-->

iklan banner

Belajar Menulis: Dimulai Dari Paragraf Pertama

Sebenernya saya sudah usang menulis, tapi menulis hal-hal yang gak penting, terutama di facebook. Sudah usang pula saya ingin mencar ilmu menulis, menulis sebuah kisah yang sanggup menghibur, entah itu berupa kisah pendek atau berupa novel. Beberapa kisah pendek pernah saya tulis, yang judul dan ceritanya saya sendiri sudah lupa, sebagian saya pos di blog sebelah, sebagian akut tulis di facebook. Dan sebagian lagi saya ikutkan lomba-lomba. Dari lomba-lomba yang pernah saya ikuti, saya pernah juara tiga lomba menulis cerpen tingkat tiga kabupaten untuk anak sekolah menengah umum, itu jaman dulu. Sekarang kreativitas dan produktivitasku mulai menurun bahkan diambang batas nol.

Nah disini saya akan mulai menulis lagi, mungkin dimulai dari kisah pendek atau kisah bersambung. Setiap kisah diawali dengan sebuah paragraf. Untuk itu saya ingin membahas perihal paragraf, jelasnya bagaimana menulis paragraf pertama menyerupai penulis atau cerpenis dunia. 

Menulis paragraf pertama mungkin bukan masalah yang sulit, tapi yang sulit ialah bagaimana menciptakan paragraf pertama yang kita tulis tersebut menjadi menarik, dan menciptakan pembaca ingin tau ingin membaca paragraf-paragraf selanjutnya.

Untuk mencar ilmu menulis paragraf pertama, kita sanggup mulai dengan mencoba memunculkan satu masalah, dimana kasus tersebut harus diselesaikan oleh karakter. Biasanya model pembukaan paragraf menyerupai ini disukai banyak penulis. Karena pembaca atau bahkan insan pada umumnya biasanya suka atau tertarik pada kasus – khususnya yang terjadi pada orang lain. Disini kita sanggup lihat misalnya pada cerpen The Gift Of The Magi (1906) karya O. Henry.
Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen. Cuma itu. Bahkan, enam puluh sen dari jumlah itu terdiri dari uang receh bernilai satu sen-an, hasil simpanannya selama ini—yang didapatnya dengan cara mendesak tukang sayur, tukang daging dan penjaga toko kelontong semoga sudi menjual dagangan mereka kepadanya dengan harga termurah. Proses tawar-menawar itu tidak jarang membuatnya malu, sampai pipinya memerah, sebagaimana semua orang niscaya mencicipi hal yang sama kalau mereka ada di posisinya. Tiga kali sudah Della mempermalukan diri. Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen. Lebih sial lagi, besok ialah Hari Natal.
Contoh pembukaan diatas lansung mengetengahkan pokok kasus yang harus diselesaikan oleh abjad (Della) :
Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen. Cuma itu…
…… besok ialah Hari Natal.
Emosi pembaca terhubung dengan kisah lantaran mengangkat kasus yang familar. Di Indonesia, sebagian besar kita mengalaminya –minimal- sekali setahun (cukup mengganti Natal dengan Lebaran).
Untuk menonjolkan masalah, O. Henry mendramatisir latar belakang abjad yang hidup pas-pas-an.
Lewat detail; Uang receh. Mendesak pedagang untuk menyampaikan harga termurah. …membuatnya  malu sampai pipinya merah…. O. Henry memperlihatkan beban hidup keseharian karakternya. Informasi ini dengan sendirinya meningkatkan intensitas masalah.

Bila sebelumnya kita membahas mengenai bagaimana memunculkan satu masalah, dimana kasus tersebut harus diselesaikan oleh karakter, sebagai salah satu pilihan dalam menciptakan atau menulis paragraf pertama, maka pilihan berikutnya untuk menciptakan paragraf pertama kita sanggup mulai eksklusif dengan aksi. Jenis paragraf pertama ini tidak bertele-tele lantaran lansung melompat ke tengah cerita, dimana tanpa ada latar belakang, lantaran sebuah kejadian memotong semua latar belakang yang biasanya hadir dalam draft awal, disini saatnya agresi abjad mengambil alih cerita.

Contohnya cerpen The Man Who Shouted Teresa karya penulis Italia, Italo Calvino.
Aku menjauh dari trotoar, berjalan mundur beberapa langkah dengan wajah tengadah, kemudian dari tengah jalan, seraya mengatupkan kedua tangan semoga membentuk corong di sekitar mulut, saya berteriak sekeras-kerasnya: “Teresa!”
Teknik membuka cerpen dengan agresi mengacu ketat pada prinsip show don’t tell  (tunjukkan, jangan katakan).

Lihat bagaimana Italo Calvino menunjukkan agresi tokoh ‘Aku’ lewat rincian; Menjauh, berjalan mundur, wajah tengadah, mengatupkan tangan
Menunjukkan menciptakan adegan lebih hidup. ketimbang hanya mengatakanaku berdiri di trotoar dan berteriak memanggil Teresa’.


Sebenarnya masih banyak cara untuk memulai menulis, terutama menulis paragraf pertama, apalagi kalau kita mencari lewat google. Disitu akan muncul banyak blog yang menyampaikan tips dan trik atau cara-cara menulis paragraf pertama atau cara menulis yang baik, atau mencar ilmu menulis dan lain-lain. 

Intinya dalam menciptakan paragraf pertama, kita harus sanggup menarik pembaca untuk melanjutkan membaca paragraf-paragraf selanjutnya.

Terus bagamana caranya menciptakan pembaca tertarik?
Karena kini jamannya jaman korupsi, dan di negara Indonesia tercinta kita ini populer dengan korupsinya, maka cara satu-satunya untuk menarik pembaca ialah dengan cara menyuap. 

Dengan apa kita menyuap pembaca?
Kita menyuap pembaca dengan rasa keingin tauannya, bangkitkan rasa ingin tahu pembaca dengan melemparkan pertanyaan dibenaknya, semoga pembaca meneruskan bacaannya. 

Bagaimana caranya kita menyuap pembaca?
Ada beberapa cara untuk menyuap pembaca, semoga pembaca tertarik untuk melanjutkan bacaannya keparagraf selanjutnya, diantaranya sebagai berikut:

1. Membuka dengan kasus yang harus diselesaikan oleh karakter
Pembaca ingin tahu bagaimana abjad menuntaskan kasus ? Perubahan apa yang terjadi pada diri abjad sehabis melewati kasus ? (resolusi).

2. Membuka dengan agresi (insiden)
Apa maksud abjad melaksanakan agresi (insiden) ?

3. Membuka dengan garis besar cerita… TAPI menahan informasi penting mengenai motif; kenapa abjad melaksanakan sesuatu?

4. Membuka dengan menunjukan ancaman (ketegangan)
Apakah abjad berhasil melewati ancaman ? Apa  yang akan terjadi dengannya ?

5. Membuka dengan menampilkan lokasi cerita
Mengapa daerah tersebut istimewa ? Apa hubungan lokasi kisah dengan karakter…dan tema kisah secara keseluruhan?

Ada alasan mengapa kelima pembukaan cerpen diatas lansung memperkenalkan karakternya. Penulisnya tahu sifat dasar manusia. Setelah semua, insan paling tertarik dengan sesamanya. Itu sebabnya kehadiran karakter, atau nama orang, lansung menarik perhatian pembaca.

Sumber http://makalahdanskripsi.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Belajar Menulis: Dimulai Dari Paragraf Pertama"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel