Metode Observasi: Pengertian Dan Contohnya
Metode observasi seringkali menjadi tambahan data yang diperoleh dari wawancara mendalam dan survey. Observasi bisanya dipahami sebagai upaya untuk memperoleh data secara ”natural”. Pengertian paling sederhana dari metode observasi ialah melihat dan mendengarkan kejadian atau tindakan yang dilakuakan oleh orang-orang yang diamati, kemudian merekam hasil pengamatannya dengan catatan atau alat bantu lainnya.
Observasi berarti pula mengamati, menyaksikan, memperhatikan sebagai metode pengumpulan data penelitian. Postigan ini akan membahas perihal metode observasi dalam penelitian sosial. Kita sudah mendefinsikan secara sederhana apa itu observasi di paragraf pertama. Berikutnya, kita akan ulas secara lebih mendalam perihal bagaimana melaksanakan observasi dan apa saja probelm yang biasanya dihadapi peneliti.
Tak jarang, metode observasi dipahami secara keliru. Observasi memang mengamati dengan melihat dan mendengar. Tetapi sebagai metode penelitian, observasi mempunyai karakteristik dan teknik tertentu. Barangkali beberapa pembaca sudah pernah mendengar istilah observasi partisipatoris. Kita akan ulas perihal jenis-jenis observasi sebelum membahas problem dalam metode observasi.
Baca juga: Metode Penelitian Kualitatif
Contoh metode observasi
Observasi partisipatoris dan non-partisipatoris
Pada dasarnya ada dua jenis metode observasi dalam penelitian; partisipatoris dan non-partisipatoris. Motivasi utama pembedaan ini ialah pada istilah yang disebut tingkat reaktivitas. Reaktivitas sangat menentukan kualitas data penelitian. Kita sanggup memahami reaktivitas sebagai seberapa reaktif sikap orang-orang yang sedang diteliti atau sedang diamati. Semakin reaktif, maka data yang dihasilkan dari observasi semakin rendah kualitasnya. Reaktivitas sanggup dilihat pula sebagai sumber error.
Sebagai contoh, kita akan melaksanakan observasi pada komunitas hijau di Yogyakarta. Dalam konteks natural (tanpa penelitian), ekspresi wajah beberapa anggota komunitas terlihat muram dikala menjalankan kegiatan menanam di kebun. Di hari lain, dikala seorang peneliti dari luar negeri tiba untuk melaksanakan observasi, ekspresi wajah para anggota tersebut terlihat bersemangat sekali. Mimik muka yang terlihat bersemangat itu ialah bentuk reaktivitas alasannya ialah dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa dirinya sedang di bawah pengamatan. Dengan kata lain, tidak ”natural”.
Kualitas data hasil observasi yang tidak ”natural” boleh dikatakan lemah atau bahkan error. Tingkat seberapa reaktif data yang diperoleh nantinya harus dipikirkan terlebih dahulu oleh peneliti sebelum turun lapangan. Setelah menilai potensi reaktivitas, gres peneliti menentukan apakah akan menentukan metode observasi partisipatoris atau non-partisipatoris.
Metode observasi partisipatoris
Metode observasi partisipatoris sanggup dideskripsikan sebagai metode pengamatan dimana peneliti memposisikan dirinya sebagai partisipan sebagaimana orang lain yang sedang diobservasi. Dalam memposisikan diri sebagai partisipan, peneliti tetap harus menjaga jarak biar unsur objektivitas tetap terjaga.
Metode observasi non-partisipatoris
Metode observasi non-partisipatoris bias dipahami sebagai metode pengamatan dimana peneliti memposisikan diri sebagai orang luar dari kelompok yang ditelitinya. Metode ini sering kali memberi jarak yang cukup jauh antara peneliti dengan objek yang diteliti alasannya ialah pengamatan dilakukan dari luar. Pada level yang ekstrim, metode non-partisipatoris sanggup dilihat sebagai metode yang sering dipraktikkan oleh intel dalam mengamati suatu kasus.
Melanjutkan gosip reaktivitas yang telah disinggung diawal, berdasarkan sosiolog Martyn Hammersley dalam tulisannya di “The Blackwell Encyclopedia of Sociology” (2007) berjudul “Observation”, duduk masalah yang dihadapi metode observasi tidak hanya gosip reaktivitas. Beberapa gosip lain yang dihadapi peneliti meliputi; problem memperoleh akses, sampling, variasi data yang dihasilkan, dan problem etika.
Bagaimana mendapat data hasil observasi yang berkualitas?
Berikut ini beberapa gosip lain yang harus diperhatikan biar data hasil observasi yang diperoleh berkualitas sehingga hasil riset juga berkualitas.
» Masalah memperoleh akses sanggup terdiri dari bermacam-macam bentuk, tergantung pada tugas yang akan dimainkan peneliti dan keputusan sebjek penelitian. Ketika penelitian dilakukan secara terbuka, artinya peneliti memperkenalkan diri dan risetnya, jalan masuk untuk melaksanakan observasi akan tergantung pada proses negosiasi.
Dalam proses negosiasi, komitmen terkait penelitian harus dicapai diawal biar tidak ada pihak yang dirugikan nantinya. Persetujuan untuk melaksanakan observasi sanggup pula tergantung pada karakteristik dan kualitas personal dan sosial penelitinya.
» Sampling bisa pula melibatkan observasi. Sebagai contoh, peneliti mengamati situasi kampung atau komunitas yang sedang diteliti, misalnya. Pengamatan awal untuk sampling ini sanggup membantu menentukan siapa saja orang yang akan dijadikan informan, kapan mereka sanggup ditemui atau dihubungi, dan lain sebagainya.
Ada beberapa taktik yang sanggup diterapkan di sini, misalnya, apakah peneliti akan meletakkan fokus perhatiannya pada kawasan yang diteliti atau sikap orang-orangnya. Berapa usang melaksanakan observasi juga harus ditentukan semenjak awal.
» Variasi data yang dihasilkan tergantung pada apakah observasi dilakukan secara terstruktur atau tidak terstruktur. Observasi yang terstruktur mengikuti desain perencanaan detail yang dibentuk sebelum observasi dilakukan. Dengan kata lain, peneliti melaksanakan observasi sesuai panduan observasi.
Pengamatan yang tidak terstruktur artinya observasi dilakukan secara fleksibel. Data yang dihasilkan dari observasi tak terstruktur biasanya lebih bermacam-macam alasannya ialah melibatkan beberapa instrumen penelitian yang dipakai sesuai kebutuhan, misalnya, buku harian, catatan lapangan, alat rekam suara, alat rekam gambar, alat rekam video, dan sebagainya.
» Masalah etika harus dijelaskan terlebih dahulu di awal biar peneliti tidak tersandung duduk masalah etis yang sanggup menurunkan reputasinya sebagai peneliti. Observasi sanggup dilakukan secara tertutup atau terbuka. Prosedur etis pada umumnya menghendaki observasi terbuka dimana identitas peneliti dan penelitiannya diketahui oleh orang yang diobservasi.
Di lain sisi, observasi tertutup sering ditolak alasannya ialah biasanya diselimuti kebohongan, contohnya menyembunyikan identitas orisinil peneliti dan memakai identitas palsu. Subjek penelitian juga berpotensi terganggu privasinya. Namun demikian, pilihan apakah akan menerapkan observasi terbuka atau tertutup tergantung pada tingkatannya. Observasi yang terlalu terbuka juga rentan terhadap error.
Baca juga: Metode Penelitian Sosial
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "Metode Observasi: Pengertian Dan Contohnya"
Posting Komentar