-->

iklan banner

✔ Teori Kritis



A.    Phenomenologi Antropologik
          Berfikir dalam phenomenology antropologik mengarah ke mencari esensi, mencari sifat generative, mencari kesimpulan ideographik, dan filsafat yang mengatakan landasan yakni phenomenologi Husserl. Phenomenology Husserl berkembang dalam lima sosok yaitu: sosok phenomenologi antropologik, salah satu tradisi filsafat idealism Jerman yang phenomenologik, phenomenologi hermeneutik, phenomenologi teori kritis, phenomenologi dekonstruksi.
1.      Phenomenologi Edmund Husserl
     Sejak Edmund Husserl, arti phenomenology telah menjadi filsafat dan menjadi meodologi berfikir. Pada periode kedua pandangan Husserl mulai terasa pengaruhnya, dari analisis phenomenologik manjadi dasar-dasar metodologik untuk logika, matemtaika, dan ilmu pengetahuan alam.Core pandangan Husserl yang fundamental ada dua yaitu pertama, intensionalitas atau keterarahan; kedua, logika transendentalnya. Menurut Husserl, kesadaran arif pengetahuan yang pertama-tama yakni kesadaran insan perihal obyek-obyek intensional yang mengandung arti semantik yaitu sesuatu bahasa dan juga logikanya; dan arti ontologik yaitu sesuatu dikatakan intensional jikalau kesamaan identitas tidak menjamin untuk dikatakan equivalen atau identik.
Dalam logika transendental tugas aktif pengambilan keputusan penting. Bukan keputusan dalam bentuk keabadian, melainkan didasarkan pengalaman intersubyektif.
2.      Phenomenologi Antropologik
        Pendekatan phenomenologik antropologik sanggup diringkaskan dalam perkembangan dari phenomenologi-interpretif Geerzt, ke grounded research Glasser-Strauss, ke ethonomethodologi Bogdan, ke paradigma naturalistik Guba, dan interaksi simbolik Blumer. Bila dilacak lebih dalam dan komprehensif, sejarah perkembangan ilmu telah mendominankan upaya unifikasi ilmu, mengarahkan ilmu ke telaah nomothetik. Nomothetik modernis  mengarah ke pencaria aturan atau teori yang berlaku umum, sedangkan nomothetik postmodernisme mengarah ke pencarian eksplanasi secara berkelanjutan.
B.     Dari Semiotik Sampai Hermeneutik
1.      Orientasi Umum
Studi semantic yakni studi perihal signs, perihal symbol-simbol, perihal fungsi bahasa sebagai gejala yang menampilkan pemikiran yang mempunyai makna. Semantic dalam makna luas meliputi studi sintaksis, semantic, dan pragmatic. Studi sintaksis menelah makna symbol satu terhadap symbol lain. Studi sintaksis menelaah hubungan symbol dengan sesuatu lain senagai referensi, denotasi, konotasi, atau makna.
2.      Bahasa
Teori linguistic menyatakan bahwa grammar menyediakan sejumlah aturan mendeskripsikan sejumlah sifat-sifat semantic sebagai dasar untuk menampilkan verbal kita, dan menyediakan sejumlah aturan kombinasi sintaktikal yang menjadi verbal kita mempunyai makna.Para behaviorist memandang bahasa sebagai representasi dari terapan aturan bahasa ke dalam kemampuan mudah dalam behavior.
3.      Bahasa, Berfikir, Mind, dan Filsafat Bahasa
Antara bahasa dan berfikir ada interdependensi. Tentang mind ada sejumlah konsep dan teori yang perlu dikenal. Consciousness merupakan mind yang pasif, netral, dan reseptif; intensionalitas merupakan mind yang mempunyai arah , mengandung hasrat aktif, dan kreatif. Internalism merupakan teori perihal mind yang beropini bahwa mind itu menampilkan pernyataan sebatas pengetahuan yang dimilikinya. Ada dua internalism yaitu perspektival internalism dan access internalism.Filsafat bahasa mulai berkembang dengan telaah analitik filosofik Wittgenstein perihal bahasa. Noam Chomskylah yang pertama-tama mengengkat bhaa sebagai disiplin linguistik.
4.      Bertrand Russell dan Witthgenstein perihal Bahasa
Russell mengatakan dasar-dasar logico-epistemologik untuk bahasa. Russel mengetengahkan perihal fakta, bentuk logika, dan bahasa ideal. Bahasa filsafat, termasuk juga bahasa ilmu perlu memakai bahasa ideal, bahasa yang memperhatikan struktur bahasa dan struktur realitas. Antara fakta dan bahasa, Russell mengemukakan bahwa ada isomorphism atau kesepadanan antara struktur dunia fakta atau relita dengan struktur kata atau bahasa.Wittgenstein yakni murid Russell. Wittgenstein mengemukakan bahwa bahasa merupakan logosentrisme.
5.      Pendekatan Ekstrinsik: Strukturalisme Sosial
Strukturalisme sosial meliputi strukturalisme genetic dan strukturalisme dinamik. Strukturalisme sosial sanggup dikembangkan menjadi subdisiplin sosiolinguistik. Sosioliunguistik kini ini lebih memfokuskan pada perbedaan komunikasi antra sastra sosial.
6.      Strukturalisme Semiotik
Strukturalisme semiotic atau semantik dalam bahasa dibedakan menjadi dua yaitu pembacaan heuristic dan pembacaan hermeneutik. Pembacaan heuristik mencoba menelaah mencari makna dari kata-kata, dari bagian-bagian. Pembacaan hermeneutic mencoba menelaah makna dengan melihat keseluruhan  karya sastra.
7.      Hermeneutik Phenomenologik
Arti kata hermeneutik yakni the art of understanding, yaitu metode dan prinsip untuk mamahami text. Martin Heidegger yakni filosof yang pertama kali memakai istilah phenomenologi hermeneutik.
Misch dan Spranger sudah memandang phenomenologi Husserll sebagai phenomenologi hermeneutic dikarenakan telah memakai phenomenologi sebagai metode untuk mengungkap makna di balik struktur pengalaman. Perbedaan Husserll dan Heidegger yaitu pertama: impulsif dan intuitif, kedua: memandang phenomena sebagai sesuatu yang tersembunyi yang perlu diekspos keluar melalui proses structural biar sesuatu yang implisit sanggup dipahami maknanya secara eksplisit.
Heidegger mengganti konsep intensionalitas Husserll dengan konsep eksposisi interpretif. Heidegger mengkritik perihal pembedaan antara pemahaman historis-kultiral dengan eksplanasi ilmu alam, dan mengatakan mengganti dengan pemilihan antara genesis teoritik dengan latar belakang prototip pemahaman dan interpretasi.
8.      Pendekatan Instrinsik: Semantik
Semantik atau strukturalisme semiotic termasuk aliran postpositivisme phenomenologik dan focus telaahnya yakni sastra. Dilihat dari strukturnya, karya sastra mempunyai norma. Norma dalam linguistik dibagi dalam enam sub-strata. Substratum pertama: efoni, irama, dan mantra. Kedua: gaya dan stilistika. Ketiga: citra, metaphora, symbol, dan mitos. Ketiga subatratum berikut yakni substrata semiotik.
Substratum keempat: substratum genre sastra. Telaah ini memusatkan pada keteraturan bentuk luar dan isinya. Kelima: penilaian karya sastra. Ada tiga kriteria yang digunakan yaitu: originalitas, aesthetika, dan harmoni. Keenam: sejarah sastra. Studi sejarah sastra bukan membuat periodisasi aliran-aliran sastra, melainkan telaah karakteristik masing-masing aliran, dilepaskan dengan penataan perodisasi.
9.      FilsafatHermeneutik
Arti kata hermeneutic yakni the art of understanding yaitu metode dan prinsip untuk memahami teks. Dalam komparasi modern dan postmodernisme dikenal tiga serangkai yaitu: tekt, si penulis, dan si pembaca. Dalam analisis konvensional kita berpegang pada teks. Dalam analisis postpositivistik, penulis menulis karyanya berdasar interpretasi beliau perihal obyek, dan pembaca membuat interpretasi atas karya yagng dibacanya. Dalam modernisme sesuatu karya memakai aturan dan isitem, yang berlaku umum untuk sanggup berkarya yang baik. Dalam postmodernisme, penulis karya menolak untuk diikat oleh aturan dan sistem yang ada.
