Ferdinand De Saussure: Penafsir Ulang Linguistik
Ferdinand de Saussure ialah tokoh sosiologi dan linguistik kala 19. Karya besar yang menciptakan namanya dikenal ialah ‘Course in General Linguistic’, korpus essay yang dikumpulkan oleh mahasiswanya selama mengajar di University of Geneva, Swiss tahun 1807-1911. Saussure lahir pada 1857, karyanya terbit sehabis ia meniggal pada 1913. Dalam ‘Course in General Linguistic’, Saussure tidak hanya meneganalisis bahasa sebagai objek kajian yang otentik, tetapi juga mendobrak struktur konvensional bahasa melalui pengembangan bentuk lebih lanjut. Dengannya, Saussure menafsir ulang linguistik. Pemikiran Saussure pada prinsipnya mensugesti bentuk analisis bahasa dalam ilmu sosial dan humaniora.
Baca juga Emile Durkheim: Pencetus Sosiologi Modern
Teori yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure sanggup dipahami dalam bentuk empat dasar konseptual dari bahasa. Pertama, Saussure lebih menempatkan analisis sinkronik ketimbang diakronik dalam mengkaji bahasa. Berbeda dengan analisis diakronik yang mengesampingkan faktor waktu dalam memahami bahasa, analisis sinkronik menekankan waktu dan evolusi sebagai tumpuan untuk memaknai bahasa. Sebelumnya, linguistik dipahami sebagai sistem di dalam “waktu yang membeku”. Teori Saussure hadir dalam rangka menghidupkan kembali unsur waktu.
Kedua, Ferdinand de Saussure menilai bahwa bahasa merupakan ‘sebuah sistem yang mengekspresikan idea’. Bahasa terdiri dari seperrangkat hukum linguistik yang memungkinkan orang untuk berkomunikasi secara bermakna. Dalam konsep bahasa, Saussure membedakan antara langue dan parole. Langue bekerja dalam sistem lingkuistik dan berada pada level sosial. Sedangkan parole sanggup disebut juga sebagai speech, berada pada level individu.
Untuk memahami konsep langue, Ferdinand de Saussure mengumpamakan dunia sebagai sebuah permainan catur. Raja, ratu, dan pion mempunyai makna dan fungsinya masing-masing. Namun untuk mengetahui apa maknanya dan fungsinya, raja, ratu, serta pion harus dipahami dalam konteks permainan catur yang sedang berlangsung. Seperti itulah sistem bahasa bekerja.
Ketiga, Ferdinand de Saussure membedakan antara signifier (penanda) dengan signified (petanda). Penanda sanggup dipahami sebagai ‘gambaran-bunyi’, sedangkan petanda merupakan konsepnya. Misalkan, kata ‘laptop’, penandanya ialah ejaan dan suara kata l-a-p-t-o-p. Petandanya merupakan ‘laptop’ itu sendiri sebagai sebuah benda. Salah satu kunci dari teori Saussure ialah relasi antara penanda dan petanda tidak bersifat natural. Dengan kata lain, tidak ada alasan yang diharapkan antara mengapa kata ‘laptop’ bekerjasama dengan ‘laptop’ sebagai benda.
Baca juga Thorstein Veblen: Pakar Waktu Luang
Untuk memahami hal tersebut, perlu pemahaman konseptual dasar yang keempat, yaitu differential atau pembeda. Ferdinand de Saussure menjelaskan bahwa sistem bahasa bekerja menurut pembeda. Kata ‘laptop’ dipahami sebagai benda ‘laptop’ alasannya ialah mempunyai pembeda dengan lainnya ibarat misal; handphone, televisi, printer, dsb. Sebuah bahasa memilik makna bukan alasannya ialah merujuk pada objek bendanya, melainkan adanya pembeda. Menurut Saussure, sebuah kata memang merepresentasikan idea, namun di sisi lain juga harus dikontraskan dengan kata lain yang berlawanan.
Differential merupakan prinsip teori bahasa yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure. David Howard, sosiolog dari University of Essec menjelaskan dalam tulisannya mengenai Saussure, bahwa sulit membayangkan lahirnya karya strukturalis dan poststrukturalis macam Derrida, Levi-Strauss, Lacan, Barthes, Althusser dan Laclau tanpa bantuan teori dari Saussure. Saussure merupakan seorang strukturalis yang mengkaji ilmu sosial melalui bahasa.
Baca juga: Tokoh-Tokoh Sosiologi
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "Ferdinand De Saussure: Penafsir Ulang Linguistik"
Posting Komentar