-->

iklan banner

Puncak Suroloyo

Secara manajemen Puncak Suroloyo terletak di Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah spesial Yogyakarta. Puncak tertinggi di Yogyakarta ini terletak di barisan pegunungan Menoreh yang memanjang di sisi paling barat dari Yogyakarta sampai ke Jawa Tengah.


Tempat wisata alam ini meskipun berjulukan Puncak Suroloyo intinya terdapat tiga puncak yaitu puncak suroloyo, puncak sariloyo dan puncak kaedran. Ketiganya dikala ini sudah ditandai dengan bangunan gardu pandang yang dibuat memakai cor-coran semen. Letaknya masih dalam satu lokasi wisata.


 Puncak tertinggi di Yogyakarta ini terletak di barisan pegunungan Menoreh yang memanjang  Puncak Suroloyo


Untuk mencapai puncak suroloyo dari jalan kita harus menaiki tangga sebanyak 285 anak tangga yang terbuat dari cor semen. Udara di Puncak Soroloyo sangat tipis, lembab dan sejuk alasannya yaitu daerah ini berada di ketinggian sekitar 1017 meter dari permukaan laut. Begitupun untuk puncak Sariloyo dan Kaedran, kita juga harus menaiki tangga namun hanya sekitar 50 anak tangga.


Pada trend kemarau, sekitar pukul 15.00 wib wilayah ini sudah berkabut dengan hawa yang sangat dingin. Sedangkan pada trend penghujan, kabut akan tiba lebih cepat sekitar pukul 12.00 wib. Hal inilah yang menciptakan puncak Suroloyo dikenal dengan sebutan negeri di atas awan.


 Puncak tertinggi di Yogyakarta ini terletak di barisan pegunungan Menoreh yang memanjang  Puncak Suroloyo


Dari puncak suroloyo bila tidak berkabut kita akan sanggup melihat empat gunung yaitu gunung merapi dan merbabu disebelah utara, gunung sumbing dan sindoro di sebelah barat. Selain itu pula, kita juga sanggup melihat Stupa Candi Borobudur. Idealnya untuk sanggup melihat terang di daerah ini sekitar pukul 10.00 wib (baca juga: Taman Lampion Jogjakarta).


 Puncak tertinggi di Yogyakarta ini terletak di barisan pegunungan Menoreh yang memanjang  Puncak Suroloyo


Berbicara perihal ketiga puncak tertinggi di Jogja ini tidak sanggup terlepas dari cerita sejarah di jaman Kerajaan Mataram Islam, sekitar periode ke-18 Masehi. Ketiga puncak tersebut pada jaman dahulu dipakai sebagai pertapaan. Ritual pertapaan dipakai seseorang yang ingin membersihkan hati, menjauhi diri dari gemerlap kehidupan dunia dan mendekatkan diri kepada Tuhan.


Dalam kitab Cabolek karya Ngabehi Yasadipura dari Keraton Surakarta mengisahkan bahwa jaman dahulu Putra Mahkota Kerajaan Mataram Islam yang berjulukan Raden Mas Rangsang mendapatkan ilham untuk menjadi penguasa tanah jawa ia harus melaksanakan perjalanan ke arah barat. Ia kemudian berjalan melalui Kota gedhe kemudian ke Godean terus ke arah barat sampai ke puncak Suroloyo. Disini ia jatuh pingsan alasannya yaitu kelelahan dan dalam keadaan itu, ia mendapatkan ilham kedua yaitu melaksanakan pertapaan di daerah ini. Dan Raden Mas Rangsang pun mempunyai gelar Sultan Agung Hanyokrokusumo.


Selain tiga puncak itu, juga terdapat mata air yang disakralkan yang berjulukan Sendang Kawidodaren. Mata air ini tidak pernah kering meskipun pada trend kemarau. Kita sanggup melihatnya di bawah ini.


 Puncak tertinggi di Yogyakarta ini terletak di barisan pegunungan Menoreh yang memanjang  Puncak Suroloyo


Setiap tanggal 1 Suro bila dalam kalender Islam yaitu 1 Muharram akan dilaksanakan program berjulukan jamasan atau ritual tolak bala. Ritual tolak bala bermaksud semoga Tuhan menunjukkan keselamatan bagi penduduk Suroloyo sekaligus sebagai ucapan syukur kepada Tuhan atas rizki, karunia dan anugerahnya.


Ritual ini berisi dzikir tahlil dan doa bersama sekaligus shodaqoh kuliner dari hasil bumi yang dibuat menyerupai gunungan. Gunungan ini nantinya dibagikan secara umum sehingga masyarakat akan berebut. Bagi umat Islam, kuliner halal apalagi yang telah diberi do’a dipercaya akan mengandung berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.


Selain program tolak bala di tanggal 1 Suro ini dilakukan pula program kesenian tradisional khas Yogyakarta yaitu kirab dua pusaka atau benda bersejarah. Dua pusaka (Tombak Kyai Manggolo Murti dan Songsong Kyai Manggolo Dewo) akan dibawa menuju Sendang Kawidodaren. Disini keduanya akan dibersihkan.


 Puncak tertinggi di Yogyakarta ini terletak di barisan pegunungan Menoreh yang memanjang  Puncak Suroloyo


Acara kesenian ini mempunyai makna filosofinya. Tombak Kyai Manggolo Murti merupakan simbol yang menasehatkan kepada kita bahwa seorang pemimpin itu dalam melayani rakyatnya harus senantiasa berdiri di jalan yang lurus menyerupai lurusnya tombak, jangan menyerupai keris yang berkelok-kelok. Sedangkan Songsong Kyai Manggolo Dewo yang merupakan payung bermakna bahwa seorang pemimpin harus sanggup memayungi rakyatnya dalam bingkai kesatuan dalam keadaan tentram, kondusif dan tenang (Baca juga: Desa Wisata Kalibiru).


Informasi Tiket:

Tiket masuk Rp 2.000/orang

Parkir Rp 2.000/motor dan Rp 5.000/mobil


Fasilitas:

Pendopo, toilet, musholla, daerah parkir, kios makanan, gardu pandang, taman.


Daftar Pustaka:

Informasi daerah pariwisata Puncak Suroloyo, dikunjungi pada hari Rabu, 5 Juli 2017.

Website www.buruan.co yang berjudul “Suroloyo: Antara Mitos dan Tradisi”. Diakses tanggal 20 September 2017.

Wbsite www.njogja.co.id yang berjudul “Puncak Suroloyo”. Diakses tanggal 20 September 2017.



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Puncak Suroloyo"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel