Penelitian Longitudinal: Pengertian Dan Contohnya
Penelitian longitudinal merupakan salah satu desain penelitian yang mempunyai karakteristik yang unik. Penelitian longitudinal dilakukakan dalam waktu yang relatif panjang. Biaya yang dikeluarkan juga sering kali tak sedikit sebab melibatkan monitoring perkembangan atau perubahan yang terjadi pada sampel penelitian.
Postingan ini akan berusaha memberi klarifikasi awal wacana apa itu penelitian longitudinal. Desain penelitian ini tak jarang digunakan dalam penelitian sosial, ibarat sosiologi, psikologi, kebijakan publik, dan kesehatan masyarakat. Karakteristik utama penelitian longitudinal yaitu memakai data dalam rentang waktu tertentu yang panjang.
Baca juga Desain Penelitian: Contoh & Jenisnya
Definisi penelitian longitudinal
Penelitian longitudinal merupakan penelitian yang memakai data dengan rentang waktu yang panjang. Berapa lamakah panjang waktu yang dimaksud bersifat sangat relatif. Namun, pengutamaan riset longitudinal bahu-membahu pada ekstensi atau perpanjangan dari survey yang dilakukan. Perpanjagan tersebut bersifat periodik.
Jadi, penelitian longitudinal sanggup pula dipahami sebagai perpanjangan penelitian survey yang bersifat periodik. Sedikitnya, survey dilakukan dua kali dengan rentang waktu yang ditentukan dari awal. Teknik pengumpulan data penelitian ini biasanya memakai kuesioner atau interview terstruktur. Peneliti memilih rentang waktu antara kapan pertama kali data diambil dari sampel, kapan sampel diambil datanya lagi, hingga ketiga kali dan seterusnya tergantung berapa usang rentang waktunya.
Baca juga Metode Survey: Pengertian & Contohnya
Penjelasan lebih detail mengenai riset longitudinal biasanya mengarah pada penjabaran desain penelitian ini ke dalam dua macam: panel study dan cohort study. Untuk memahami kedua jenis desain tersebut, sebaiknya kita melangkah ke cuilan teladan di bawah ini:
Contoh penelitian longitudinal
Memahami riset longitudinal bahu-membahu gampang saja. Desain penelitiannya pun tidak jauh berbeda dengan penelitian lain ibarat survey. Sebagai contoh, kita akan melaksanakan penelitian wacana perubahan karakteristik kekerasan cowok di suatu kota yang kerap terjadi tawuran.
Untuk melaksanakan riset longitudinal, pertama-tama kita melaksanakan survey dengan kuesioner dan atau wawancara terhadap anak muda yang terpilih sebagai sampel. Identitas partisipan atau anak muda tersebut kita catat baik-baik dan disimpan dengan rapi di dalam arsip. Survey pertama dilakukan dengan variabel yang telah disusun matang.
Baca juga: Cara Membuat Angket atau Kuesioner
Sebagaimana telah disebutkan di awal, riset ini memakai rentang waktu yang jelas. Misalnya, setiap lima tahun kita mendatangi anak muda yang sama untuk dilhat perubahan atau perkembangan dalam karakteristiknya. Tak ada ketentuan berapa kali partisipan didatangi kembali untuk disurvey, namun biasanya sedikitnya dua kali mereka disurvey kembali.
Hasil survey kedua, ketiga dan seterusnya akan menawarkan perubahan apa yang terjadi pada anak muda tersebut yang barangkali di survey yang ketiga dan seterusnya bukan lagi tergolong anak muda. Dengan desain penelitian ini, perubahan karakteristik kekerasan sebagaimana yang menjadi fokus penelitian sangat mungkin diketahui.
Perbedaan antara panel dan cohort study
Kita kembali lagi pada perbedaan antara panel study dan cohort study.
Panel study umumnya memakai data pada level nasional. Data yang dikumpulkan sanggup berupa beberapa kasus yang berbeda, ibarat organisasi, rumah tangga, sekolah, dan sebagainya.
Sebagai contoh, studi wacana perkembangan ekonomi rumah tangga di Indonesia. Peneliti tentunya tak hanya mensurvey berapa pendapatan rumah tangga partisipan tetapi juga jumlah anggota keluarga, kemudahan umum yang ada dimana mereka tinggal, pengeluaran bulanan, dan sebagainya. Dalam rentang waktu tertentu, rumah tangga yang disurvey didatangi lagi untuk dilihat perkembangannya.
Baca juga: Contoh Penelitian Kuantitatif
Sedangkan cohort study mempunyai karakteristik pada survey individual dengan ciri khas yang sama. Sering kali mereka merupakan satu generasi atau lahir di tahun yang sama atau mempunyai pengalaman yang sama di rentang waktu yang sama, ibarat menikah, menerima kerja, dipecat, dan sebagainya.
Sebagai contoh, kita ingin mengetahui perkembangan mental anak yang lahir pada tahun 2000. Pertama kita ingin meneliti bagaimana mental mereka saat terekspose gadget dan internet, kemudian kita juga ingin mengetahui kehidupan mereka saat remaja, dan seterusnya.
Sampai di sini, harapannya kita sudah mengetahui citra awal wacana apa itu penelitian longitudinal. Kata kunci yang sanggup saya berikan di sini sebagai materi untuk diingat yaitu follow up. Riset longitudinal mempunyai karakteristik berupa follow up, yaitu mem-follow up partisipan penelitian yang pernah disurvey atau diwawancarai sebelumnya secara periodik minimal sekali. Rentang waktu follow-up ditentukan semenjak awal penelitian.
Baca juga: Jenis Metodologi Penelitian
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "Penelitian Longitudinal: Pengertian Dan Contohnya"
Posting Komentar