Manusia Sebagai Pengolah Isu
Manusia Sebagai Pengolah Informasi
Model Dasar
Sebuah model sederhana mengenai insan sebagai pengolah gosip terdiri dari indera peserta (mata, telinga, hidung dan sebagainya) yang mendapatkan kode dan meneruskannya kepada unit pengolah (otak dengan penyimpan). Hasil olahan yakni respon/tanggapan keluaran (secara fisik, ucapan, tulisan, dan sebagainya).
Kapasitas insan dalam mendapatkan masukan dan menghasilkan keluaran (tanggapan) yakni terbatas. Bila sistem pengolah insan dibebani melampaui batas, tingkat tanggapannya akan berkurang. Sebuah eksperimen sederhana atas kemampuan insan menanggapi nada musiak tampak dalam gambar 3.2. lihat bahwa hingga titik batas beban, setiap masukan menghasilkan sebuah keluaran. Sebagai contoh, 10 masukan menghasilkan 10 keluaran dalam batas waktu yang diijinkan. Bila batas beban puncak belum dicapai, prestasi mulai menurun. Bila batas beban misalkan yakni 40 masukan (dengan 40 keluaran), maka 45 masukan akan menghasilkan kurang dari 45 keluaran. Eksperimen ini memperlihatkan bahwa untuk situasi kerja yang memungkinkan beban lebih, penyusunan staf yang optimal yakni dengan beban kerja sedikit di bawah batas beban. Kaprikornus bukan sedikit di atas kondisi batas beban. Seorang operator telepon merupakan contoh kondisi ini. Bila jumlah telepon masuk yang harus ditangani melebihi kemampuannya menangani, maka prestasinya akan merosot di bawah tingkat jawaban maksimum.
Dunia menyediakan lebih banyak masukan dari pada yang sanggup diterima oleh sistem pengolah manusia. Manusia mengurangi masukan ini hingga batas jumlah yang sanggup diatasi melalui suatu proses penyaringan atau seleksi. Sebagian masukan dihambat dan dicegah supaya tidak masuk pengolahan melalui sebuah filter atau saringan yang menghambatnya.
1. Kerangka contoh individu
2. Prosedur keputusan normal
3. Keputusan dalam keadaan tertekan
Para individu mengatur penyaringan kepentingan menurut pengalaman, latar belakang, kebiasaan mereka, dan sebagainya. Prosedur keputusan mengidentifikasi data yang relevan dan kemudian menyediakan sebuah filter untuk menyaring faktor-faktor yang tak perlu bagi keputusan. Mekanisme penyaringan sanggup diubah melalui tekanan pengambilan keputusan. Tekanan ketika mengambil keputusan dalam ukuran waktu akan mengakibatkan penyaringan meningkat. Akibatnya mengurangi data yang harus diolah oleh pengambil keputusan. Sebagai contoh, seorang penyelia jalur produksi dalam keadaan krisis dan tertekan, akan memusatkan perhatian pada masalah terpenting dan tidak akan mendapatkan rangsangan yang menyangkut hal-hal kurang penting.
Konsep kerangka contoh diterapkan pada masukan maupun pengolahan. Untuk membuatkan sebuah rutin pengolahan gres bagi setiap stimulus gres akan mengurangi stimuli yang sanggup diolah. Dalam waktu cukup panjang, dan menurut kesinambungan otak insan membentuk pola atau kategori-kategori data yang memilih pemahaman insan terhadap sifat lingkungannya.
Pola atau kerangka contoh ini akan digunakan dalam pengolahan masukan, sehingga mengurangi persyaratan pengolahan. Penyaringan sanggup mengurangi atau menghambat data yang tak diinginkan. Penyaringan juga sanggup bekerja untuk menghambat data yang tidak cocok dengan kerangka contoh yang telah ada. Hal ini bersama keterbatasan alamiah indera insan peserta sanggup mengakibatkan kesalahan persepsi informasi. Penulis sebuah laporan mungkin ingin menyatakan satu hal, sedang yang ditangkap pembacanya yakni hal lain. Kesalahan persepsi ini meningkatkan keraguan. Sebuah organisasi terdiri dari para individu, sehinggga keterbatasan individu sebagai pengolah gosip juga tercermin dalam organisasi. Organisasi membuatkan bentuk tertentu untuk mengatasi keterbatasan ini, menyerupai agenda keputusan, pembagian kerja, dan reduksi data.
Pengolahan Data
Model Newell-Simon mengemukakan keterbatasan kemampuan insan sebagai pengolah informasi. Ada beberapa bukti empiris sehubungan dengan keterbatasan ini.
Seperangkat keterbatasan bertahan dengan pengolahan data dan bekerjasama eksklusif dengan ingatan jangka pendek. Perangkat keterbatasan lain yakni kemampuan insan untuk menemukan perbedaan-perbedaan. Manusia juga terbatas kemampuannya untuk memandang secara umum, memadukan, dan menafsirkan data probabilistik.
Miller menyitir ungkapan “angka keramat tujuh, lebih kurang dua” guna melukiskan kemampuan insan untuk mengolah informasi. Survainya yang didukung riset empiris intinya memperlihatkan bahwa banyaknya simbol yang sanggup disimpan dalam ingatan jangka pendek dan mengolahnya secara efektif berkisar antara lima hingga sembilan, tetapi batas umum yakni tujuh.
