Sejarah Perkembangan Kota Jakarta
Sejarah Kota Jakarta
Sunda Kelapa
Sejak kurun ke-10, Jakarta dikenal dengan sebutan Pelabuhan Sunda Kelapa yang populer sebagai sentra perdagangan alasannya ialah letaknya yang sangat strategis. Pada tanggal 21 Agustus 1522 ditandatangani perjanjian persahabatan antara Portugis dan Kerajaan Pajajaran (Hindu). Raja Pakuan Pajajaran melaksanakan perjanjian tersebut guna memperoleh proteksi dari Portugis dalam menghadapi bahaya Kerajaan Demak (Islam). Namun perjanjian itu sia-sia alasannya ialah Portugis tidak membantu Pajajaran, tetapi Portugis malah ingin menguasai Pelabuhan Sunda Kelapa.
Jayakarta
Kerajaan Demak (Islam) memiliki misi ingin menguasai Sunda Kelapa di bawah pimpinan Fatahillah/Fadilah Khan/Faletehan, panglima perang asal Gujarat (India). Pada tanggal 22 Juni 1527 Sunda Kelapa Jatuh ke tangan Kerajaan Demak. Tanggal 22 Juni dijadikan sebagai kelahiran kota Jakarta. Nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta oleh Fatahillah yang artinya kemenangan berjaya. Setelah Fatahillah berhasil mengalahkan dan mengislamkan Banten, Jayakarta berada di bawah kekuasaan Banten.
Batavia
Pada tahun 1619, Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterzoon Coen (J. P. Coen) menyerbu Jakarta sehingga orang Banten serta etnis Arab dan Tionghoa mengundurkan diri ke tempat Kesultanan Banten. Setelah berhasil dikuasai Belanda, nama Jayakarta diganti menjadi Batavia oleh Gubernur Jendral J. P. Coen. Setelah kepemimpinan J. P. Coen, Batavia selanjutnya dipimpin oleh Jacques Speex, Daendels, Raffles,dan Van den Bosch, yang membangun Jakarta dengan beberapa bangunan yang masih berdiri hingga kini menyerupai Lapangan Monas, Stasiun Kota, dsb.
Setelah Kemerdekaan
Pada bulan September 1945 pemkot Jakarta diberi nama Pemerintahan Nasional Kota Jakarta dengan dipimpin oleh seorang walikota. Setelah itu, wilayah Jakarta mengalami penambahan yaitu Kepulauan Seribu, Cengkareng, Kebayoran (Kebon Jeruk, Kebayoran Ilir, dan Kebayoran Udik), dan sebagian Bekasi (Pulogadung dan Cilincing). UU No. 10 Tahun 1964 Daerah Khusus Ibukota Raya dinyatakan sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dengan nama Jakarta.
Tokoh Perjuangan Betawi dan Ilmuwan Betawi
Tokoh Perjuangan Betawi Pada Masa Penjajahan, teladan :
- Muhammad Husni Thamrin : mendirikan Perkumpulan Kaum Betawi.
- Ismail Marzuki : pencipta lagu-lagu nasional, antara lain Rayuan Pulau Kelapa, Sepasang Mata Bola, Bandung Selatan, dsb.
Tokoh Perjuangan Betawi Setelah Kemerdekaan RI
- M. Ardan : andal dalam bidang satra. Hasil karyanya : Di Balik Dinding (skenario film, 1956), Nyai Dasima (1965), Si Pitung (skenario film, 1970), dsb.
- Ali Sadikin : Gubernur pertama di Jakarta (1966-1977), seorang yang mencetuskan adanya Pekan Raya Jakarta.
- Benyamin Suaeb : seniman Betawi.
Ilmuwan Betawi
- Guru Mansyur ialah seorang ilmuwan yang menguasai ilmu falak (perbintangan) dan seorang yang mempelopori penggunaan ilmu hisab dalam memilih awal Ramadhan dan hari raya Idul Fitri di Betawi.
- Ing. H. Fauzi Bowo ialah mantan Gubernur DKI Jakarta yang menguasai perencanaan/tata kota.
- Hj. Silviana Murni, S.H, M.Si ialah salah seorang walikota perempuan di Jakarta Pusat tahun 2008.
Batas Wilayah Betawi pada Zaman Penjajahan Belanda
- Batavia sebagai wilayah residentie : de Stad en Voorsteden (Kota dan Kota Pelabuhan), Buiten de Stad (Luar Kota), dan Ommelanden (sekitar Batavia).
- Wilayah Batavia yang masih dikelilingi rawa-rawa pada kurun ke-19 : Stad de Voorsteden (Utara), Meester Cornelis (Timur), Tangerang (Barat), dan Buitenzorg (Selatan).
Batas Wilayah Betawi
- Bagian Utara : Laut Jawa
- Bagian Timur : Kabupatendan Kota Bekasi
- Bagian Selatan : Kota Depok
- Bagian Barat : Kabupaten dan Kota Tangerang
5 wilayah kotamadya Jakarta :
- Jakarta Pusat
- Jakarta Utara
- Jakarta Barat
- Jakarta Selatan
- Jakarta Timur
Ditambah dengan Kepulauan Seribu.
Masyarakat Betawi :
- Masyarakat Betawi asli
- Masyarakat pendatang
- Masyarakat peranakan
Istilah-Istilah dalam Bahasa Betawi
- Mpok : abang perempuan.
- Abang : abang laki-laki.
- Encing : bibi/tante.
- Encang : paman/om.
- Engkong : kakek.
- Nyai : nenek.
- Kumpi : buyut.
Demikianlah sejarah wacana kota Jakarta, agar bermanfaat.
Sumber https://bangkusekolah.com
0 Response to "Sejarah Perkembangan Kota Jakarta"
Posting Komentar