Pemerintahan Mikhail Gorbachev (Kebijakan Glasnost Dan Perestroika)
Sejak ditetapkannya Rusia (Uni Soviet) menjadi negara komunis oleh Lenin (1917), paham komunisme terus tersebar ke luar wilayah Rusia, menyerupai ke Eropa Timur. Pada tahun 1920, Lenin mengumandangkan Komintern (Komunis Internasional), sehingga paham komunisme bukan saja berkembang di Eropa, melainkan juga berkembang ke seluruh dunia. Rusia menjadi sentra perkembangannya.
Dalam perkembangan selanjutnya dan terlebih lagi sesudah berakhirnya Perang Dunia II, paham komunis menjadi tentangan ahli bagi paham demokrasi-kapitalis blok Amerika Serikat. Terjadinya persaingan antara kedua belah pihak, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet, menjadikan munculnya Perang Dingin. Selama Perang Dingin, kedua negara ini tidak pernah bertemu dalam perang fisik atau perang terbuka, melainkan selalu berada di belakang negara-negara yang sedang bertikai.
Namun, perkembangan dan keadaan Uni Soviet sebagai negara adikuasa, ternyata tidak sanggup bertahan lama. Uni Soviet yang mendapat julukan negara tirai besi tidak selamanya sanggup mempertahankan acara kehidupan rakyatnya yang tertutup itu.
Ketika Mikhail Gorbachev menduduki jabatan sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) pada bulan Maret 1985, ia melihat perkembangan negara-negara komunis sudah jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara industri maju, khususnya Amerika Serikat. Mikhail Gorbachev memenangkan nobel perdamaian pada tahun 1990.
Sejak berkuasa di Uni Soviet, Gorbachev berupaya untuk memperbaiki kehidupan perekonomian masyarakat dan negaranya yang sangat menyedihkan. Standar kehidupan rakyatnya jauh di bawah standar kehidupan masyarakat negara-negara maju. Gorbachev menyadari bahwa kehidupan yang jelek juga sangat besar pengaruhnya pada kehidupan militernya dan memperlemah kedudukannya pada percaturan politik internasional.
Gorbachev berusaha memperkuat sendi-sendi sosialisme melalui Glasnost dan Perestroika. Dalam pidatonya, Gorbachev berulang kali menyatakan bahwa mereka harus bertindak menurut prinsip-prinsip sosialisme. Ia menyatakan bahwa tiap-tiap orang harus menyumbangkan pikirannya menurut kemampuannya dan ia akan mendapatkan (dari negara) setara dengan apa yang dibutuhkannya.
Glasnost merupakan kebijakan yang mencakup keterbukaan dalam semua bidang dalam hukum pemerintahan Uni Soviet termasuk kebebasan informasi dan menyatakan pendapat di depan publik. Perestroika merupakan kebijakan restrukturisasi untuk meningkatkan standar kehidupan menuju demokrasi, serta pluralisme (menerima keberagaman atau rasa saling menghormati atau toleransi terhadap seseorang atau sekelompok orang) dalam politik dan ekonomi.
Gorbachev berupaya biar perestroika sanggup mereformasi pasar domestik, mempromosikan investasi kepada pihak luar, menunjukkan insentif pada tenaga kerja, penataan kembali harga-harga dan menunjukkan kesempatan pada pihak swasta.
Sejak menduduki kepemimpinan tertinggi atas Uni Soviet, Gorbachev melihat pentingnya hubungan dengan dunia luar untuk mencapai tingkat kemajuan dan kesejahteraan kehidupan rakyatnya.
Oleh alasannya ialah itu, pada tahun 1987, Gorbachev yang terus membawa perubahan besar di dalam negeri Uni Soviet telah menjadikan munculnya aneka macam macam gerakan. Ada gerakan yang tetap ingin mempertahankan kedudukan komunisme Uni Soviet dan ada pula gerakan yang ingin mengadakan perubahan dan pembaruan di Uni Soviet.
Pada tanggal 19 Agustus 1991, muncul perebutan kekuasaan yang ingin menggulingkan kedudukan Mikhail Gorbachev sebagai presiden Uni Soviet. Kudeta tersebut didalangi oleh Marsekal Dimitri Yazow (Menteri Pertahanan), Jenderal Vladimir Kurchkov (kepala KGB) dan Boris Pugo (Menteri Dalam Negeri).
Dari ketiga tokoh itu, Yazow dan Kruchkov merupakan tokoh-tokoh yang dengan keras menentang politik perestroika. Mereka populer sebagai tokoh-tokoh radikal yang tidak bahagia terhadap segala keputusan yang diambil oleh Gorbachev.
Usaha penggulingan terhadap Gorbachev mengakibatkan rasa cemas aneka macam pihak baik di Uni Soviet maupun di dunia internasional. Masyarakat internasional khawatir terhadap menghangatnya kembali Perang Dingin. Namun, pihak yang paling cemas sesudah tergulingnya Gorbachev ialah negara-negara Eropa Timur. Negara-negara Eropa Timur selalu dibayangi oleh peristiwa-peristiwa di masa lampau, menyerupai agresi rakyat Hongaria di Budapest tahun 1956 dan di Praha tahun 1968.
Kecemasan dunia tersebut kesudahannya sirna alasannya ialah pada tanggal 21 Agustus 1991 perjuangan perebutan kekuasaan sanggup digagalkan. Penyebab kegagalan, antara lain :
a. Sejak awal, perebutan kekuasaan telah mendapat tantangan sengit dari rakyat di bawah pimpinan Boris Yeltsin (Presiden Republik Rusia)
b. Banyak unit militer yang menolak untuk menjalankan perintah dari Pemerintahan Sementara.
Pada tanggal 21 Agustus 1991 pukul 21.00, Gorbachev memberitahukan kepada bangsanya bahwa kendali pemerintahan sudah berada di tangannya. Tanggal 22 Agustus 1991, ia bersama keluarganya telah kembali ke Moskow dari daerah peristirahatannya di Crimea.
Pada tanggal 22 Agustus 1991, simbol teror dirobohkan di Moskow. Patung pendiri polisi diam-diam Uni Soviet, Felix Dzerzhinsky dirobohkan dari daerah terhormatnya di depan kantor sentra KGB (Lubianka). Peristiwa ini merupakan salah satu tanda berakhirnya kekuatan komunis di Uni Soviet yang pada kesudahannya negara tersebut terpecah menjadi beberapa negara yang merdeka.
Ketika Gorbachev kembali ke muka umum, Soviet Tertinggi (Parlemen) membekukan segala acara Partai Komunis. Pada tanggal 5 September 1991, diadakan kongres wakil-wakil rakyat untuk menetapkan pembubaran pemerintahan sentra warisan dari Lenin.
Untuk menjalankan Pemerintahan Sementara, dibuat Dewan Negara yang terdiri dari Gorbachev dan 10 presiden dari republik-republik yang ambil kepingan dalam sidang wakil-wakil rakyat itu.
Lima negara tidak ikut ambil kepingan dalam sidang tersebut, yaitu Lithuania, Latvia, Estonia, Georgia dan Moldovia. Lithuania, Latvia dan Estonia telah memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 6 September 1991, sedangkan Georgia dan Moldovia menolak mengikuti negosiasi alasannya ialah sedang memperjuangkan pemisahan diri dari Uni Soviet. Gorbachev dengan sisa-sisa pengaruhnya berupaya untuk mengembalikan kekuasaan Uni Soviet dengan membentuk sebuah federasi yang baru.
Ketika Uni Soviet memperingati ulang tahun ke-70 Revolusi Besar Oktober tahun 1917, Mikhail Gorbachev menyatakan bahwa rakyatnya akan sanggup menikmati hasil perestroika secara gemilang pada tahun 2017, yaitu ketika mereka dan segenap ekkuatan progresif di dunia merayakan peringatan Revolusi Besar Oktober yang ke-100. Gorbachev membayangkan di tahun 2017, komunisme akan mencapai masa kejayaannya dan dunia komunisme akan diakui oleh seluruh umat manusia.
Di pengujung bulan Agustus dan awal bulan September 1991 sempat terlihat betapa keroposnya sistem komunis di Uni Soviet sesudah hidup hampir 74 tahun. Pada dikala itu, Gorbachev harus mengakui bahwa sistem komunis telah gagal di Uni Soviet. Keruntuhan Uni Soviet hanya tinggal menunggu waktu.
Di final tahun 1991, Uni Soviet yang telah dibuat oleh Lenin tersebut runtuh dan pada dikala yang bersamaan bangkit Commonwealth of Independent States (CIS) atau Persemakmuran Negara-Negara Merdeka yang anggotanya terdiri dari negara-negara pecahan Uni Soviet.
Sumber http://ratukemalalaura.blogspot.com
0 Response to "Pemerintahan Mikhail Gorbachev (Kebijakan Glasnost Dan Perestroika)"
Posting Komentar