Space Elevator? Serius!?
Elevator luar angkasa
- Gedung tertinggi di dunia ialah Burj Khalifa di Dubai dengan ketinggian 829,8 meter. Namun, kompetisi menciptakan gedung tertinggi masih berlanjut. Misalnya, tahun 2016 Kuwait akan membuka Madinat al-Hareer yang diperkirakan mempunyai ketinggian 1.001 meter. Tahun 2020, Indonesia merencanakan pembukaan Signature Jakarta Tower dengan ketinggian kira-kira 638 meter. Namun, ada sebuah benda yang sangat tinggi yang direncanakan akan dibangun 2 dekade kemudian dan juga untuk tujuan perjalanan luar angkasa. Benda itu ialah Space Elevator (elevator luar angkasa).
Namun, kalau suatu benda atau bangunan makin tinggi, maka beratnya akan semakin berat dan akan terlalu berat untuk ditopang oleh struktur bangunan itu. Namun, ada pengecualian. Space elevator memakai rotasi Bumi biar tetap berdiri. Seperti apa triknya?
Jika suatu benda sangat tinggi bahkan menembus orbit geostasioner maka benda tersebut akan mencicipi gaya yang baru, bukan hanya gaya gravitasi ke bawah, namun juga gaya sentrifugal yang menarik ke atas dan keluar dari Bumi dengan besar yang sama. Maka, benda atau space elevator akan stabil, dan mempunyai ketinggian lebih dari 35.000 km!
Namun, tidak ada material yang cukup berpengaruh untuk menahan kedua gaya (gaya gravitasi dan gaya sentrifugal) biar sanggup stabil. Dengan pengecualian, mungkin carbon nanotube atau boron-nitrate nanotube akan menjadi kandidat materi material untuk space elevator. Jika kita menciptakan space elevator di benda langit yang kecil, contohnya Bulan, kita sanggup membuatnya hanya dengan kevlar (digunakan untuk pembuatan rompi anti-peluru).
Ketinggian space elevator sanggup bervariasi tergantung tujuannya. Jika ingin mengirim wahana luar angkasa ke Bulan, maka ketinggian elevator akan hingga 50.960 km. Jika ingin mengunjungi planet luar, maka diharapkan space elevator dengan ketinggian (atau panjang?) 144.000 km plus dukungan gravitasi Jupiter biar wahana sanggup melaju cukup cepat untuk hingga ke planet yang lebih luar.
Ada satu problem lagi, banyak meteor kecil, sampah luar angkasa, meteor mikro bahkan satelit di orbit lebih rendah daripada orbit geostasioner yang sanggup menabrak space elevator. Solusinya dengan cara deteksi dini perihal benda-benda yang membahayakan, dan menempatkan ujung elevator di sebuah bahtera yang sanggup bergerak sehingga elevator sanggup menghindari benda-benda berbahaya.
Kenapa harus menciptakan space elevator? Apakah alasannya ialah insan berambisi menciptakan sesuatu yang sangat tinggi atau panjang hingga mengalahkan panjang diameter dan lingkar Bumi? Tidak.
Saat ini, untuk membawa hanya 1 kg material ke orbit geostasioner (35.800 diatas permukaan Bumi.) dengan roket diharapkan 25.000 US Dollar (Rp. 312,5 juta!). Dengan space elevator (walaupun hanya sanggup membawa wahana ke orbit geostasioner dalam 3 hari.) kita sanggup membawa material 1kg ke orbit geostationer dengan hanya memakan 220 US Dollar (Rp. 2,75 juta).
Philip Ragan menulis suatu kalimat di bukunya "Leaving the Planet by Space Elevator": "Negara pertama yang menciptakan space elevator akan mendapat 95 persen laba biaya dan sanggup berpotensi mengontrol semua acara luar angkasa."
Sumber http://astro-event.blogspot.com
0 Response to "Space Elevator? Serius!?"
Posting Komentar