Teori Panggung Sandiwara
Teori panggung sandiwara yang diramu oleh sosiolog Kanada Erving Goffman sanggup membantu memahami kemungkinan bagaimana masyarakat bisa dipahami. Tidak gampang bagi seseorang untuk membaca dan mengamati kehidupan sosial secara menyeluruh. Perlu pemahaman mendalam yang cakupannya amat luas, dari struktur makro sampe mikro untuk mengerti dunia sosial yang sedang berlangsung. Kadang memahami satu individu saja sangat susah. Namun bukan jalan ilmuwan sosial untuk menaruh perhatian khusus pada satu individu saja guna mengerti dunia sosial. Ilmuwan sosial menaruh perhatian pada teladan yang ajeg.
Pola sosial yang ajeg bisa disebut sebagai fenomena sosial. Di sinilah Goffman mengangkat kedua tangannya untuk menyimbolkan adanya kesulitan-kesulitan memahami dunia sosial yang memang sangat kompleks. Ia menaruh minat studi pada ranah yang spesifik, kemudian memberi donasi pada ilmu sosial perihal fenomena yang kelihatannya remeh, namun tolong-menolong bermakna. Pada hal-hal kecil dan sederhana yang tolong-menolong bisa dengan gampang diamati: Interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Percakapan tatap muka, saling sapa, pertukaran kode, simbol yang berisi pesan-pesan dan informasi, dan banyak sekali bentuk interaksi sosial lainnya, kita lakukan, kita saksikan, dan kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari. Dunia sosial begitu kompleks, lebih kompleks dari matematika. Individu berbagi teladan interaksi sosialnya secara bervariasi. Kepentingan, norma, peran, status sosial, kekerabatan sosial, makna sosial, semuanya menggambarkan dengan terang kompleksitas yang hidup dalam masyarakat kita.
Untuk memahami masyarakat, kadang seseorang harus pergi ke kawasan yang jauh, menilik asumsi-asumsi ideologi, membaca konteks sosial, dan melihat bagaimana kekerabatan kuasa bekerja. Kadang seseorang harus pergi menyelami kondisi psikis yang dialami individu-individu. Lalu ia akan mengerti mengapa seseorang melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu hal. Namun pengertian itu tidak pernah menyeluruh, melainkan hanya sebagian saja.
Wilayah makro ibarat struktur sosial, hukum, agama, negara, dan sebagainya juga menjadi objek kajian ilmu-ilmu sosial. Kebijakan publik ialah produk yang mungkin bisa dilihat sebagai ekperimen sosial, yakni perihal bagaimana mengatur teladan hidup orang-orang yang sesuai dengan tujuan-tujuan rekayasa sosial. Di wilayah makro ini, ideologi bekerja tak kasat mata oleh kompleksitas jaringan yang melibatkan orang-orang di dalamnya.
Terhadap ranah makro ini, Goffman tidak bicara banyak, namun ia meyakini semua konsep tidak akan bekerja tanpa interaksi sosial yang terjadi di wilayah mikro. Di sinilah interaksi sosial menjadi penting dipahami. Teori panggung sandiwara bisa menangkap setting dimana interaksi terjadi. Di sisi lain, kekerabatan kuasa memang merupakan salah satu konsep penting yang perlu dilibatkan dalam membaca situasi sosial. Misal, mengapa seseorang berpikir, berbicara, dan bertindak dengan cara tertentu, boleh saja diasumsikan sebagai produk dari kekerabatan kuasa. Namun bagi Goffman, semua itu hanyalah konsep aneh semata, hingga kita memahami bagaimana konsep itu beroperasi melalui interaksi.
Interaksi sosial sebagai objek kajian dikategorikan ke dalam wilayah mikro. Objek kajiannya ialah korelasi sosial yang melibatkan individu-individu. Anggapan terhadap dunia sebagai panggung sandiwara tolong-menolong sudah ada semenjak lama, hingga Shakespeare mengenalkannya kembali. Pertama-tama, perkiraan yang dipakai dalam teori panggung sandiwara ialah menganggap kita semua sebagai aktor, namun bukan pemain film individual, melainkan pemain film satu tim. Sebagai pemain film satu tim, kita memainkan peran. Dalam memainkan peran, setiap pemain film bertindak pada sebuah prinsip yang dinamakan administrasi impresi. Interaksi yang kita berdiri dengan administrasi impresi bisa berbentuk kerjasama, konflik, timbal-balik, dan lain sebagainya.
Setiap interaksi mempunyai kerangkanya sendiri atau disebut juga ‘framing’. Framing ini merupakan konsep kunci dalam memahami interaksi sosial. Contoh mudah, dalam kerangka canda, saling ejek antar individu tidak bisa dipahami sebagai konflik, meskipun konflik berpotensi muncul. Dalam kerangka konflik, perundingan lebih berisi kompetisi ego, seramah apapun kelihatannya. Sampai disini, administrasi impresi dan framing tampak sebagai konsep menarik yang bisa membantu dalam memahami interaksi sosial. Bagaimana kita mamainkan tugas dan bersandiwara? Saya akan menghabiskan waktu lebih banyak bersama Goffman untuk menulis lebih lanjut.
Baca juga: Teori Sosiologi
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "Teori Panggung Sandiwara"
Posting Komentar