Hambatan Dalam Partisipasi Masyarakat
hambatan yang mensugesti partisipasi masyarakat terdiri dari faktor dari dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi, maupun faktor dari luar masyarakat (eksternal) yaitu tugas pegawanegeri dan forum formal yang ada. kemampuan masyarakat akan berkaitan dengan stratifikasi sosial dalam masyarakat. berdasarkan max weber dan zanden (1988), mengemukakan pandangan multidimensional wacana stratifikasi masyarakat yang mengidentifikasi adanya 3 komponen di dalamnya, yaitu kelas (ekonomi), status (prestise) dan kekuasaan.
kelas (ekonomi) akan membedakan kelompok masyarakat satu dengan yang lain apabila ditinjau dari tingkat pendapatan dan kekayaan. status bergantung pada keberadaan bagaimana seseorang dilihat atau dinilai. sedangkan kekuasaan berdasarkan thio (1989) yakni kemampuan seseorang untuk meminta orang lain melaksanakan sesuatu yang tidak sanggup dikerjakan olehnya. biasanya yang lebih banyak kekayaannya, maka akan lebih besar kekuasaan yang dimilikinya.
stratifikasi masyarakat tersebut akan menimbulkan terbentuknya kelas-kelas sosial dalam masyarakat yang akan mensugesti sikap tolong menolong yang menjadi jiwa partisipasi. faktor-faktor yang mensugesti partisipasi masyarakat tersebut sanggup dijelaskan sebagai berikut:
a. faktor internal
untuk faktor-faktor internal yakni berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. tingkah laris individu berafiliasi erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis menyerupai umur, jenis kelamin, pengetahuan pekerjaan dan penghasilan (slamet, 1994:97). secara teoritis, terdapat kekerabatan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi, menyerupai usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota masyarakat, besarnya pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan sangat besar lengan berkuasa pada partisipasi (slamet, 1994:137-143).
berdasarkan plumer (dalam suryawan, 2004:27), beberapa faktor yang mensugesti masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah:
- pengetahuan dan keahlian. dasar pengetahuan yang dimiliki akan mensugesti seluruh lingkungan dari masyarakat tersebut. hal ini menciptakan masyarakat memahami ataupun tidak terhadap tahap-tahap dan bentuk dari partisipasi yang ada;
- pekerjaan masyarakat. biasanya orang dengan tingkat pekerjaan tertentu akan sanggup lebih meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun waktunya untuk berpartisipasi pada suatu proyek tertentu. seringkali alasan yang fundamental pada masyarakat yakni adanya kontradiksi antara janji terhadap pekerjaan dengan cita-cita untuk berpartisipasi;
- tingkat pendidikan dan buta huruf. faktor ini sangat besar lengan berkuasa bagi cita-cita dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi serta untuk memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk partisipasi yang ada. tingkat buta aksara pada masyarakat akan mensugesti dalam partisipasi;
- jenis kelamin. sudah sangat diketahui bahwa sebagian masyarakat masih menganggap faktor inilah yang sanggup mensugesti cita-cita dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi beranggapan bahwa pria dan wanita akan memiliki persepsi dan pandangan berbeda terhadap suatu pokok permasalahan;
- kepercayaan terhadap budaya tertentu. masyarakat dengan tingkat heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan memilih taktik partisipasi yang dipakai serta metodologi yang digunakan. seringkali kepercayaan yang dianut sanggup bertentangan dengan konsep-konsep yang ada.
berdasarkan sastropoetro (1985:20), faktor-faktor yang mensugesti partisipasi masyarakat dalam pembangunan yakni pendidikan, kemampuan membaca dan menulis, kemiskinan, kedudukan sosial dan percaya terhadap diri sendiri, penginterpretasian yang dangkal terhadap agama, kecenderungan untuk menyalah artikan motivasi, tujuan dan kepentingan organisasi penduduk yang biasanya mengarah kepada timbulnya persepsi yang salah terhadap cita-cita dan motivasi serta organisasi penduduk menyerupai halnya terjadi di beberapa negara dan tidak terdapatnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam banyak sekali aktivitas pembangunan.
b. faktor-faktor eksternal
berdasarkan sunarti (dalam jurnal tata loka, 2003:9), faktor-faktor eksternal ini sanggup dikatakan stakeholder, yaitu semua pihak yang berkepentingan dan memiliki dampak terhadap aktivitas ini. stakeholder kunci yakni siapa yang memiliki dampak yang sangat signifikan, atau memiliki posisi penting guna kesuksesan program. dampak bertitik tolak kepada bagaimana kewenangan atau kekuatan dampak stakeholder tersebut, pentingnya bertitik tolak pada permasalahan, kebutuhan dan kepentingan stakeholder yang menjadi prioritas dalam program.
berdasarkan sunarti (dalam suryawan 2004:29), menjelaskan wacana hambatan-hambatan yang sanggup ditemui dalam pelaksanaan partisipasi oleh masyarakat yang bersangkutan, antara lain yakni sebagai berikut:
- kemiskinan. hambatan ini sanggup merupakan faktor yang fundamental alasannya yakni dengan kemiskinan seseorang akan berpikir lebih banyak untuk melaksanakan sesuatu yang mungkin saja tidak menguntungkan bagi diri atau kelompoknya;
- pola masyarakat yang heterogen. hal tersebut akan menimbulkan timbulnya persaingan dan prasangka dalam sistem masyarakat yang ada;
- sistem birokrasi. faktor ini sanggup dijumpai di lingkungan pemerintahan. seringkali birokrasi yang ada melampaui standar serta terpaku pada mekanisme formal yang komplek.
berdasarkan loekman sutrisno (dalam suparjan dan hempri suyatno, 2003:56-57) mengungkapkan beberapa hal yang menimbulkan terhambatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu; pertama, belum ada satu kesepahaman konsep partisipasi oleh pihak perencana dan pelaksana pembangunan. definisi yang berlaku di lingkungan perencana dan pelaksana pembangunan, partisipasi diartikan sebagai kemauan rakyat untuk mendukung secara mutlak program-program pemerintah yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh pemerintah.
hambatan kedua yakni reaksi balik yang tiba dari masyarakat sebagai akhir dari diberlakukannya ideologi developmentalisme di negara indonesia. pengamanan yang ketat terhadap pembangunan menimbulkan reaksi balik dari masyarakat yang merugikan perjuangan membangkitkan kemauan rakyat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. sedangkan hambatan yang akan dihadapi dengan pendekatan partisipasi ini berdasarkan parwoto (dalam sunarti, 2001:44) adalah:
- diperlukan perubahan sikap pemerintah dan para profesional dari penyedia (provider) menjadi enabler, hal ini seringkali membutuhkan waktu yang lama;
- tata manajemen pada suatu pembangunan seringkali kurang mendukung pendekatan partisipatif (pelibatan masyarakat);
- perlu unsur pendamping yang profesional untuk mengisi kelemahan kaum awam (masyarakat) dalam pelaksanaan suatu aktivitas pembangunan.
Sumber http://2frameit.blogspot.com
0 Response to "Hambatan Dalam Partisipasi Masyarakat"
Posting Komentar