-->

iklan banner

Ketimpangan Pembangunan Antara Wilayah


ketimpangan pembangunan antara kawasan dengan sentra atau  antara wilayah dengan wilayah dalam kawasan yang sama yakni merupakan hal yang seringkali terjadi. hal ini disebabkan adanya faktor endowment dan awal dari pelaksanaan pembangunan serta investasi. bagi kawasan yang sudah terlebih dahulu membangun tentunya sanggup lebih banyak menyediakan sarana dan prasarana, sehingga menarik minat investor untuk berinvestasi.

proses tersebut memperlihatkan bahwa bergotong-royong ketimpangan pembangunan antarwilayah bergotong-royong merupakan jawaban dari adanya proses pembangunan itu sendiri. pengembangan ekonomi lokal bertujuan tidak hanya  untuk  memproduksi semata akan tetapi lebih pada aspek meningkatkan kemampuan dan partisipasi masyarakat dalam perekonomian daerahnya. dalam hal ini pengembangan ekonomi  lokal  adalah upaya membuat lapangan kerja  baru yang secara konseptual merupakan  fungsi bagaimana komunitas membangun kesempatan ekonomi yang cocok dengan dengan sumber daya alam, sumber daya insan dan institusinya yang tersedia.

aspek pemberdayaan dan partisipasi masyarakat menjadi kekuatan utama sehingga menempatkan masyarakat sebagai prioritas pertama dalam pelaksanaan pemberdayaan yang ditujukan kepada  pelaku ekonomi tertinggal yang tidak memiliki kanal terhadap sumber daya ekonomi terutama modal, sumber daya alam dan teknologi  yang menimbulkan lemahnya  kemampuan daya saing keakses sentra pertumbuhan, pemasaran dan sarana pemasaran. kondisi demikian secara umum banyak dijumpai pada masyarakat perdesaan, sehingga konsep pemberdayaan lebih cepat diperuntukkan bagi masyarakat perdesaan. hal ini membutuhkan keseimbangan dan peningkatan keterkaitan antarsektor dalam wilayah melalui kebijakan pembangunan yang dilakukan.

keberhasilan pembangunan pada hakekatnya ditentukan oleh potensi sumber daya alam yang tersedia, prasarana yang telah dibangun, kebijakan pembangunan yang dilakukan dan kemampuan sumber daya insan masing-masing daerah. pemusatan pembangunan prasarana dan sarana mengakibatkan peluang pembangunan perjuangan menjadi tidak berimbang. perbedaan peluang perjuangan itu mensugesti minat investor untuk menanamkan modalnya di daerah. balasannya persebaran penanaman modal menjadi tidak merata, dan ini menimbulkan perputaran acara ekonomi dan peningkatan kemakmuran penduduk antardaerah menjadi tidak seimbang. hal ini juga menimbulkan perkembangan kota mengalami perbedaan, sehingga kota-kota disusun menurut hierarkhi fungsionalnya masing-masing.

pengorganisasian ruang melalui sistem kota-kota sanggup berfungsi untuk menjembatani antardesa dan kota dengan keinginan memperkecil perbedaan peluang perjuangan dengan dasar aspek fungsional antarwilayah kecamatan. menurut kondisi tersebut maka perlu dicarikan alternatif untuk menekan munculnya ketimpangan antarwilayah. aternatif yang diambil harus memuat suatu konsep pemerataan dalam pertumbuhan.

salah satu pendekatan yang diperkirakan sanggup menjawab permasalahan tersebut yakni pengembangan kecamatan sebagai sentra pertumbuhan. kecamatan sebagai sentra pertumbuhan ekonomi dimaksudkan :

  1. meningkatkan kapasitas kawasan dalam melakukan pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat. memperkecil perbedaan peluang perjuangan antara desa dan kota dengan menempatkan masyarakat sebagai prioritas pertama dalam pelaksanaan pemberdayaan yang ditujukan kepada  pelaku ekonomi tertinggal yang tidak memiliki kanal terhadap sumber daya ekonomi terutama modal, sumber daya alam dan teknologi  yang menimbulkan lemahnya  kemampuan daya saing ke kanal sentra pertumbuhan. kondisi demikian banyak dijumpai di masyarakat perdesaan, sehingga konsep pemberdayaan lebih sempurna diperuntukan bagi masyarakat perdesaan;
  2. memberikan citra bergotong-royong wacana spesialisasi keunggulan dari tiap wilayah kecamatan. 

untuk mengetahui kecamatan-kecamatan yang sanggup dikategorikan sebagai sentra pertumbuhan ekonomi, dipakai metode analisis scalogram dengan mengukur kemudahan ekonomi, kemudahan sosial dan kemudahan pemerintahan yang tersedia di tiap kecamatan. sehabis diperoleh  kecamatan sentra pertumbuhan dipergunakan analisis model gravitasi untuk mengetahui kawasan sekitar atau  hinterland dari masing-masing kecamatan sentra tersebut dengan didasari besar dan kapasitas dari kecamatan sentra pertumbuhan dan berbanding terbalik dengan jarak.

untuk mengetahui sektor atau subsektor unggulan dari masing-masing kecamatan dipergunakan analisis location quotient (lq), lantaran kapasitas kawasan sanggup tumbuh tidak saja lantaran kawasan itu bisa mencukupi kebutuhanya sendiri tetapi juga ditentukan seberapa besar kemampuan kawasan tersebut dalam memenuhi usul dari luar daerah. sebagai pemegang otoritas kebijakan paling besar di daerah, kebijakan pembangunan yang diambil oleh pemerintah kawasan sanggup lebih terarah sesuai dengan kharakteristik dan potensi yang dimiliki masing-masing kecamatan.


Sumber http://2frameit.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Ketimpangan Pembangunan Antara Wilayah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel