-->

iklan banner

Tentang Paradigma Pembangunan

Berdasarkan banyak sekali pengertian dan makna pembangunan, maka pembangunan sanggup dipandang :

Sebagai Sistem, terdapat tiga (3) unsur yaitu unsur masukan (input), unsur proses dan unsur keluaran (output). Unsur Masukan (inputs) meliputi sumber daya yang dipakai baik manusia, alam, budaya, forum kemasyarakatan, nilai-nilai yang ingin dicapai;

Unsur Proses, meliputi kompetensi organisasi dan administrasi pemerintahan dalam pelaksanaan program-program pembangunan; Unsur Keluaran (outputs) baik berupa fisik maupun non fisik.

Sebagai Metode, pembangunan berorientasi pada upaya mencapai peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat yang didukung oleh pengorganisasian dan partisipasi masyarakat selaku subyek pembangunan.

Teori pembangunan yang dipergunakan sebagai landasan dalam perencanaan pembangunan, perumusan strategi, pelaksanaan dan penilaian kinerja pembangunan berdasarkan Agus Suryono (2001) terdapat tiga (3) kelompok teori pembangunan yang dipandang penting, yaitu :
1. Kelompok Teori Modernisasi;
2. Kelompok Teori Ketergantungan (dependencya theory);
3. Kelompok Teori Pembangunan yang lain (another development).

Dalam perkembangannya, pembangunan bangsa-bangsa di dunia mengalami beberapa pergeseran contoh atau model atau paradigma pembangunan mulai dari paradigma pertumbuhan, paradigma kesejahteraan, paradigma neo - ekonomi, paradigma dependencia hingga paradigma pembangunan manusia. Dalam goresan pena ini secara terbatas dilakukan pengkajian pada tiga paradigma saja yang dipandang cukup dominan, yaitu :

Paradigma Pertumbuhan (Growth Paradigm)
Pelaksanaan pembangunan dinegara berkembang (developing countries), penekanannya pada upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan pendapatan nasional. Penerapan paradigma pertumbuhan dalam pelaksanaan pembangunan berorientasi pada pertumbuhan ekonomi. Dalam hubungan ini PBB mencanangkan dasawarsa pembangunan pertama berlangsung pada dasawarsa 1960-1970 dengan seni administrasi pertumbuhan ekonomi negara berkembang sebesar 5% pertahun. Pada periode ini ternyata mengabaikan persoalan distribusi pendapatan nasional, sehingga timbul persoalan kemiskinan, penganguran dan kesenjangan pembagian pendapatan, urbanisasi dan kerusakan lingkungan.

Melihat kenyataan itu terjadilah pergeseran dari seni administrasi pertumbuhan ekonomi menjadi seni administrasi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan Selanjutnya timbul pemikiran paradigma gres yaitu paradigma kesejahteraan (welfare paradigm)

Paradigma Kesejahteraan (welfare paradigm):
Pada awal dasawarsa 1970 – an muncul pemikiran gres dalam pelaksanaan pembangunan yaitu paradigma kesejahteraan (welfare paradigm) yang orientasinya ingin mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial dalam waktu sesingkat mungkin.

Pada periode dasawarsa pembangunan kedua (1971-1980) pelaksanaan pembangunan dengan seni administrasi pertumbuhan ekonomi bergeser menjadi orientasi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan (growth and equity of strategy development) menuju industrialisasi dengan seni administrasi pertumbuhan ekonomi sebesar 6% pertahun dengan tujuan pemerataan pembangunan di bidang pendapatan, kesehatan, keadilan, pendidikan, kewirausahaan, keamanan, kesejahteraan sosial termasuk pelestarian dan evakuasi lingkungan dari kerusakan. Dalam dasawarsa ini ternyata juga belum bisa merubah ketergantungan negara berkembang terhadap negara maju ditandai dengan ketergantungan investasi, derma dan pinjaman luar negeri.

Penerapan paradigma kesejahteraan ini cenderung pelaksanaan pembanagunan bersifat sentralistik (top down) sehingga cenderung menumbuhkan hubungan ketergantungan antara rakyat dan proyek-proyek pembangunan (birokrasi pemerintah) yang dilakukan oleh pemerintah. Pada gilirannya sanggup membahayakan keberlanjutan proyek pembangunan itu, alasannya pembangunan sifatnya tidak menumbuhkan pemberdayaan (disempowering) rakyat biar bisa menjadi subyek dalam pembangunan.

Namun tidak sanggup dipungkiri bahwa keberhasilan pembangunan dengan orientasi pada pertumbuhan ekonomi mengakibatkan paradigma pertumbuhan menjadi semakin dominan. Akan tetapi keberhasilan itu tidak terlepas dari banyak sekali resiko negatif yang terjadi. Sebagaimana dinyatakan oleh Tjokrowinoto (1999:10) bahwa paradigma pertumbuhan cenderung membuat dampak negatif tertentu yang kesudahannya menurunkan derajat keberlanjutan pembangunan. Selanjutnya muncul gagasan gres dalam seni administrasi pembangunan untuk menjamin keberlanjutan pembangunan yaitu pembangunan berkelanjutan (sustained development).

Strategi pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) ini berguru dari pengalaman pelaksanaan pembangunan pada dasawarsa ketiga dengan munculnya konsep tata ekonomi dunia gres sebagai upaya perbaikan sosial ekonomi negara berkembang dengan seni administrasi pertumbuhan ekonomi sebesar 7% pertahun. Pada dasawarsa ini pusat perhatian proses pembangunan berkaitan dengan persoalan kependudukan yang meningkat pesat (population boom), urbanisasi, kemiskinan, kebodohan, partisipasi masyarakat, organisasi sosial politik, kerusakan lingkungan dan masyarakat pedesaan. Dalam dasawarsa ini masih manghadapi persoalan yakni pelaksanaan pembangunan tidak berdemensi pada pembangunan manusia, sehingga pada gilirannya kuat pada timbulnya persoalan ketidak adilan, kelangsungan hidup dan ketidak terpaduan pembangunan.

Paradigma Pembangunan Manusia (People Centered Development Paradigm) :
Belajar dari pengalaman pada dasawarsa ketiga pada awal 1980-an di negara berkembang penerapan konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) didukung dengan pendekatan pembangunan insan (human development) yang ditandai dengan pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada pelayanan sosial melalui pemenuhan kebutuhan pokok berupa pelayanan sosial di sektor kesehatan, perbaikan gizi, sanitasi, pendidikan dan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Di samping itu juga diarahkan pada upaya mewujudkan keadilan, pemerataan dan peningkatan budaya, kedamaian serta pembangunan yang berpusat pada insan (people centered development) dan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat (public empowerment) biar sanggup menjadi pemain drama pembangunan sehingga sanggup menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, kemandirian dan etos kerja. Fokus perhatian dari paradigma pembangunan yang berpusat pada insan ini (people centered development paradigm) ini yaitu perkembangan insan (human-growth), kesejahteraan (well-being), keadilan (equity) dan berkelanjutan (sustainability). Dominasi pemikiran dalam paradigma ini yaitu keseimbangan ekologi insan (balanced human ecology), sumber pembangunannya yaitu warta dan prakarsa yang kreatif dengan tujuan utama yaitu aktualisasi optimal dari potensi insan (diadaptasi dari Korten, 1984:300 dalam Tjokrowinoto, 1999:218) .

Dalam paradigma pembangunan insan yang mendapat perhatian dalam proses pembangunan yaitu :
a. Pelayanan sosial (social service);
b. Pembelajaran sosial (social learning);
c. Pemberdayaan (empowerment);
d. Kemampuan (capacity);
e. Kelembagaan (institutional building)

(diolah dari banyak sekali sumber)
Sumber http://2frameit.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tentang Paradigma Pembangunan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel