-->

iklan banner

Organisasi Cowok Lingkungan Di Indonesia Pasca Orde Baru

Tulisan berikut ini disadur dari paper presentasi penulis dalam acara peluncuran buku berjudul ‘Organisasi Pemuda Lingkungan di Indonesia Pasca-Orde Baru’ yang diselenggarakan di Yogyakarta pada 27 Feb 2014.






Terminologi


Buku ini memakai istilah organisasi lingkungan dari pada non-goernment organization (NGO) lingkungan. Karena organisasi lingkungan ini digerakkan oleh kaum muda, maka bisa disebut sebagai Organisasi Pemuda Lingkungan atau Environmental Youth Organization (Skogen, 1996). Organisasi Pemuda Lingkungan mempunyai karakteristik berikut. Pertama, organisasi didirikan oleh penggagas perjaka dan/atau oleh NGO nasional & internasional untuk mewadahi keterlibatan perjaka dalam aksi-aksi lingkungan. Kedua, keanggotaan umumnya yaitu pemuda. Ketiga, organisasi didirikan sebagai bab dari upaya untuk merespon, menghadapi dan mencari solusi atas aneka macam problem dan krisis lingkungan dari level lokal, national hingga global. Keempat, organisasi ini merupakan bab dari dinamika organisasi masyarakat sipil yang mempunyai derajat otonomi relatif terhadap lembaga-lembaga negara.


Sejarah Kemunculannya di Indonesia


Tulisan berikut ini disadur dari paper presentasi penulis dalam acara peluncuran buku berj Organisasi Pemuda Lingkungan di Indonesia Pasca Orde BaruKemunculan Organisasi Pemuda Lingkungan di Indonesia tidak bisa lepas dari sejarah keberadaan NGO yang terlibat dalam gerakan lingkungan di Indonesia. Embrio (cikal bakal) dari NGO lingkungan di Indonesia bermula semenjak 1960-an melalui gerakan Pramuka (Boy/Girl Scouts) dan kelompok pecinta alam (Natural Lovers Group). Istilah yang dipakai sebelum tahun 1960 yaitu ‘Pramuka’, abreviasi dari ‘pandu’ dan ‘rakyat’. Pecinta Alam semenjak ketika itu berkembang di kampus-kampus sebagai wadah para mahasiswa yang tertarik pada kegiatan yang berhubungan dengan alam. Pada tahun 1964 berdiri kelompok pecinta alam yang pertama di Bandung, Wanadri. Selanjutnya di Jakarta berdiri MAPALA UI (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia).


NGO lingkungan sebagai organisasi yang independen dan fokus pada gosip lingkungan mulai tumbuh dan berkembang semenjak 1970-an. Lebih dari sekedar kegiatan yang terkait dengan cinta alam, NGO bergerak meluas ke gosip konservasi lingkungan. Di sisi lain, masyarakat juga mulai melihat bahwa kerusakan lingkungan yaitu alasannya yaitu kurangnya kesadaran lingkungan. NGO lingkungan yang berdiri pada periode ini yaitu YIH (Yayasan Indonesia Hijau) pada tahun 1978.


Pada tahun yang sama berdiri pula Kelompok Sepuluh Pengembangan Lingkungan Hidup, yang beranggotakan 10 NGO yang membantu pemerintah dalam acara lingkungan. Melalui pertemuan Lingkungan Hidup Nasional yang pertama dilakukan pada 1980 di Jakarta, didirikanlah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) sebagai lembaga dari aktivis, kelompok dan organisasi lingkungan yang mempunyai kepedulian dan orientasi agresi pada gosip lingkungan.


Pada tahun 1990 berdiri salah satu NGO lingkungan yang cukup populer dalam pendidikan lingkungan, yakni Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman di Mojokerto, Jawa Timur. PPLH ini gotong royong merupakan bentuk pengembangan dari acara pendidikan lingkungan yang dilakukan YIH. Program-program YIH yang tersebar di aneka macam kota sulit untuk dikelola secara efektif. PPLH didirikan untuk mengatasi problem tersebut. PPLH merupakan suatu sentra acara pendidikan lingkungan secara intensif, yang mana penerima didik dan pengajar bisa berkunjung untuk menikmati alam dan belajar.


Selain itu berdiri Klub Indonesia Hijau (KIH), yang pada awalnya merupakan hasil bentukan YIH untuk menjangkau pendidikan lingkungan di kalangan pemuda. Kegiatan pendidikan lingkungan juga dikembangkan oleh Rimbawan Muda Indonesia (RMI) di Bogor. Bentuk kegiatan yang hampir sama juga dikembangkan oleh Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) di Bandung. Pada simpulan 1990-an (menjelang kejatuhan pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998), sejumlah NGO yang aktif menjalankan pendidikan lingkungan berdiri di daerah luar Jawa.


Pendirian banyak NGO yang bergerak pada gosip pendidikan lingkungan ini telah mendorong upaya untuk menyebarkan kerjasama diantara mereka. Diprakarsai oleh sejumlah NGO lingkungan, sebuah workshop yang diadakan di Situ Gunung, Jawa Barat pada bulan November 1996, menghasilkan janji pembentukan Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL). JPL menjadi wadah kerjasama diantara NGO dalam mempromosikan pendidikan lingkungan guna mewujudkan pembangunan berkelanjutandi Indonesia (Nomura & Abe, 2001). Memasuki kala pasca-Orde Baru, seiring dengan atmosfir politik yang makin terbuka, dan didukung oleh sejumlah lembaga donor (funding agencies), seperi JICA, ACCESS, dan lain-lain, JPL meningkatkan aktivitasnya sebagai jaringan kerja NGO lingkungan.


Perubahan politik pasca-Orde Baru juga berimplikasi kepada bermacam-macam acara gerakan lingkungan yang dilakukan oleh aktor-aktor baru, di luar NGO lingkungan yang mapan. Hal ini bisa terjadi alasannya yaitu setidaknya tiga konteks perkembangan berikut.


Pertama, seiring dengan perkembangan demokrasi, negara memperlihatkan jaminan hak-hak sipil dan politik, terutama hak untuk berorganisasi dan berpendapat. Sebagai konsekuensinya, civil society organization (CSO) tumbuh ibarat cendawan di ekspresi dominan hujan, dengan aneka macam acara dan orientasi, dari acara yang bersifat kultural hingga politis. Kedua, bersamaan dengan itu, kemajuan bahkan revolusi teknologi komunikasi terutama internet dan social media, telah mengubah secara signifikan rujukan korelasi sosial dan pengorganisasian sosial dalam masyarakat. Media tersebut telah mengantarai ketidakpuasan warga terhadap kebijakan negara berubah menjadi aksi-aksi gerakan sosial, ibarat penggalangan agresi solidaritas, demonstrasi, agresi massa lainnya di aneka macam negara.  Ketiga, pada level global, kepedulian pada gosip krisis lingkungan terutama perubahan iklim (climate change), semakin menguat di kalangan warga dunia. Kegiatan kampanye kesadaran lingkungan melalui film, publikasi hasil riset, dan media online lainnya, untuk mendesiminasikan bahaya global yang muncul dari krisis lingkungan global, juga makin meluas. Sebagai konsekuensinya, gerakan lingkungan telah menjadi fenomena global.


Konteks politik yang demokratis, kemajuan teknologi komunikasi dan kesadaran & kepedulian lingkungan global, hingga derajat tertentu telah meng-inspirasi pendirian aktor-aktor atau generasi gres dalam gerakan lingkungan di Indonesia. Indikasi dari kemunculan dan perkembangan dari generasi gres ini ditemukan pada organisasi lingkungan yang diorganisasi dan digerakkan oleh para penggagas muda, terutama oleh mahasiswa dari kampus-kampus di Indonesia. Perkembangan organisasi perjaka lingkungan dalam kurang lebih satu dekade terakhir ini, diduga akan berimplikasi pada perubahan watak/karakter dan dinamika gerakan lingkungan di Indonesia, dan bahkan mungkin di negara-negara lain yang mempunyai atmosfer politik demokratis dan yang sekaligus menghadapi aneka macam problem lingkungan hidup yang serius.


Baca juga Lembaga Sosial: Definisi dan Contohnya






Kategorisasi Organisasi Pemuda Lingkungan


Pertumbuhan organisasi lingkungan ini berlangsung dinamis dan cepat. Dari data lapangan, Organisasi Pemuda Lingkungan di Indonesia mempunyai variasinya sendiri. Berdasarkan pemain film atau pihak yang mendirikan organisasi dan posisi independensinya terhadap institusi lain, Organisasi Pemuda Lingkungan sanggup dikategorisasikan ke dalam 5 bentuk.


Pertama, organisasi perjaka lingkungan dengan format jaringan (network). Kategori ini didirikan secara independen oleh para penggagas dalam format jaringan. Sejak awal pendirian, kategori organisasi lingkungan ini secara sengaja didesain dalam bentuk jaringan. Termasuk dalam kategori ini yaitu KOPHI, GYC, dan Indonesia Berkebun.


Kategori yang kedua yaitu organisasi perjaka lingkungan yang didirikan sebagai bab atau berhubungan secara eksklusif dengan NGO internasional. Di satu sisi, tipe organisasi ini berdiri dan berkembang sebagai upaya ekspansi basis organisasi lingkungan internasional ke aneka macam negara. Di sisi lain, tipe organisasi ini secara sengaja diinisiasi dan dimaksudkan untuk menjadi bab dari organisasi lingkungan internasional. Tipe organisasi lingkungan ini sanggup ditemukan pada IAAS, Green Map, dan WWF.


Kategori yang kedua, tipe organisasi perjaka lingkungan yang ketiga yaitu organisasi lingkungan yang didirikan sebagai bab atau berhubungan dengan NGO nasional. Pada umumnya, kategori ini muncul dan berkembang sebagai bab dari upaya NGO nasional untuk memperluas basis keanggotaannya pada kalangan muda. WALHI melaksanakan upaya ibarat ini dengan membentuk semacam organisasi ‘sayap muda’ semenjak beberapa tahun lalu, yang biasa disebut Sahabat Walhi. Meskipun demikian, nama yang dipergunakan di setiap daerah bisa berlainan. Di Yogyakarta dipakai sebutan Sahabat Lingkungan (Shalink), sedangkan sebutan Sahabat WALHI di Jawa Barat, dan GSM di Jakarta. Selain WALHI, NGO lingkungan nasional, yang gotong royong menjadi bab dari NGO internasional, Green Peace, mendirikan ‘sayap muda’-nya yang disebut Greenpeace Youth Indonesia (GYI).


Kategori yang keempat yaitu organisasi-organisasi lingkungan yang didirikan oleh para mahasiswa di kampus-kampus dengan gosip gerakan yang spesifik. Organisasi lingkungan ini berhubungan dengan universitas, meskipun tidak menjadi bab organik dari organisasi universitas. Gama Earth, Water Plant community, Kamase berdiri dan berkembang di UGM. Green Community UI dan  Envihsa bergerak aktif di kampus UI. Sedangkan Unpad Green ID  tampak bergerak dinamis di kampus UNPAD, dan U green ITB di kampus ITB.


Kategori yang kelima berdiri secara independen dan tidak berhubungan ke organisasi yang lebih besar. Organisasi lingkungan tipe ini umumnya didirikan oleh penggagas mahasiswa dan mantan penggagas mahasiswa dan bergerak aktif di luar kampus. Isu lingkungan yang diambil sebagai titik masuk gerakan tampak bervariasi dan memperlihatkan keragaman minat dan kepedulian kaum muda terhadap aneka macam problem lingkungan. Trashi (Transformasi Hijau), ICSF (Indonesia Climate Change Student Forum), TGG (Teens Go Green) tampak aktif di Jakarta. Bicons (Bird Conservation Society), Culindra, Sahabat Kota, Taman Kota, Riset Indie, dan Greeneration bergerak dinamis di Bandung.


