√ Sukses Menggurita, Lusia Ingin Kerajinan Daur Ulang Perca Masuk Eropa
Bagi para pelaku bisnis konveksi, mungkin kain perca hanya dianggap sebagai penggalan dari limbah yang tidak mempunyai nilai ekonomi. Namun, lain halnya bagi para pelaku bisnis kreatif daur ulang. Memanfaatkan kain perca sebagai materi baku utama pembuatan aneka kerajinan ternyata bisa menjadi salah satu peluang bisnis yang sangat menguntungkan, menyerupai yang dialami Lusia Hariyany (52) pemilik Amira Handicraft ini sukses menyebarkan bisnis kerajinan daur ulang perca.
Berawal tahun 2004, dikala Lusia membuat sulaman pada kerudung, sarung bantal, dan juga baju. Kemudian terpikir olehnya untuk membuat kerajinan dengan memanfaatkan materi dasar kain perca.
Berkat ketekunannya, dengan memakai Teknik Quilting atau Patchwork, Lusia bisa membuat kerajinan daur ulang perca bernilai ekonomi untuk keperluan kamar tidur, kamar tamu, maupun kerajinan tangan berupa aksesoris yang sanggup mempercantik rumah atau penampilan seseorang dan semuanya itu dikerjakan dengan tangan (full handy).
Secara terperinci, Patchwork yaitu seni menyusun dan menggabungkan kain perca aneka warna dan motif mengikuti contoh berulang dengan cara dijahit tangan atau mesin. sedangkan Applique yaitu seni membentuk gambar dari potongan kain dan ditempel diatas permukaan kain dengan memakai jahitan tangan atau mesin.
Kedua seni ini kemudian di sempurnakan dengan teknik jahit tindas (Quilts). Teknik ini dilakukan sehabis menyisipkan sejenis busa yang disebut dakron atau silikon diantara lembaran kain yang mempunyai ukuran yang sama. Hasilnya akan lebih rapi dan mempunyai ketebalan yang mengatakan keindahan dan keunikan tersendiri.
Baca Juga Artikel Ini :
Peluang Bisnis Kreasi Produk Quilting
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="5485024081"
data-ad-format="link">
Alhasil, dalam satu bulan Lusia bisa memproduksi 20 tas, 2 bed cover, 8 sarung bantal, dan 2 sampai 3 taplak meja. “Tas merupakan produk kami yang paling laku sebab orang lebih suka pamer maka orang pun suka bergonta-ganti tas, meskipun begitu bed cover juga tetap laku keras, hal ini dikarenakan sebagian orang juga suka memperhatikan tatanan ruang di dalam rumahnya,” ungkapnya dikala ditemui di rumahnya oleh Tim bisnisUKM.com kontributor Surabaya, Senin (20/3/2017).
Untuk harganya pun sangat bervariasi. Kisarannya mulai dari puluhan ribu rupiah sampai jutaan rupiah. “Harganya mulai dari Rp 45 ribu sampai Rp 4,5 juta,” katanya.
Rekrut Pekerja Melalui Pelatihan
Dalam menjalankan usahanya, Lusia dibantu 6 orang tenaga kerja. Tidak mudahnya menemukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai talenta menyulam merupakan hambatan yang dihadapi oleh Lusia dalam menjalani bisnis ini. Hal ini dikarenakan, produknya 80% yaitu handmate (kerajinan tangan).
Solusinya, Lusia pun kerap mengatakan training di suatu tempat, contohnya di desa. “Saat saya mengatakan pelatihan, saya amati hasil yang mereka buat. Bila pekerjaan tangannya bagus maka saya tidak segan-segan mengatakan bergabung untuk dipekerjakan membantu bisnis saya. Sulitnya merekrut SDM inilah yang menimbulkan pekerja kami mempunyai domisi tempat tinggal yang tidak mengecewakan jauh dari tempat kami, menyerupai di Pandaan dan Tanggulangin namun ada juga yang akrab yaitu di tempat Suramadu,” ungkapnya.
Diakui Lusia, setiap bulan rata-rata bisa meraup omset sekitar Rp 30 juta. Keberhasilan ini tidak lepas dari penerapan seni administrasi pemasarannya. Mulai dari pemasaran online melalui jejaring sosial, menyerupai Facebook, Twitter, Instagram sampai gencar melaksanakan promosi melalui media festival baik skala lokal maupun nasional.
Jangkau Pasar Internasional
Saat ini, penjualan produk Amira Handicraft selain di Surabaya dan Jakarta bahkan di luar pulau juga ada menyerupai di Kalimantan dan Sumatera. Tidak menutup kemungkinan, Lusia juga berharap produknya bisa menjangkau pasar Luar Negeri (LN). “Saya ingin kenalkan produk Amira Handicraft tidak hanya di Asia Tenggara saja namun juga sampai ke benua Eropa,” harapnya.
Meski sudah berjalan 13 tahun, bukan berarti bisnis ini tidak mempunyai kendala. Kendala utamanya selain sulitmendapatkan SDM, baik itu sebab faktor keterbatasan keahlian ataupun ketidak telatenan si pekerja duduk berjam-jam mengerjakan karyanya, Lusia juga merasa banyak orang belum bisa menghargai hasil karya seninya dengan harga yang pantas padahal untuk menggaji SDM-nya tidaklah murah.
Di sela-sela wawancara, Lusia tidak lupa membagikan tips merawat bagi mereka yang sudah mempunyai produk sulaman tapi tidak tahu cara merawatnya. Karena tanpa pengetahuan merawat yang benar, produk sulaman akan gampang rusak.
Untuk merawat bed cover disarankan mencuci dengan memakai metode dry clean (cuci kering). Untuk tas, sebaiknya hindari membawa beban yang berat, sebab tas ini diciptakan memang untuk menunjang biar si pemakai tampil manis maka kami menyebutnya tas cantik.
“Perawatannya hampir sama dengan bed cover yaitu memakai metode dry clean. Jika sehabis dipakai, sebaiknya tas dibungkus lagi dengan tas khusus biar tampak awet. Dan kalaupun ingin mencuci sendiri, sebaiknya memakai sampoo bukan dengan detergen, sebab detergen bisa menghilangkan warna dengan cepat dan pengeringannya pun diangin-anginkan saja bukan terkena sinar matahari, sebab terlalu sering terkena sinar matahari akan menimbulkan kain terlihat belang,”pesannya sembari mengakhiri sesi wawancara kami.
Tim Liputan BisnisUKM
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="7037953167">
(/Andry)
Kontributor BisnisUKM.com Wilayah Surabaya
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "√ Sukses Menggurita, Lusia Ingin Kerajinan Daur Ulang Perca Masuk Eropa"
Posting Komentar