10.  Phenomenologi Aesthetis dan Phenomenologi Mu’takhir
Oleh pendekatan phenomenologi telah diangkat lebih jauh pada strta perihal artinya, karyanya, dan perspektif implisitnya.Ricouer mungkindapat dipandang representasi phenomenology mutakhir.
Perkembangan pandangan Ricouer sanggup dibagi menjadi dua tahap, tahap human eksistensialis dan tahap lebih religius. Menurutnya, dalam penelitian perlu dibentuk decision biar sesuatu yang involuntary menjadi voluntary. Dalam penelitian akan dialami banyak gangguan daalam proses memperhatikan dan membuat interaksi untuk membuat determinasi atau indeterminasi.

TEORI KRITIS
A.    Teori Kritis
Teori kritis ditumbuhkan dan dikembangkan oleh Frankfurt Institute for Social Science mulai tahun 1930. Teori kritis generasi pertama bersifat Marxis. Teori kritis generasi kedua, sebagaimana ditampilkan oleh Habermas, mengganti konflik dengan obrolan dan komunikasi.
B.     Teori Konflik dan teori Kritis
Bila dilacak, hampir seluruh teori kritis terdapat unsur Marxis. Meskipun demikian perlu disadari bahwa Marxisme sebagai teori sosial terbukti tidak valid. Filosofinya yang atheistis dan materialistis banyak bertentangan dengan pandangan yang kini berkembang .Komunisme yang menerapkan aliran Marxisme juga tidak sanggup bertahan alasannya yakni substansi ajarannya terbukti tidak valid, tidak sesuai dengan fitrah insan yang motivatif, yang berfastabikhul khairat, dan saling bersimpasi. Marx memakai taktik usaha kelas yang antagonistik, artinya konflik dijadikan taktik perjuangan, diangkat menjadi taktik mengkonflikkan sistemik antara proletar dan borjuis, dan sifatnya antaginistik.Dari isi filsafat ilmu, teori konflik termasuk postpositivisme modern yang memakai berfikir instrumental, sedangkan teori kritis termasuk postpositivisme dengan Weltanschauung, yang landasan filsafatnya mungkin phenomenologik dan sebagian lain realism metephisik. Perubahan tugas akan mengubah sikap sesoran, demikian teori konflik. Dalam teori kritis, sikap orang akan mengubah makna konteks selanjutnya.
C.    Asumsi Dasar Teori Kritis
Patti Lather mengetengahkan bahwa pendekatan teori kritis termasuk pendekatan era postpositif yang mencari makna di balik yang empiri dan menolak value free. Pendekatan teori kritis mempunyai kesepakatan yang tinggi kepada tata sosial yang lebih adil. Dua perkiraan dasar yang menjadi landasan , yaitu: pertama, ilmu sosial bukan sekedar memahami ketidak adilan dalam distribusi kekuasaan dan distribusi resources, melainkan berupaya untuk membantu membuat kesamaan dan emansipasi dalam kehidupan; kedua, pendekatan teori kritis mempunyai keterikatan moral untuk mengkritik satatus quo dan membangun masyarakat yang lebih adil.
D.    Ragam Teori Kritis
Mencermati kompleksitas pemikirannya, maka urutan telah dibahas dari yang lebih terpahami.
1.      Freirian
Paulo Freire lahir di Brasilia tahun 1912. Central message Paulo Freire yakni memproblemakan realitas alam, budaya, dan sejarah hal mana rakyat terlibat langsung, sebagai antithesis dari tesis duduk kasus solving teknokrat. Problem solving-nya teknokrat merupakan teoritisasi realitas yang menjadi berjarak dengan realitas kehidupan dan menjadi tidak terpahami oleh rakyat. Tesis duduk kasus solving yang teoritik oleh teknokrat, diantitesis dengan problematizes yang menyatu dengan realitas kehidupan rakyat , dikembangkan sintesisnya berupa praxis.
2.      Research as Praxis
Research as praxis sanggup dijumpai pada beberapa penelitian menyerupai Bullogh dan Gitlin mengadakan studi masalah seorang guru SM, studi yang mendorong keberanian untuk menelaah kembali makna resistensi dan posisinya dalam teori produktivitas kultur dan ekonomik.
Dalam lingkup penelitian kebijakan telah dikenal lebih usang perihal model action research. Dilihat dari konteks praxis, model action research merupakan model penelitian yang sekaligus berpraktik dan berteori, atau membuatkan teori sekaligus melakukan dalam praktik. Action research sanggup disalin dengan nama penelitian tindakan. Adapun desain penelitian tindakan yakni berotasi antara aktivitas rutin manajerial (M), mengadakan penelitian (R), dan membuatkan teori ( D). secara berkelanjutan ketiganya itu dievaluas (E).
3.      Teori Kritis dalam Studi Sosiologi
a.      Kritik Terhadap Teori Stratifikasi
Secara rinci akan ditunjukkan banyak systems of Inequality atau sistem ketidaksamaan dalam visi positivisme modern yang harus dikritik. Kita mengenal dan mengakui perbedaan-perbedaan alami menyerupai warna kulit, rambut dan banyak lagi. Tetapi saat perbedaan tersebut digunakan sebagai dasar dan mengatakan konsekuensi peluang pendidikan, peluang kerja, mengakses jabatan, dan peluang lain perlu disikapi secara kritis.
      ·         Inequality Ekonomik Inequality Tingkat kesehatan Berdasar Ras
·         Inequality Pendapatan Berdasar Ras dan Gender
·         Inequality Pendapatan Berdasar gender dan Tingkat Pendidikan
·         Inequlity Upah Kerja
4.      Teori Kritis Habermas
Habermas termasuk pemikir kritis terhadap pemikiran Marxis ataupun Neo-Marxis. Habermas memparkan empat alasan historis mengapa konsep Marx tidak lagi relevan dengan zaman kita, yang disebut sebagai late capitalism yaitu, politik tidak lagi menjadi superstruktur, standar hidup menjadi semakin baik sehingga revolusi tidak sanggup lagi digerakkan dengan term-term ekonomi, antagonism proletar-borjuis menjadi semakin tidak valid dengan munculnya kelas menengah yang semakin besar jumlahnya.Emansipasi revolusioner Marx berdasar paradigma kerja oleh Habermas diganti dengan paradigma komunikasi. Praxis bagi Habermas yakni bagaimana suatu teori dengan maksud mudah dilaksanakan. Menurut habermas sistem kapitalis liberal yang didepolitisasi mengandalkan prosedur pasar menjadi disfungsional, sehingga dalam sistem kapitalis lanjut negara mulai mengadakan intervensi, terjadi repolitisasi.Ada dua perbedaan fundamental antara teori kritis Marx dan habrmas yaitu: pertama, pertautan teori dan praxis pada Marx menempuh jalan konflik revolusioner, sedangkan Habermas menempuh jalan consensus dan komunikasi. Kedua, aliran Marxis mengalami jalan buntu Karen “kerja” dipandang satu-satunya praxis hidup manusia, sedangkan habermas memberi pemecahan, bahwa proses rasionalisasi sanggup dibedakan pada bidang kerja dan pada bidang komunikasi, yang masing-masing mempunyai tujuan dan karakteristik yang berbeda.
5.      Teori Kritis di Bidang hukum
Teori kritis di bidang aturan sangat relevan digunakan untuk mengkritik praktik aturan di Indonesia. Banyak terjadi keanehan-keanehan dalam yurisprudensi liberal di Indonesia kini ini, yang oleh para pemimpin berhati nurani tinggi menyebutnya sebagai tidak sesuai dengan rasa keadilan masyarakat. Praktik aturan liberal di banyak negara kini ini sudah meninggalkan filsafat keadilan, baik oleh para yurisnya, para penuntut keadilannya, dan malahan telah digunakan secara semena-mena oleh banyak pihak.



Sumber http://adnantandzil.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "✔ Teori Kritis"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel