berpengaruh bu untuk melihat ibu selalu bekerja keras untuk kehidupan kita” tegas si malin lagi pada ibunya. Dengan berat hati ibunya pun mengijin kan malin untuk pergi ke kota dengan pesan ibu jaga diri baik-baik nak dan jangan lupakan ibu mu di desa bila engkau telah sukses di kota.
Keesokan harinya malin pun berangkat ke jakarta dengan memakai kapal laut, setibanya di jakarta malin pun mencari pekerjaan. Singkat kisah malin pun sukses dengan pekerjaannya dengan mempunyai beberapa kapal dagang dan semua keingannya pun sanggup di milikinya dengan mudah. Malin mempunyai seorang istri yang cantik. Berita perihal kesuksesan malin pun hingga di desanya dan ibu malin. Ibunyn sangat senang dan bersukur. Setiap hari ibunya bangkit di bibir pantai untuk menunggu malin pulang menemuinya alasannya ialah ibunya sudah memendam rindu yang sangat dalam.
Suatu hari malin pu mendapat pertanyaan dari istri nya “ wahai suamiku dimanakah ibu mu dikala ini? Malin pun menjawab ibu ku ada didesa ku. Karena desakan istrinya ingin bertemu dengan ibu malin, malin pun tak snaggup menolak keingianan istrinya dan malin pun menyiapkan sebuah kapal besar untuk mengantar mereka ke desa. Berita ini hingga ke ibu malin, dan ibu malin pun menunggu kedatangan anak semata wayangnya di bibir pantai.
Setibany malin di desanya ibu main pribadi memeluk badan malin dengan mengucapkan kau malin anak ku ? apakah kau masih ingat dengan ibu nak? Anak ku sayang kenapa kau tak pernah pulang nak untuk menemui ibu? Ibu merindukan mu. Istrinya yang berada disamping Malin dikala itu pribadi terkejut melihat seorang perempuan tua, bau, dan dekil memeluk suaminya dikala itu pribadi bertanya : "Suamiku, siapakah perempuan bau tanah yang memelukmu ini ?"
Mendengar istrinya bertanya menyerupai itu malin pribadi melepas pelukan sang ibu denga dorongan yang keras sehingga ibunya terjatuh dan kepalanya berdarah terbentur kerikil di dekatnya dan mengucapkan “hey kau perempuan bau tanah siapa kau? Braninya kau memeluk ku, saya tidak mempunyai ibu yang sekumuh dan sekotor kau perempuan tua, jangan pernah mengaku-ngaku kau ialah Ibuku" Ucap Malin semakin kasar.
Mendengar Ucapan sang anak demikian, Ibunya pribadi sedih tak kuasa menahan tangis. Ia tak menyangka kalau anak yang disayanginya selama ini bisa berlaku garang dan melupakan Ibunya yang sudah membesarkannya. Ibunya berkata "Tega sekali kau berkata demikian kepadaku Ibumu, Sungguh durhaka kau Malin" Dalam kemarahannya Sang Ibunya menadahkan tangan sambil berdoa "Ya Tuhan, kalau benar beliau ialah anakku, kutuklah ia menjadi batu"
Seketika itu langit menjadi gelap, angin kencang dan hujan topan serta bunyi petir yang menggelegar menciptakan mallin merasa takut dan seketka malin meminta maaf kepada ibunya, namun nasi telah menjadi bubur tuhan telah mengabulkan doa sang ibu. Malin pun dikala itu juga berubah menajadi batu.
Demikian kisah singkat yang sangat populer hingga dikala ini yaitu malin kundang si anak durhaka. Cerita ini mempunyai pesan dan makna yang begitu mendalam yaitu kita sebagai anak harus mengahrgai, menghormati dan jangan pernah ebrkata kasr kepada oranng bau tanah kita dalam situasi apapun (durhaka).
Sumber http://pensilaktif.blogspot.com
Berikut Kisah Si Malin Kundang Anak Durhaka.
Pada dahulu kala, disebuah desa di kawasan Pantai Air Manis, Padang Selatan terdapat sebuah keluarga miskin yang hidup penuh dengan keterbatasan. Terdapat sebuah rumah yang hidup dengan segala kesederhanaan. Di rumah tersebut hiduplah seorang perempuan bau tanah dan seorang anak laki-lakinya. Suami perempuan itu sudah usang meninggal dunia. Wanita bau tanah itu bekerja keras seorang diri untuk menghidupi dirinya dan seoarang anak semata wayangnya. Anaknya berjulukan malin kundang. Malin kundang merupakan anak yang pintar, tampan. Namun alasannya ialah segala kekurangannya dalam segi ekonomi malin kundnag tampak kumuh dan lusuh. Ibu malin kundang bekerja keras mencari rejeki untuk kehidupan anaknya biar kehidupan anaknya berkecukupan.
Namun alasannya ialah keadaan fisik ibu malin yang sudah tidak lagi muda sehingga mengakibatkan hasil yang diperolehnya pun sangat minim. Dengan seiringya waktu malin kundng pun beranjak sampaumur dan sudah bisa bekerja untuk membantu ibunya mencari nafkah. Dengan beranjaknya sampaumur malinpun berusaha untuk memperbaiki kehidupan mereka dan malin tidak tega melihat ibunya yang tidak lagi muda masih mencari nafkah untuk kehidupan mereka.
Semenjak dikala itu, malin pun tetapkan untuk mengadu nasib di Jakarta. Malin pun meminta izin kepada ibunya “ bu malin ingin mengadu nasib di kota bu untuk memperbaiki kehidupan kita bu” papar malin. Dengan lantang ibu malin menjawab “ malin jangan kau tinggalkan ibumu yang sudah bau tanah ini nak, bila kau pergi siapa yang akan mengurusi ibu mu ini ? ibu hanya punya kau nak” terang sang ibu pada malin. Tolong izinkan malin pergi bu, alasannya ialah malin tidak berpengaruh bu untuk melihat ibu selalu bekerja keras untuk kehidupan kita” tegas si malin lagi pada ibunya. Dengan berat hati ibunya pun mengijin kan malin untuk pergi ke kota dengan pesan ibu jaga diri baik-baik nak dan jangan lupakan ibu mu di desa bila engkau telah sukses di kota.
Keesokan harinya malin pun berangkat ke jakarta dengan memakai kapal laut, setibanya di jakarta malin pun mencari pekerjaan. Singkat kisah malin pun sukses dengan pekerjaannya dengan mempunyai beberapa kapal dagang dan semua keingannya pun sanggup di milikinya dengan mudah. Malin mempunyai seorang istri yang cantik. Berita perihal kesuksesan malin pun hingga di desanya dan ibu malin. Ibunyn sangat senang dan bersukur. Setiap hari ibunya bangkit di bibir pantai untuk menunggu malin pulang menemuinya alasannya ialah ibunya sudah memendam rindu yang sangat dalam.
Suatu hari malin pu mendapat pertanyaan dari istri nya “ wahai suamiku dimanakah ibu mu dikala ini? Malin pun menjawab ibu ku ada didesa ku. Karena desakan istrinya ingin bertemu dengan ibu malin, malin pun tak snaggup menolak keingianan istrinya dan malin pun menyiapkan sebuah kapal besar untuk mengantar mereka ke desa. Berita ini hingga ke ibu malin, dan ibu malin pun menunggu kedatangan anak semata wayangnya di bibir pantai.
Setibany malin di desanya ibu main pribadi memeluk badan malin dengan mengucapkan kau malin anak ku ? apakah kau masih ingat dengan ibu nak? Anak ku sayang kenapa kau tak pernah pulang nak untuk menemui ibu? Ibu merindukan mu. Istrinya yang berada disamping Malin dikala itu pribadi terkejut melihat seorang perempuan tua, bau, dan dekil memeluk suaminya dikala itu pribadi bertanya : "Suamiku, siapakah perempuan bau tanah yang memelukmu ini ?"
Mendengar istrinya bertanya menyerupai itu malin pribadi melepas pelukan sang ibu denga dorongan yang keras sehingga ibunya terjatuh dan kepalanya berdarah terbentur kerikil di dekatnya dan mengucapkan “hey kau perempuan bau tanah siapa kau? Braninya kau memeluk ku, saya tidak mempunyai ibu yang sekumuh dan sekotor kau perempuan tua, jangan pernah mengaku-ngaku kau ialah Ibuku" Ucap Malin semakin kasar.
Mendengar Ucapan sang anak demikian, Ibunya pribadi sedih tak kuasa menahan tangis. Ia tak menyangka kalau anak yang disayanginya selama ini bisa berlaku garang dan melupakan Ibunya yang sudah membesarkannya. Ibunya berkata "Tega sekali kau berkata demikian kepadaku Ibumu, Sungguh durhaka kau Malin" Dalam kemarahannya Sang Ibunya menadahkan tangan sambil berdoa "Ya Tuhan, kalau benar beliau ialah anakku, kutuklah ia menjadi batu"
Seketika itu langit menjadi gelap, angin kencang dan hujan topan serta bunyi petir yang menggelegar menciptakan mallin merasa takut dan seketka malin meminta maaf kepada ibunya, namun nasi telah menjadi bubur tuhan telah mengabulkan doa sang ibu. Malin pun dikala itu juga berubah menajadi batu.
Demikian kisah singkat yang sangat populer hingga dikala ini yaitu malin kundang si anak durhaka. Cerita ini mempunyai pesan dan makna yang begitu mendalam yaitu kita sebagai anak harus mengahrgai, menghormati dan jangan pernah ebrkata kasr kepada oranng bau tanah kita dalam situasi apapun (durhaka).
0 Response to "Cerita Rakyat Malin Kundang"
Posting Komentar