Perlu dicatat bahwa sangat mungkin ditemukan nama-nama Organisasi Pemuda Lingkungan yang lain di setiap lokasi yang diteliti. Karena itu, kategorisasi dan daftar nama-nama Organisasi Pemuda Lingkungan tersebut masih bisa berubah dan berkembang seiring dengan studi-studi serupa dimasa datang. Buku ini memaparkan 4 gosip pokok dari masing-masing organisasi, yakni sejarah berdirinya organisasi, pengorganisasian, acara agresi dan jaringan kerja dan keberlanjutan organisasi.






Bentuk-Bentuk Aksi dan Karakteristik Utama Organisasi Pemuda Lingkungan


Organisasi Pemuda Lingkungan mempunyai variasi bentuk-bentuk agresi lingkungan yang dikembangkan dan dipraktikkan, sebagaimana tampak dari pilihan strategi, bentuk dan lingkup aksi, dan kelompok sasaran. Secara garis besar, ditemukan bentuk-bentuk agresi lingkungan yang dilakukan Organisasi Pemuda Lingkungan yakni restorasi dan konservasi lingkungan, pendidikan lingkungan hidup (PLH), riset (aksi) lingkungan hidup, pengembangan produk ramah lingkungan, dan advokasi lingkungan.


Dari hasil analisis, setidaknya diperoleh 6 karakteristik utama Organisasi Pemuda Lingkungan, Pertama yaitu pendidikan lingkungan untuk membentuk biro perubahan. Pendidikan lingkungan bisa dikatakan sebagai bentuk agresi lingkungan yang paling secara umum dikuasai yang dilakukan oleh organisasi-organisasi perjaka lingkungan. Kegiatan pendidikan lingkungan ditujukan kepada kelompok yang spesifik ibarat  anak-anak hingga ke publik yang lebih luas. Kegiatan pendidikan lingkungan yang dilakukan umumnya merupakan kegiatan luar ruang (outdoor activities), meskipun kegiatan di dalam kelas juga masih dilakukan.


Kedua, Organisasi Pemuda Lingkungan lebih menekankan pada upaya restorasi dan konservasi daripada advokasi lingkungan. Dalam merespon dan mengatasi problem-problem lingkungan, mereka cenderung menentukan untuk melibatkan diri secara eksklusif dalam bentuk aksi-aksi untuk mengatasi problem lingkungan. Orientasi tersebut tampak dari aksi-aksi mereka, misalnya, penanaman mangrove untuk memperbaiki ekosistem pantai, pembuatan lubang biopori untuk meningkatkan serapan air hujan ke tanah, revitalisasi fungsi taman-taman kota, dan aksi-aksi memulihkan dan melestarikan kondisi lingkungan lainnya.


Ketiga yaitu pengorganisasian yang longgar. Meskipun ada variasi dalam struktur organisasi, terdapat tendensi bahwa Organisasi Pemuda Lingkungan berupaya menghindari struktur dan rujukan yang ketat dan lebih menerapkan prosedur organisasi yang fleksibel. Mereka berupaya mengambil keputusan organisasi dengan mendasarkan pada aspirasi para pengurus dan anggota. Para pengurus dan anggota organisasi membangun korelasi yang dekat, informal dan familiar, sehingga kepengurusan organisasi yang ketat cenderung dihindari.


Keempat, gerakan berbasis massa. Data lapangan menyajikan fakta bahwa semua Organisasi Pemuda Lingkungan bisa dikatakan sebagai organisasi berbasis keanggotaan (membership-based organization). Watak organisasi tersebut tampak dari dua hal, yaitu rujukan rekruitmen dan pilihan bentuk organisasi. Mereka melaksanakan rekrutmen anggota dan relawan organisasi baik secara rutin maupun secara periodik, baik melalui prosedur yang terbuka maupun yang tertutup. Dalam menjalankan aksi-aksi lingkungan, mereka lebih mendasarkan pada sumberdaya anggota baik dalam kaitan dengan aspek kuantitas maupun kualitas, dengan kata lain, basis keanggotaan yaitu kekuatan mereka.


