√ Dikemas Dalam Balutan Tradisi, Bisnis Makanan Ringan Bagus Apem Tak Pernah Melempem
Kampung Sewu dikenal sebagai Kampung bisnis camilan manis apem. Sebuah kampung dengan ciri khas camilan manis kenyal berbentuk lingkaran. Sayangnya belum banyak yang rutin menekuni bisnis camilan manis apem. Hanya segelintir warga, itu pun hanya jikalau ada pesanan.
Maria Latuasan, salah satu warga Kampung Sewu, mulai serius menekuni bisnis camilan manis apem setahun ini. Berawal dari niat membantu pengembangan potensi kampungnya, mantan pegiat LSM Pendidikan tersebut rutin memproduksi camilan manis apem. Ia mengemasnya dalam merk Apem Sewu Bibimia.
Nama Bibimia diambil dari nama panggilannya sehari-hari, Mia. Wanita kelahiran orisinil Kampung Sewu tersebut mencar ilmu seluk beluk bisnis lewat aktivitas pengembangan dari Kelurahan Sewu.
“Berawal dari niat untuk membantu pengembangan kampung, saya mencar ilmu mengenai pentingnya packaging, branding, dan marketing. Saya mencar ilmu banyak bahkan mengenai visi usaha,” tutur warga Sewu berdarah Jawa Maluku tersebut.
Tujuan besar Mia yakni mengenalkan apem tradisional. Ia melakukannya bukan dengan penemuan rasa atau warna-warni camilan manis apem. Malah sebaliknya, Bibi dari sembilan keponakan tersebut ingin menjaga cita rasa apem tradisional.
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="5485024081"
data-ad-format="link">
Rahasia Dapur Bibimia
Mia menentukan resep sang ibu menggunakan bahan-bahan alami. Saat camilan manis apem lain hanya menggunakan ragi, Mia tetap menggunakan fermentasi singkong pilihan. Ia mencampurnya dengan tepung beras, gula jawa, serta telur sebagai peramah rasa.
Mia juga menambahkan irisan kelapa muda untuk cantiknya tampilan. “Saya masih pakai resep lama. Harapannya orang makan camilan manis apem ini akan teringat masa kecil mereka,” tuturnya ketika wawancara di rumahnya Kampung Sewu, Kelurahan Sewu, Jebres, Solo.
Rahasia dapur lainnya ada pada api kecil dan pasir di bawah panggangan. Api kecil menjaga rasa apem tetap nikmat serta membuatnya tahan sampai tiga hari. Sedangkan pasir untuk menambah aroma panggang si camilan manis apem.
Sejajar Pancake dan Burger
Satu kardus Apem Sewu Bibimia berisi sepuluh kue. Mia membandrolnya dengan harga 20 ribu rupiah. Tak ada varian rasa, hanya satu resep yang dibuatnya. Mia memasarkannya melalui sosial media ibarat Instagram dan Facebook, serta layanan Blackberry Messenger.
Selain dunia maya, Mia juga memasarkan apem dari verbal ke mulut. “Suami punya perjuangan katering. Kalau pas mengantar makanan, saya suruh pelanggan mencoba camilan manis apem ini. Sejauh ini jawaban mereka bagus, bahkan ada yang eksklusif order,” lanjutnya.
Impian besar dipatok Mia semenjak dulu. Ibu rumah tangga ini memimpikan apem dari Kampung Sewu bisa sejajar dengan pancake dan burger. Sementara untuk sasaran tiga tahun ke depan, Mia ingin membuka outletnya sendiri.
Mia memulai semua impiannya itu dengan mengikuti bazar di salah satu mall. Dari tes pasar itu, jawaban pelanggan positif. Banyak dari mereka yang membawa apem Bibimia ke Jakarta, Bandung, bahkan luar Pulau Jawa ibarat Lampung. Melihat responnya sangat bagus, Mia optimtis kedepannya bisnis camilan manis apem ini tak bakal melempem meski zaman semakin modern.
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="7037953167">
Tim Liputan BisnisUKM
(/Rizki)
Kontributor BisnisUKM.com Wilayah Solo Raya
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "√ Dikemas Dalam Balutan Tradisi, Bisnis Makanan Ringan Bagus Apem Tak Pernah Melempem"
Posting Komentar