Batas 7 + / - 2 lebih berkenaan dengan kode, kuantitas, dan data lain, bukan untuk teks sebuah bahasa. Dalam teks bahasa, sebuah kata atau bahkan sekelompok kata mungkin hanya menggunakan sebuah simbol dalam ingatan jangka pendek. Sedang senuah karkter dalam sebuah kode mamakai sebuah simbol ruang simpan.
Penerapan batas 7 +/- 2 pada kode yakni penting sebab pengolahan gosip sangat tergantung pada pemakaian kode. Ikhtisar beberapa telaah berikut ini memperlihatkan benarnya batas Miller :
Berdasarkan model Newell-Simon dan batas Miller, hasil Chap-delaine mengenai bertambahnya kesalahan dengan panjang kecuali untuk 9 dan 12 sanggup dijelaskan, sebab subjek insan memandang kode singkat sebagai seperangkat yang harus diolah. Batas 9 (7 + 2) mengakibatkan lebih banyak kesalahan untuk susunan 9 karakter. Untuk bilangan diatas 9 mungkin insan harus membagi kodenya dalam dua bagian, dengan kemungkinan kesalahan lebih besar pada titik pisahnya. Mungkin sanggup dijelaskan bahwa memisah atas dua serpihan menggunakan sebagian kemampuan mengolah sehingga batasnya menurun menjadi 5 atau 6 simbol untuk setiap bagiannya (jelas konsisten dengan 7 +/- 2). Maka panjang 12 karakter akan menjadi titik pisah untuk mengubah menjadi pengolahan tiga serpihan setiap panjang 12 atau lebih. Tingkat kode lebih rendah dengan kelompok aksara dan angka, dibandingkan dengan tergabung, mengesankan pengolahan menurut sub-kelompok bila kode menjadi terlalu panjang atau rumit. Sebuah kode campuran huruf-angka meningkatkan persyaratan gosip untuk mengolah kode. Sesuai dengan konsep teori gosip yang diuraikan dalam serpihan 2, diharapkan lebih banyak gosip untuk mengenal sebuah dari susunan 36 huruf-angka dibandingkan dengan 10 angka.
Kebutuhan Akan Umpan Balik
Model masukan, pengolahan data keluaran secara tak eksklusif menyatakan bahwa insan sanggup mendapatkan masukan, mengolah, dan menawarkan keluaran tanpa embel-embel elemen sistem. Dalam sistem kompyter, banyak sekali prosedur digunakan untuk memastikan bahea keluaran telah diterima. Pencetak (printer) mengembalikan suatu kode pada sentra pengolah untuk memperlihatkan kenyataan bahwa data yang dipancarkan telah mengaktifkan pencetak. Sebuah termial dta mengembalikan suatu kode untuk memperlihatkan diterimanya sekelompok data. Mekanisme umpan balik serupa harus diberikan pada keadaan pengolahan insan bukan saja untuk mengendalikan kesalahan tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan psikologis insan pengolah. Pentingnya umpan balik untuk memuaskan kebutuhan insan dilukiskan oleh sebuah sistem yang menggunakan sebuah alat pencatat data sumber. Petugas memasukkan data yang dipancarkan ke sebuah lokasi pusat, tanpa alat mengembalikan sesuatu jawaban dalam bentuk sinar atau bunyi untuk menyatakan bahwa masukan tercatat. Hasilnya yakni masukan berganda dan petugas yang frustasi. Contoh lain yakni sebuah insiden sehubungan dengan pemasangan sebuah sistem online pemesanan tiket pesawat udara skala nasional. Beban kompuetr diperkirakan pada 85 persen kapasitas tetapi ternyata segera meluap. Sebuah analisis mengungkapkan bahwa operator pemesanan tiket tidak mempercayai komputer. Setelah memasukkan data, mereka segera memasukkan pertanyaan secara efektif meniru beban sistem komputer. Jalan keluarnya yakni menyediakan suatu kode umpan balik yang memastikan bahwa pesan telah diterima. Dalam kasus ini umpan baliknya yakni bergoyangnya bola alat tik. Dalam percakapan sehari-hari, orang telah terbiasa menciptakan beberapa kode untuk menunjukkan telah mendapatkan komunikasi lisan. Penerima mengangguk atau mengucap ah-uh. Beberapa bahasa memiliki ciri khas. Sebagai contoh, bahasa swedia mulut memiliki bunyi pendek mengisap yang diulang pendengar pada interval cukup cepat untuk memperlihatkan kesinambungan dalam mendapatkan komunikasi.
Implikasi Terhadap Perancangan Sistem Informasi
Bab ini telah menyajikan konsep-konsep dan bukti riset wacana insan sebagai pengolah informasi. Ini menjadi materi latar belakang yang berkhasiat bagi para perancang sistem informasi. Hal ini juga memiliki relevansi eksklusif terhadap perancangan sistem informasi.
Sumber http://sharingilmupajak.blogspot.com
0 Response to "Manusia Sebagai Pengolah Isu"
Posting Komentar