-->

iklan banner

Hipotesis Penelitian: Pengertian Dan Jenisnya

Hipotesis penelitian sanggup dilihat sebagai sarana penelitian yang berfungsi untuk mengoperasikan instrumen kerja dan teori. Dengan hipotesis penelitian kita sanggup menyampaikan bahwa suatu teori sanggup diterima dan teori lain tidak. Misalnya, teori yang menyampaikan bahwa perut kosong mendorong orang untuk berdemo. Teori ini sanggup diterima kalau pengujian terhadap hipotesis penelitian menawarkan hasil yang mendukung pernyataan bahwa ada efek yang signifikan antara tingkat kemiskinan dan kepercayaan terhadap pemerintah, misalnya.


Hipotesis penelitian sanggup juga dilihat sebagai perkiraan sementara atau bahkan pernyataan sementara. Sifat sementara ini menjelaskan bahwa hipotesis bukanlah hasil akhir. Oleh lantaran itu, belum tentu benar dan belum tentu juga salah. Sebagai perkiraan atau pernyataan sementara, hipotesis perlu diuji terlebih dahulu melalui proses penelitian ilmiah.


Baca juga Metode Ilmiah: Penjelasan Lengkap







Postingan ini akan membahas wacana apa itu hipotesis penelitian secara singkat. Sedikit pola wacana hipotesis penelitian dan jenisnya akan dipaparkan dan diulas sekadar untuk membantu pembaca memahami pengertian hipotesis penelitian dan bagaimana merumuskannya. Di postingan lain bahwasanya saya sudah pernah membuat beberapa pola hipotesis penelitian. Klik di sini untuk membaca beberapa pola tersebut. Postingan ini sanggup dipakai sebagai pelengkap.


Pengertian hipotesis penelitian


Diawal sudah singgung pengertian singkat hipotesis penelitian. Hipotesis yaitu sarana penelitian ilmiah yang yang terdiri dari dua variabel atau lebih yang berfungsi sebagai instrumen kerja dan operasionalisasi teori melalui pengujian.


Definisi lain yang lebih ringkas mengenai hipotesis yaitu asumsi atau kesimpulan sementara. Definisi ini memang tidak lengkap namun cukup sering dipakai oleh mereka yang mengajar wacana metode penelitian untuk memberi citra awal wacana apa itu hipotesis kepada anak didik.


Baca juga Metode Penelitian Sosial







Perlu dicatat di sini bahwa hipotesis selalu dirumuskan oleh korelasi antara dua variabel atau lebih. Jadi, tak ada hipotesis tanpa variabel. Variabel penelitian yaitu sebuah frase yang menggambarkan fenomena yang lebih luas dan sanggup diukur. Sebagai contoh, kita sanggup menyebut bahwa ’status perkawinan’ sebagai variabel. Pengukuran yang dipakai yaitu status ’kawin’ atau ’belum kawin’, contohnya menyerupai pada eKTP.


Sebenarnya, untuk mengetahui secara menyeluruh apa itu variabel, pembaca perlu juga memahami apa itu variabel. Implikasinya, pembaca juga perlu mengerti unsur-unsur lain dalam penelitian yang berafiliasi dengan hipotesis dan variabel menyerupai teori, konsep dan proposisi. Untuk pembahasan yang lain tersebut akan kita lakukan di postingan lain saja lantaran keterbatasan tempat. Di sini, kita cukup membahas wacana hipotesis.


Namun sekadar untuk tambahan pengetahuan, kalau hipotesis tersusun atas korelasi antara dua atau lebih variabel, maka proposisi tersusun atas korelasi antara dua atau lebih proposisi. Hipotesis lebih siap untuk diuji ketimbang proposisi. Sedangkan variabel, lebih siap diukur ketimbang konsep. Jika variabelnya yaitu status perkawinan, maka konsep yang sanggup diketahui di sini yaitu perkawinan.


Kembali lagi ke hipotesis. Setelah mengetahui definisinya dan hubungannya dengan variabel, kita perlu mengetahui jenis-jenis hipotesis. Ada dua jenis hipotesis dalam penelitian: hipotesis relasional dan hipotesis deskriptif. Penjelasan singkatnya sebagai berikut.






Jenis-jenis hipotesis penelitian


√ Hipotesis relasional


Hipotesis jenis ini secara eksplisit menawarkan korelasi antara dua variabel atau lebih. Sebagai contoh, hipotesis yang menyampaikan bahwa ”orang yang telah menikah mempunyai tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi ketimbang orang yang belum menikah”. Contoh tersebut terperinci menawarkan bahwa terdapat korelasi antara status perkawinan dan tingkat kepercayaan diri seseorang.


Hipotesis tersebut merupakan hipotesis relasional lantaran korelasi kedua variabel dideskripsikan secara eksplisit. Dengan membaca hipotesis penelitian relasional, kita dengan gampang mengetahui adanya korelasi antara kedua variabel tersebut dan apa saja variabel yang digunakan.


√ Hipotesis deskriptif


Hipotesis jenis ini secara implisit menawarkan korelasi antara dua variabel atau lebih. Implisit artinya lebih cenderung tersembunyi. Hipotesis deskriptif hanya memberi citra atau deskripsi wacana sampel penelitian.


Sebagai contoh, ”setengah penduduk pulau Jawa yaitu petani”. Contoh lain misalnya, “mahasiswa yang aktif berorganisasi mempunyai IPK yang tinggi”. Pada pola pertama kita sanggup mendeteksi variabel penelitiannya, yaitu jumlah penduduk dan pekerjaan. Sedangkan variabel yang sanggup kita tangkap dari pola kedua yaitu tingkat keaktifan berorganisasi dan IPK.


Baca juga Variabel Penelitian: Jenis dan Contohnya







Perlu diingat bahwa dalam penelitian sosial, bahwasanya sangat jarang kita menemukan hipotesis yang tersusun atas dua variabel. Fenomena sosial bersifat komplek dan untuk menjelaskannya dibutuhkan variabel yang kompleks pula.


Jika kita ingin menjelaskan mengapa sebagian orang punya tingkat kepercayaan diri tinggi, sedangkan sebagian yang lain tidak, kita tidak sanggup serta-merta menyatakan bahwa penyebabnya yaitu lantaran status perkawinan.


Status perkawinan memang menjadi salah satu faktor yang memilih tingkat kepercayaan diri, tapi belum tentu pengaruhnya signifikan. Variabel lain yang lebih sanggup menjelaskan, misalnya, tingkat pendapatan, pekerjaan, dan usia.


Dalam penelitian sosial, variabel yang biasanya lebih dari dua itu harus diuji. Satu variabel dikontrol dan lainnya dites apakah ada korelasi yang signifikan atau tidak. Pengujian hipotesis dibutuhkan kecermatan dan apapun hasilnya, ditolak atau diterima, merupakan hasil yang sama-sama mempunyai kekuatan ilmiah.


Hipotesis penelitian sanggup dilihat sebagai sarana penelitian yang berfungsi untuk mengopera Hipotesis Penelitian: Pengertian dan Jenisnya


Salah satu persepsi umum yang sering dibahas dikalangan peneliti yaitu bahwa peneliti cenderung menginginkan hasil yang menyatakan bahwa hipotesisnya diterima. Hal ini sering kali didasarkan pada perkiraan bahwa apabila hipotesisnya ditolak, penelitian yang dilakukan sia-sia.


Ada pula kecenderungan lain bahwa peneliti merumuskan hipotesis yang belum diketahui hasilnya, sehingga saat penelitian dilakukan, peneliti mengumpulkan data-data yang sekiranya mendukung hipotesisnya. Peneliti kuantitatif sering kali melibatkan kepentingan yang sangat subjektif ini.


Alasan yang menciptakan problem subjektif ini dikemukakan misalnya, buat apa menciptakan hipotesis yang sudah terperinci tidak benar (ditolak) hasilnya? Maka, peneliti merumuskan hipotesis yang sekiranya sanggup melahirkan inovasi baru. Untuk sanggup menawarkan kebaruan hasil penelitian, tidak ada hasil yang lebih ideal selain hipotesisnya diterima. Oleh alasannya yaitu itu, peneliti tersesat ke dalam cara berpikir yang mendorong bagaimanapun caranya biar hipotesisnya diterima.


Meskipun hipotesis penelitian banyak dipakai oleh peneliti, sebagian peneliti sosial beropini bahwa hipotesis tidak dibutuhkan dalam penelitian. Salah satu alasan yang sering dikemukakan yaitu hipotesis sanggup menggangu kebebasan peneliti sosial untuk bersikap objektif terutama selama proses pengumpulan dan analisis data.


Baca juga: Teknik Pengumpulan Data Penelitian



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Hipotesis Penelitian: Pengertian Dan Jenisnya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel