-->

iklan banner

“Gugur Satu Guru, Tumbuh 1000 Karya” – Dear Diary #1

Dear My blog,

Kali ini saya ingin menceritakan ihwal pengalaman Pelatihan Menulis Buku bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas se Kabupaten Berau dalam rangka Gerakan Satu Guru Satu Buku (SAGUSABU) yang dilaksanakan oleh pengurus PGRI Berau 2018. My blog, sebelum saya bercerita lebih lanjut saya akan menceritakan alasan mengikuti training ini.
                Awalnya, saya dan sohibku Dayah mempunyai projek menciptakan buku dalam rangka mengikuti kompetisi. Dayah kesannya menawarkanku untuk mengikuti training menulis ini. Tanpa pikir panjang, saya setuju mengikutinya alasannya yaitu training ibarat ini jarang diadakan di Berau. Namun, saya dan Dayah tetapkan untuk tidak jadi mengikuti kompetisi alasannya yaitu waktu yang sangat singkat.
 “Udah daftar pelatihan, sayang banget kalau gak ikut.” Pikirku.
Aku pun mengajak teman-teman di sekolah untuk mengikuti training ini.
                My blog, begitulah awal saya mengikuti training ini. Tanggal 1 dan 2 Agustus 2018 saya dan teman-teman di sekolah hadir di gedung Bupati untuk mengikuti training dengan semangat. Kali ini, saya akan share sedikit ihwal poin penting yang saya dapatkan dalam training menulis buku.

Menulis Buku
1. Keinginan yang besar lengan berkuasa akan menghasilkan karya yang luar biasa
2. Harus punya alasan untuk menulis, kesulitan dalam menulis menjadi tantangan untuk guru menulis
3. Berani memulai!
4. Musuh terbesar kreativitas yaitu keraguan
5. “Writing is its own reward” Henry Miller
6. Menulis sama dengan bekerja untuk kehidupan 
7. Think – Idea – Try – Do Again – And Again – Keep on Doing – Success
8. Fokus pada goresan pena yang gampang dan mempunyai outline
My blog, sebelum menulis sebuah dongeng kita diharuskan menyusun outline atau garis besar cerita. Fungsi outline mengatakan ruang lingkup semoga penulis sanggup fokus pada kisah yang ditulis.
9. Pra Writing, Writing, Reading, Editing, Publishing
a.       Pra Writing         : Mempersiapkan diri untuk mengawali goresan pena dengan mood dan semangat yang baik.
b.      Writing                 : Menulis jurus mabuk, diawali dengan menuangkan apa yang ada dalam pikiran tanpa memikirkan susunan kata dan kalimat, tanda baca,serta ejaannya.
c.       Reading               : Membaca kembali goresan pena dari awal sampai tamat dengan teliti.
d.      Editing                  : Memperbaiki susunan kalimat, tanda baca, dan ejaan yang kurang sempurna dalam dongeng yang ditulis.
e.      Publishing           : Memosting goresan pena di blog atau mengirimkan goresan pena pada media cetak.

My blog, hal yang sangat menarik dalam training ini yaitu praktek menulis 300 kata jurus mabuk ihwal kehidupan masing-masing peserta. Aku akan share goresan pena yang saya buat pada ketika praktek menulis beberapa hari yang lalu.

TEMPE AJAIB
Kata sobat akrabku, alasan kecerdasannya yaitu tempe.
Siang itu, saya duduk di dingklik penerima sambil meniup tanganku dengan perjuangan menghangatkan diri. Berulang kali tangan itu kugosok ibarat drama korea di televisi, namun usahaku gagal. Aku masih kedinginan. Ruginya tak ada satu pun oppa  yang menghampiriku. Aku melihat jendela di samping, mataku lekat  memerhatikan butiran salju yang mungkin akan turun beberapa ketika lagi. Namun, dua menit kutatap lekat ke arah jendela dan tak ada satu pun salju turun. Usaha itu rasanya sia-sia sampai kesannya tatapanku melayang pada langit-langit ruang itu. Aku pun menyadari, rasa hambar ini berasal dari mesin pendingin di atas kepalaku.
 "Baik, silakan menulis tiga ratus kata ihwal perjalanan hidup kalian!” kata narasumber mengatakan tantangan kepada kami. Semangatku mulai membara mengalahkan rasa hambar yang melanda kulit dan tulangku. Jari-jariku mulai melaju mengetik kata demi kata ihwal perjalanan hidup, tiba-tiba....
 “Tlek”
Layar laptopku hitam. Laptop itu mati tanpa pamit. Setelah demam isu hambar berakhir dan digantikan oleh demam isu panas, hatiku dilanda demam isu gugur secara tiba-tiba. Semua semangat itu musnah dan gugur bagaikan daun maple.
Saat laptop itu kembali menyala, semangatku tak sanggup menyala seketika. Aku merasa daun kering yang tak tahu harus kemana.
 “Baik, silakan istirahat dulu. Kita lanjutkan nanti” kata narasumber mengatakan isyarat.
Panitia mulai membagikan nasi kotak, namun hatiku masih ibarat gado-gado tanpa garam. Musim dingin, demam isu panas, dan demam isu gugur bersatu padu dalam hatiku.
Aku membuka nasi kotak, kulihat ada sosok bercahaya di dalam kemasan itu.
 “Makan aku!”
Seolah-olah saya mendengar sekerat tempe berucap padaku. Aku membulatkan tekat untuk menyentuhnya, sendok putih kuarahkan padanya, kupotong pelan-pelan, kuantar ia menuju mulutku, dan mendadak bunga sakura berhamburan di atas laptopku. Seketika itu, saya mendapat ide untuk menulis. Bunga sakura merah muda melayang-layang. Seketika kusadari bahwa ia yaitu tempe ajaibku yang telah mengatakan inspirasi.

Selain praktek menulis 300 kata jurus mabuk, penerima diajarkan menulis outline, sinopsis, profil penulis, dan kata pengantar dalam buku. My blog, training ini menjadi sangat menarik pada hari kedua alasannya yaitu pemateri membedah eksklusif goresan pena penerima dan mengatakan reward kepada penerima yang menulis sinopsis dengan baik.

Alhamdulillah, temanku Risna Herjayanti menjadi salah satu penerima dengan sinopsis terbaik pada training ini. Ia diberikan penghargaan berupa cover buku sebagai penyemangat penulisan buku tutorial make up miliknya.
Setelah pelatiahan berakhir, pemateri mengatakan penerima tantangan untuk menulis sebuah buku dalam waktu 30 hari. Makara my blog, 30 hari ke depan aku, Risna Herjayanti (aya), Bety Tresna Dewi (Bubet), dan Susanti Ika Pratiwi (Bu Syanti) akan launching buku kami masing-masing. So, tunggu buku kami ya!

Sumber http://nurhalimahsulaiman23.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "“Gugur Satu Guru, Tumbuh 1000 Karya” – Dear Diary #1"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel