Sporozoa (Plasmodium)
Sporozoa merupakan golongan Protista yang ibarat jamur lantaran Sporozoa sanggup membentuk spora yang sanggup menginfeksi inangnya. Sporozoa tidak mempunyai alat gerak khusus, sehingga gerakannya dilakukan dengan mengubah-ubah kedudukan tubuhnya.
Sporozoa hidup secara benalu pada binatang maupun insan dan mengambil masakan dengan menyerap dari badan inangnya. Respirasi dan ekskresi terjadi secara difusi (perpindahan suatu zat dalam pelarut dari penggalan berkonsentrasi tinggi ke penggalan yang berkonsentrasi rendah).
Sporozoa mempunyai badan berbentuk bundar panjang. Ukuran tubuhnya hanya beberapa mikron, tapi di dalam usus insan atau binatang sanggup mencapai 10 mm. Tubuh dari kumpulan tropozoit (Sporozoa pada tahap aktif dalam siklus hidupnya dan telah sanggup mencerna makanan) berbentuk memanjang dan di penggalan anterior (depan) kadang kala terdapat kait pengisap atau filamen sederhana untuk melekatkan diri pada inang.
Reproduksi secara asecual dengan skizogoni yaitu pembelahan diri yang berlangsung di dalam badan inang tetap dan sporogoni, yaitu pembentukan spora yang berlangsung pada inang mediator (hospes intermediet).
Reproduksi secara secual melalui persatuan gamet (mikrogamet = gamet jantan dan makrogamet = gamet betina) yang berlangsung di dalam badan nyamuk. Salah satu pola Sporozoa yaitu Plasmodium.
Siklus Hidup Plasmodium Dalam Tubuh Inang
Siklus hidup Plasmodium di dalam badan inang berhasil diungkapkan oleh Charles Laverans dan Grassi, yaitu sebagai berikut :
Bila seekor nyamuk Anopheles betina mengisap darah, dikeluarkanlah zat anti pembekuan darah, dikeluarkanlah zat anti pembekuan darah untuk menjaga semoga darah korban tidak membeku. Zat ini disebut zat antikoagulan.
Bersamaan dengan zat antikoagulan tersebut keluarlah sporozoit-sporozoit dari lisan nyamuk dan masuk ke dalam luka gigitan di badan korban. Sporozoit kemudian bersembunyi di dalam sel-sel parenkim (jaringan dasar) hati. Keadaan ini disebut fase eksoeritrositer.
Setelah tiga hari, sporozoit keluar dari hati kemudian menyerang sel-sel darah merah dan memasukinya. Fase ini disebut fase eritrositer. Sporozoit di dalam sel darah merah disebut tropozoit. Dari satu tropozoit akan membelah-belah (skizogoni) menjadi enam hingga tiga puluh enam merozoit, tergantung pada macam spesiesnya.
Setelah sel-sel darah merah pecah, merozoit keluar dan mencari sel-sel darah merah yang baru. Peristiwa ini terus berulang beberapa kali. Dalam sepuluh hari, di dalam badan korbannya sudah banyak terdapat merozoit.
Bersama dengan pecahnya sel-sel darah merah itu penderita merasa demam (panas-dingin). Demam ini tergantung pada macam spesies Plasmodium yang menginfeksinya. Setelah beberapa waktu mengalami skizogoni, beberapa merozoit bermetamorfosis gametositosit, yaitu persiapan untuk menjadi gamet jantan dan gamet betina. Hal ini disebut gamogoni yang berlangsung di dalam badan manusia.
Jika ketika itu darah insan ini dihisap oleh nyamuk Anopheles betina, maka di dalam badan nyamuk, gametosit akan bermetamorfosis gamet jantan (mikrogamet) dan gamet betina (makrogamet). Dua gamet ini kemudian melebur menjadi satu membentuk zigot (berlangsung di dalam badan nyamuk). Zigot ini akan menjadi ookinet, bentuknya mirip cacing dan menerobos dinding usus atau perut nyamuk dan mengisap masakan dari badan nyamuk.
Ookinet kemudian membesar menjadi bundar disebut oosista. Dari satu oosista ini akan dihasilkan beribu-ibu sporozoit dengan cara sporogoni. Dari tahap ini kemudian sporozoit akan hingga pada kelenjar liur nyamuk untuk ditularkan lagi.
Jenis- Jenis Plasmodium
a. Plasmodium falciparum, masa sporulasinya (proses menjadi spora) tidak terang antara 1 – 3 x 24 jam, penyebab penyakit malaria tropika.
b. Plasmodium vivax, masa sporulasinya setiap 2 x 24 jam, penyebab penyakit malaria tertiana.
c. Plasmodium malariae, masa sporulasinya setiap 3 x 24 jam, penyebab penyakit malaria kuartana.
d. Plasmodium ovale, masa sporulasinya setiap 48 jam, penyebab penyakit limpa. Plasmodium jenis ini tidak terdapat di Indonesia.
Pemberantasan penyakit malaria sanggup dilakukan dengan tiga cara berikut ini :
1. Memotong siklus hidup Plasmodium, yaitu mencegah adanya genangan-genangan air atau air yang tidak mengalir. Dengan cara itu, larva nyamuk tidak mendapat kawasan untuk berkembang menjadi remaja dan menularkan Plasmodium.
2. Memberantas vektor (pembawa penyakit) secara kimia, yaitu dengan memakai insektisida maupun secara alami, yaitu memakai predatornya.
3. Memberantas penyakit malaria pada penderita (manusia) dengan santunan atebrin dan klorokuin. Pengobatan tradisional biasa memakai kinine (kina).
Keterangan :
- Atebrin yaitu nama dagang dari Mepakrin atau Kuinakrin HCl. Kuinakrin sudah jarang dipakai lantaran tersedia obat yang lebih aktif dengan toksisitas lebih rendah. Namun, kuinakrin masih dipakai untuk mengatasi nanah Giardia lamblia (Protozoa benalu Flagellata yang bereproduksi di usus halus dan menyebabkan penyakit giardiasis) yang berat.
- Klorokuin yaitu nama obat untuk mencegah dan mengobati penyakit malaria. Namun, riset mengatakan klorokuin menyebabkan terjadinya resistensi Plasmodium jenis tertentu, sehingga efektifitasnya semakin berkurang. Klorokuin tidak efektif untuk membasmi Plasmodium falciparum.
Para jago yang banyak mempunyai andil dalam pemberantasan malaria, yaitu :
1. Alphonso Laverans, seorang sarjana Perancis yang menemukan bahwa malaria disebabkan oleh Plasmodium.
2. Sir Patrick Maussen, seorang sarjana Inggris yang menemukan bahwa nyamuk Anopheles yaitu vektor dalam penularan malaria.
3. Ronald Ross dan Baptista Grazili, seorang sarjana Inggris dan Italia yang menemukan bahwa nyamuk Anopheles betina saja yang sanggup menjadi perantara.
Sumber http://ratukemalalaura.blogspot.com
0 Response to "Sporozoa (Plasmodium)"
Posting Komentar