Uraian Perihal Etos Kerja, Catatan Pelengkap
kata etos berasal dan bahasa yunani yaitu "ethos" yang mempunyai pengertian sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai kerja (tasmaran, 1995:5). dari kata ini lahirlah istilah "ethis" yaitu : anutan moral dan sikap atau yang lebh dikenal dengan istilah susila yang artinya cara bersopan santun sehingga dengan kata susila muncul istilah susila bisnis, susila kerja (etos kerja) dan lain-lain yang dijadikan sebagai anutan berperilaku dan bertindak dalam melaksanakan suatu acara atau kegiatan dalam kehidupan.
garna (1996:2) mengemukakan etos sebagai berikut : ethos juga disebut filsafat moral (moral philosophy) yang berasal dari kata kerja latin, mos, mores, cara hidup atau susila kebiasaan. dalam pergaulan atau aktifitas kehidupan manusia, selalu menganggap perlu melaksanakan dan memperoleh ketertiban dalam pergaulan untuk saling menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan serta hak asasinya, maka susila akan menjadi contoh pokok dalam pergaulan sosial tersebut.
pendapat ini sejalan dengan pendapat ravianto (1998:81), bahwa "etos kerja bekerjasama akrab dengan sikap moral, walaupun kedua-duanya tidak seluruhnya identik". kata kerja mempunyai makna yang dalam dan bervariasai berdasarkan tingkat kepentingan tiap-tiap orang, berdasarkan garna, (1999:3) bahwa : dalam masyarakat modern (work) merupakan salah satu kekuatan pembatas dalam kehidupan manusia, lantaran kerja itu menajamkan identitas orang dan menempatkan dalam suatu sistem stratifikasi oleh pengaruhnya kepada kedudukan atau posisi sosial atau ekonomi serta menghipnotis kehidupan fiskal dan emosional. pekerjaan seseorang memilih banyak sekali posisi mengandung curahan waktu dan menghipnotis kualitas kehidupan.
istilah kerja itu secara terkenal dipakai untuk memperlihatkan sejumlah ikhtiar terhadap banyak sekali tujuan, dalam arti ekonomi, kerja itu memperlihatkan kepada sejumlah aktifitas yang berorientasi untuk menghasilkan barang dan pelayanan bagi kebutuhan seseorang atau dibayar. berdasarkan pandangan simamora (1995:36) bahwa : "… pada hakekatnya kerja ialah disamping untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga harus mempunyai nilai terhadap lingkungan kerja atau perusahaan dan masyarakat luas."
definisi etos kerja sendiri jarang ditemukan, tetapi rujukan-rujukan kearah itu cukup banyak dan beragam, menyerupai kumorotomo (1992:330), mendefinisikan etos kerja bagai pegawai sebagai berikut : bagi seorang pegawai negeri atau pejabat pemerintah, etos kerja yang baik bukan saja akan menghasilkan sikap-sikap produktif menyerupai kerja keras, jujur, berperhitungan dan hemat, tetapi juga membuat prosedur kendali diri (inner check) guna menghadapi banyak sekali masalah dalam kiprah kedinasan maupun mengatasi godaan dan iming-iming dari luar.
garna (1996:244) mendefinisikan etos kerja sebagai sebagai berikut : sejumlah nilai-nilai budaya yang diungkapkan oleh sikap atau tindakan seseorang atau kelompok orang, yang didalamnya terkandung nilai-nilai moral dan pandangan wacana kerja. etos kerja itu ialah sesuatu yang berada dibelakang derajat dari kualitas kerja menyerupai kerja keras, kerja sempurna waktu, jujur dan ulet dalam bekerja, berorientasi kepada prestasi, kreatif dan berorientasi pada perubahan.
jadi secara sederhana etos kerja pegawai sanggup dilihat dari kualitas kerja menyerupai : kerja keras, kerja sempurna waktu, jujur, ulet, kreatif, berorientasi pada prestasi serta pada masa depan. etos kerja menjadi kekuatan spritual bagi segala macam pekerjaan dalam birokrasi pemerintahan, kekuatan aktivis itu bersifat otonom dan menjadi semacam "idiologi birokrasi", segenap abdnegara akan bekerja sungguh-sungguh tanpa dorongan dari luar. pandangan kumorotomo tersebut sejalan dengan pendapat anoraga (1997:29), bahwa etos kerja ialah suatu pandangan dan sikap bangsa atau ummat terhadap kerja. lebih lanjut dijelaskan bahwa : bila pandangan dan sikap itu, melihat kerja sebagai suatu hal luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja akan tinggi. sebaliknya bila melihat kerja sebagai suatu hal yang tidak berarti untuk kehidupan manusia, apalagi bila sama sekali tidak ada pandangan atau sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu sendirinya rendah. oleh lantaran itu untuk menjadikan pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai sesuatu yang luhur, diharapkan dorongan atau motivasi.
etos kerja juga akrab kaitannya dengan budaya kerja, sebagaimana dikemukakan dalam lan-ri (1992:9) bahwa "program budaya kerja diciptakan sebagai salah satu upaya menuju kesana, kearah terciptanya susila kerja." etos kerja yang akrab kaitannya dengan budaya kerja merupakan nuansa mental yang melahirkan sikap kerja yang baik, yang berdasarkan paramita (dalam ndraha, 1999:189) merupakan "sekelompok pikiran dasar atau jadwal mental yang sanggup dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kolaborasi insan yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat. lebih lanjut ndraha (1999:188) mengemukakan bahwa : budaya dan nilai kerja sebagai nilai utama, disebut budaya kerja, pendapat ini memperlihatkan bahwa nilai kerja mempunyai potensi untuk dilakukan atau dibudayakan kehidupan sehari-hari, yang sekaligus memperlihatkan kejelasan wacana kaitannya yang sangat akrab antara etos kerja dan budaya kerja.
sebelum meneliti wacana etos kerja pegawai, sepertinya perlu dijelaskan dahulu kekerabatan antara etos kerja dengan aktifitas pemerintah, yang berdasarkan kumorotomo (1992:326) bahwa : etos kerja menyangkut pada sistem nilai-nilai yaitu apa yang pantas, suatu masyarakat, yang kaitannya dengan birokrasi pemerintahan, sebagaimana ditunjukkan bahwa pekerjaan manajemen itu tidak hanya menyangkut pekerjaan fisik, tetapi juga menyangkut proses berfikir dan pengambilan keputusan seseorang pada posisinya yang tertentu itu.
0 Response to "Uraian Perihal Etos Kerja, Catatan Pelengkap"
Posting Komentar