Kelima, membiayai diri sendiri & voluntarisme. Energi gerakan dari Pemuda Lingkungan juga berasal dari kemampuan mereka dalam mendanai organisasi dan aksi-aksi lingkungan secara relatif mandiri. Mereka menyebarkan prosedur pembiayaan sendiri (self-financing), dengan mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki oleh para pengurus, anggota, relawan dan bahkan para alumninya.


Keenam, media online sebagai wahana agresi lingkungan. Kelekatan kaum muda dengan perangkat gadget dengan media sosialnya terefleksikan secara terang dalam organisasi dan agresi lingkungan yang mereka jalankan. Organisasi Pemuda Lingkungan telah menyebabkan media online sebagai wahana produksi dan desiminasi informasi, ide, pengetahuan, dan promosi perihal lingkungan yang lebih sehat dan lestari. Kemampuan kreatif dan inovatif dalam mendayagunakan perangkat teknologi berbasis online ini akan sangat menentukan daya dan cakupan efek aksi-aksi lingkungan yang mereka lakukan.


Baca juga: Manfaat Internet di Bidang Sosial






Kesimpulan dan Agenda Riset Lanjutan


Gerakan lingkungan telah tumbuh menjadi upaya masyarakat global dalam merespon dan mengatasi aneka macam problem dan krisis lingkungan berskala global. Gerakan lingkungan melibatkan banyak pemain film dan agensi, yang melintasi batas-batas kategori sosial dan spasial.  Salah satu agensi yang terlibat aktif dalam gerakan lingkungan yaitu Organisasi Pemuda Lingkungan.


Dari temuan-temuan studi yang tertulis dalam buku ini, sejumlah gosip kajian bisa menjadi acara riset lanjutan. Pertama, gosip perihal pendidikan lingkungan. Studi ini mendapati fakta bahwa pendidikan lingkungan merupakan agresi lingkungan yang secara umum dikuasai yang dipilih dan dilakukan oleh organisasi gerakan lingkungan berbasis pemuda. Namun demikian, studi ini belum menjangkau implikasi atau dampak pada kelompok-kelompok target dari aneka macam agresi pendidikan lingkungan tersebut.


Kedua, gosip perihal kaitan antara “social entrepeneurship” dan gerakan lingkungan. Studi ini memperlihatkan bahwa sejumlah organisasi lingkungan berhasil mendanai sendiri baik untuk pengelolaan organisasi maupun untuk menjalankan aksi-aksi lingkungan. Disamping melalui bantuan dari para pengurus dan anggotanya, sumber pendanaan berasal dari kemampuan mereka membuat unit bisnis berlabel ramah lingkungan (green product) yang manfaatnya dipergunakan untuk mendanai organisasi dan agresi lingkungan.


Ketiga, perihal gosip media online (termasuk media sosial) dan gerakan lingkungan. Studi ini memperlihatkan bahwa media online yaitu sarana penunjang penting bagi proses korelasi diantara para partisipan dan penggagas lingkungan dan bagi pengelolaan organisasi. Media online juga telah berubah menjadi menjadi wahana penting dalam menjalankan aksi-aksi lingkungan.


Tentu saja, daftar perihal acara riset terkait dengan agresi dan gerakan lingkungan yang dilakukan oleh Organisasi Pemuda Lingkungan ini masih bisa ditambah dan diperluas.  Perbendaharaan teoritis untuk memahami dan menjelaskan fenomena gerakan lingkungan juga terus dikembangkan oleh para ahli. Tawaran acara riset lanjutan ini hanya berpretensi untuk menguak sedikit lubang jendala perihal bentang dan kompleksitas fenomena gerakan lingkungan yang telah menjadi bab dari gerakan masyarakat global untuk menjaga asa terhadap kelangsungan hidup di bumi ini. Semoga!


Baca juga: Retorika Untuk Milea: Review Film Dilan 1990



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Organisasi Cowok Lingkungan Di Indonesia Pasca Orde Baru"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel