“Part-Time Student, Full-Time Traveler”: Akhir Fotokopian Artikel Harriet Martineau
Kalau nggak salah di ahad ketiga kelas Sosiologi Klasik, Professor Lars tiba sambil membawa fotokopian materi sebagai materi bacaan mahasiswa untuk sisa beberapa pertemuan ke depan. Diantara fotokopian itu, ada goresan pena Harriet Martineau, yang saya ingat yakni salah seorang sosiolog perempuan yang hidup pada masa 19. Ia pernah menerjemahkan karya bapak sosiologi Auguste Comte yang berjilid-jilid itu berjudul “Cours de Philosophie Positive”, dari bahasa Perancis ke bahasa Inggris. Tulisan Martineau pada fotokopian itu berjudul “Society in America”.
Bagi mereka yang sudah pernah baca buku itu, atau minimal fotokopiannya, boleh saja menganggap Martineau sebagai seorang liberal. Karena disitu, ia mengekspresikan gagasan-gagasannya mengenai kebebasan lewat dongeng ala penulis perjalanan yang melihat contoh pikir dan sikap orang-orang absurd yang ditemuinya. Kebetulan di Amerika, konstitusinya menyampaikan kesamaan hak dan perlakukan setara terhadap setiap orang yang harus dijunjung tinggi. Tidak peduli kelas sosial dan gender, semua insan setara nilainya. Namun menyerupai yang terjadi di kebanyakan negara, realita tidak pernah menampakkan wajahnya menyerupai yang diidealkan hukum. Diskriminasi tetap eksis dimana-mana. Dengan mempelajari dokumen resmi pemerintah, kemudian melihat dengan mata kepala apa yang terjadi di sekitar, Mantineau bisa menceritakan hampir semua kesenjangan sosial yang terjadi di Amerika. Buku itu ditulis dalam rangka kunjungannya selama dua tahun di Amerika, bukan sebagai mahasiswa atau turis, tapi sebagai traveler.
Beberapa hari lalu, seorang alumni dari sebuah universitas ternama di Skandinavia membeberkan sebuah belakang layar padaku. Ini bukan belakang layar serius yang harus dijaga, tapi pendapat iseng yang menurutku perlu untuk diposting di sini. Katanya, kuliah di Skandinavia menyerupai menjadi “Part-time Student dan Full-time Traveler”. Tidak terlalu padat tugas, tapi banyak, tapi banyak pula waktu untuk mengerjakan. Musuh paling utama hanyalah melepaskan diri dari kebiasaan ngerjain kiprah mepet deadline.
Di bulan kedua keberadaanku di tanah Viking ini, tak ada yang membuatku ingin tau selain menunjukan anggapan itu. Minggu ini yakni waktunya. Dua ahad yang lalu, pengabdian telah saya berikan pada dua paper yang harus kuselesaikan: Ringkasan disertasi Ph.D Emile Durkheim dan Study Plan. Minggu ini sama sekali tidak ada jadwal kelas, dan bulan depan, deadline kiprah terakhir. Di sela-sela deadline itu, saya teringat Martineau. Sepertinya ia membisik padaku, menyuruhku untuk mulai mempelajari “das sollen / apa yang seharusnya” agar mengerti apa yang dilakukan masyarakat di sini, kemudian membenturkannya dengan “das sein / kenyataan” atas apa yang benar-benar terjadi. Dokumen dan observasi menjadi metode perpaduan untuk mempraktikkan secuil dari apa yang pernah dilakukan Martineau. Sebagai mahasiswa yang seharusnya menjadi mahasiswa, saya akan berjalan sambil menggendong tas carrier di punggung untuk mengamati orang-orang di sini. Tapi sepertinya tidak hanya dalam batas teritori negara ini, melainkan lintas negara di sekitaran maritim Baltik.
Hari Selasa, 20 Oktober, kapal cruise Rusia Princess Anastacia akan membawaku mengarung maritim Baltik sambil mampir ke tiga kota; Tallin, Helsinki, dan St. Petersburg. Perjalanan akan berlangsung total selama empat hari. Aku berniat melaksanakan perjalanan dalam rangka mempelajari adab dan sikap orang-orang. Semoga menerima dongeng wacana kehidupan sosial meski hanya sekilas. Martineau, maukah jadi tour guide-ku?
Stockholm, 19 Oktober 2015
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "“Part-Time Student, Full-Time Traveler”: Akhir Fotokopian Artikel Harriet Martineau"
Posting Komentar