My View #1| Hots?
Pendidikan dan HOTS
Pendidikan merupakan jantung kehidupan manusia, kalau pendidikan berdetak dengan baik pada badan insan maka pengetahuan, keterampilan, dan perilaku insan akan baik. Pendidikan harus berdetak ibarat jantung insan supaya pendidikan tidak pernah mati dan terus disempurnakan oleh generasi-generasi berikutnya melalui banyak media dan cara (Kant dalam Nugroho, 2018, p.1). Media dan cara pada pendidikan dikemas dalam kurikulum supaya konsep pembelajaran lebih sistematis. Kurikulum disempurnakan untuk mengikuti keadaan dengan perkembangan zaman dan pola pikir akseptor didik yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Seiring perkembangan zaman, pola pikir akseptor didik di masa kini mengalami banyak perubahan yang baik maupun perubahan yang cukup merosot, misalnya minat baca akseptor didik yang semakin menurun1. Peserta didik lebih tertarik dengan budaya pop yang sering menjerumuskan pada tindakan-tindakan negatif. Selain itu, perkembangan teknologi dari masa ke masa mengalami banyak kemajuan, kemajuan tersebut mempunyai banyak dampak positif dan dampak negatif. Peserta didik yang tidak bijak dalam memanfaatkan kemajuan teknologi akan dengan gampang menghabiskan waktu untuk mengakses situs-situs yang tidak bermanfaat sehingga waktu untuk membaca buku semakin berkurang.
Pola pikir akseptor didik yang terus mengalami perubahan harus diiringi dengan konsep kurikulum yang lebih baik untuk menawarkan warna gres pada pendidikan. Konsep kurikulum 2013 Revisi tahun 2017 merupakan konsep yang paling tepat untuk diterapkan pada akseptor didik zaman kini di Indonesia. Konsep kurikulum dengan terintegrasi pada Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), Literasi, 4C (Creative, Critical Thinking, Communicative, dan Collaborative), dan HOTS merupakan konsep kurikulum yang tepat pada pembelajaran masa 21.
HOTS atau Higher Order Thinking Skills ialah seni berpikir yang mengarahkan akseptor didik berketerampilan dan berpikir tingkat tinggi. HOTS merupakan model pendidikan modern yang menghormati akseptor didik, dimana akseptor didik diajarkan hidup adaptif dan bertahan hidup, tidak selayaknya organisme yang hidup di kebun hewan dan daerah sirkus untuk dijinakkan oleh sekolah (Nugroho, 2018 : 14).
Menurut Thomas dan Thorne (dalam Nugroho, 2018 : 16) HOTS merupakan cara berpikir tingkat tinggi dibandingkan menghafalkan fakta, menyatakan fakta, atau mempraktikkan peraturan, rumus, dan prosedur. HOTS melatih akseptor didik mempunyai kemampuan yang lengkap untuk menghadapi dunia konkret alasannya ialah konsep pembelajaran HOTS erat dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Konsep pembelajaran HOTS berbeda dengan konsep pembelajaran tradisional yang berada pada tataran LOTS (Lower Order Thinking Skills) sehingga pada pembelajaran Bahasa akseptor didik hanya bisa mengingat dan menimbun kosa kata gres pada short term memory. Kemampuan akseptor didik sebatas mengingat dan memahami tanpa mempunyai keterampilan menganalis, mengevaluasi, dan mencipta sehingga akseptor didik hanya bisa menerjemahkan bahasa absurd ke dalam bahasa Indonesia tanpa mempunyai kemampuan berbicara bahasa absurd dengan baik dan pembelajaran bahasa absurd tidak berjalan dengan maksimal.
Oleh alasannya ialah itu, sangat penting seorang guru mengintegrasikan pembelajaran HOTS pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk meningkatkan kemampuan akseptor didik dalam acara mencar ilmu sehingga akseptor didik mempunyai keterampilan mencipta dan bisa bersaing dengan dunia luar.
Oleh: Nurhalimah
Referensi :
[1] Priska Sari Pratiwi, “Minat Baca Masyarakat Indonesia masih Rendah”. Diakses dari http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/minat-baca-masyarakat-indonesia-masih-rendah&hl=id-ID, pada tanggal 18 Juni 2018 pukul 20.21.
Nugroho, R Arifin. 2018. HOTS, Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi. Yogyakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
0 Response to "My View #1| Hots?"
Posting Komentar