Kata Kata Bijak Iv – Mencar Ilmu Dari Petani Kurma
Belajar dari Petani Kurma
“Lakukan apa yang bisa kau amalkan. Sesungguhnya Allah tidak jemu sehingga kau sendiri jemu”
(HR Bukhari)
Petani Timur Tengah menanam biji kurma ke dalam lubang pasir, kemudian ditutup dengan batu. Mengapa biji itu harus ditutup batu? Ternyata watu itu akan memaksa pohon kurma berjuang untuk tumbuh ke atas. Karena pertumbuhan batang mengalami hambatan, pertumbuhan akar ke dalam tanah menjadi maksimal.
Setelah akarnya kuat, barulah biji pohon kurma itu bertumbuh ke atas, bahkan bisa menggulingkan watu yang menekan di atasnya.
Ditekan dari atas, supaya bisa, mengakar berpengaruh ke bawah. Bukankah hidup itu prinsip kehidupan yang luar biasa?
Sekarang kita tahu mengapa Allah SWT kerap mengizinkan tekanan hidup datang. Bukan untuk melemahkan dan menghancurkan kita, sebaiknya Allah SWT mengizinkan tekanan hidup itu untuk menciptakan kita berakar semakin kuat
Tidak sekedar bertahan, tetapi ada waktunya benih yang sudah beraka itu akan menjebol “batu masalah” yang selama ini menekan. Kita pun keluar menjadi pemenang kehidupan.
Allah mendesain kita ibarat pohon kurma, lantaran itu, jadilah tangguh, kuat, dan tegar menghadapi beratnya kehidupan. Milikilah cara pandang positif bahwa tekanan hidup tidak akan pernah bisa melemahkan, justru tekanan hidup akan memunculkan kita menjadi para pemenang kehidupan.
Hikmah
Allah SWT kerap memperlihatkan ujian dalam bentuk tekanan hidup. Bukan untuk melemahkan dan menghancurkan manusia, sebaiknya Allah mengakibatkan tekanan dalam kehidupan kita yakni semata mata untuk menciptakan kita berakar semakin kuat
Rumah dan sekolah yakni Kuncinya
“Tiada lurus keyakinan seseorang hamba sehingga lurus hatiny, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus hatinya”
(HR Ahmad)
Mengapa di jalan raya banyak motor dan kendaraan beroda empat selaing menyalip satu sama lain?
Sejak kecil ketika dirumah dan di sekolah, mereka di didik untuk menjadi lebih cSejak kecil ketika dirumah dan di sekolah, mereka di didik untuk menjadi lebih cepat, bukan menjadi yang lebih sabar. Mereka di didik untuk menjadi yang terdepan, bukan yang sopan.
Mengapa pengendara motor di jalan lebih suka menambah kecepatannya ketika ada orang yang ingin menyebrang jalan, bukan malah mengurangi kecepatanya?
Sejak kecil dirumah dan disekolah, anak kita setiap hari diburu dengan waktu, dibentak untuk lebih cepat dan gesit, bukan dilatih untuk mengatur waktu dengan sebaik baiknya dan dibentuk lebih sabar dan peduli.
Mengapa hampir setiap instansi pemerintah dan swasta banya para pekerja yang suka korupsi?
Sejak kecil dirumah dan di sekolah, anak anak di didik untuk berpenghasilan tinggi dan hidup dengan kemewahan, mulai dari pakaian hingga perlengkapan. Anak anak bukan di ajari untuk hidup lebih sederhana, ikhlas, dan besar hati akan kesederhanaan.
Mengapa disetiap instansi sipil hingga petugas penegak aturan banyak yang terjadi kolusi, manipulasi proyek, dan anggaran uang rakyat?
Sejak kecil dirumah dan disekolah, mereka dididik untuk menjadi lebih pintar, bukan menjadi lebih jujur dan besar hati pada kejujuran.
Mengapa hampir disetiap daerah kita mendapati orang yang gampang sekali murka dan merasa dirinya paling benar?
Sejak kecil dirumah dan disekolah, mereka sering dimarahi oleh orang bau tanah dan guru mereka, bukan malah diberi pengertian dan kasih sayang.
Mengapa hampir disetiap sudut kota, kita temukan orang orang yang tidak lagi peduli pada lingkungan atau orang lain?
Sejak kecil dirumah dan disekolah, mereka dididik untuk saling berlomba untuk menjadi juara, bukan saling tolong menolong untuk membantu yang lemah.
Mengapa di hampir setiap kesempatan termasuk di medsos ini juga, selalu saja ada orang yang mengkritik tanpa mau melaksanakan koreksi diri sebelumnya?
sejak kecil dirumah dan disekolah, anak anak biasa dikritik, bukan didengarkan segala keluhan dan masalahnya
mengapa hampir disetiap kesempatan kita sering melihat orang mengotot dan merasa paling benar sendiri?
Dulu semenjak kecil kecil dirumah dan disekolah, mereka sering melihat orang bau tanah atau guru mereka mengotot dan merasa paling benar sendiri.
Mengapa hampir disetiap lampu merah dan rumah ibadah, kita banyak menemukan pengemis?
Sejak kecil di rumah dan disekolah, mereka selalu diberi tahu wacana kelemahan dan kekurangan mereka dan bukan di ajari untuk mengenal kelebihan kelebihan dan kekuatan kekuatan mereka.
Jadi, sebenarnya potret dunia dan kehidupan yang terjadi ketika ini yakni hasil dari ciptaan kita sendiri dirumah dan ‘berkolaborasi” dengan dunia pendidikan disekolah.
Jika kita ingin mengubah potret ini menjadi lebih baik, mulailah mengubah cara mendidik anak anak kita dirumah dan disekolah.
Keduanya yakni daerah khusus yang dirancang bagi anak untuk berguru menjadi insan yang berilmu sehat dan berbudi luhur.
Mari kita berguru terus dan terus berguru untuk menjadi orang bau tanah dan guru yang lebih baik semoga potret negeri ini bisa bermetamorfosis lebih baik mulai dari kita, keluarga kita, dan sekolah kita sendiri.
Hikmah
Lembaga pendidikan hanya sebuah sarana, dan sekolah hanya sekedar daerah singgah anak untuk menjalani persiapan menuju jenjang pendidikan berikutnya. Namun, sangat disayangkan, sebagian forum pendidikan ternyata lebih banyak mewarnai sikap dan watak jelek anak. Oleh lantaran itu, sukses dunia alam abadi harus menjadi materi pertimbangan yang utama, dan orang bau tanah harus pandai pandai menentukan forum pendidikan yang sejalan dengan syari’at islam.
Anakku Disaat Aku Tua
“Keridhaan Allah bergantung kepada keridhaan kedua orang bau tanah dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua”
(HR al-Hakim)
Di ketika saya tua
Aku bukan diriku yang dulu lagi
Maklumilah dan bersabarlah
Dalam menghadapi diriku
Disaat saya menumpahkan sayuran dibajumu
Dan saya tidak lagi mengingat cara menutupi bajuku,
Jangan memarahiku
Ingatlah, ketika bagaimana aku
Mengajarimu dan membimbungmu melaksanakan hal itu
Disaat saya dengan pikunnya
Mengulang terus, ucapan yang membosankanmu
Dengarkanlah, jangan memotong ucapanku
Di masa kecilmu,
Aku harus terus mengulang semua cerita
Yang saya bacakan untukmu.
Disaat saya membutuhkanmu untuk memandikanku
Jangan menyalahkanku
Ingatlah dimasa kecilmu,
Aku dengan banyak sekali cara membujukmu
Untuk mandi, makan, dan minum.
Disaat kedua kakiku terlalu lemah untuk berjalan,
Ulurkan tanganku untuk memapahku.
Ingatlah dimasa kecilmu, saya menuntunmu
Melangkahkan kakimu untuk berjalan
Disaat saya kebingungan
Menghadapi hal hal baru
Dan tekonologi modern,
Janganlah menertawakanku.
Renungkanlah bagaimana aku
Dengan sabarnya
Menjawab semua pertanyaan
Yang kau olok-olokan padaku
Disaat engkau melihat saya menua, maklumilah
Dukunglah saya sebagaimana saya mendukungmu
Sewaktu engkau berguru wacana kehidupan ini.
Dulu, saya menuntutmu untuk menggapai jalan
Kehidupan ini,
Kini, kenalilah aku
Hingga final jalan hidupku
Berikanlah saya cinta kasih dan kesabaranmu
Aku menerimanya dengan penuh syukur
Dalam senyumku. Terutama kasihku yang tak terhingga kepadamu
Aku harap engkau menghargaiku
Dan mendoakanku
Ibumu
Hikmah
- Kedua orang bau tanah secara fitrah akan terdorong untuk mengayomi anak anaknya; mengorbankan segala hal, termasuk diri sendiri. Anak anak mengisap seluruh potensi, kesehatan, tenaga dan perhatian dari kedua orang bau tanah hingga beliau menjadi oran gtua yang lemah, bila memang diberi usi ayng panjang. Meskipun demikian, keduanya tetap merasa bahagia
- Adapun anak anak, secepatnya mereka melupakan ini semua, dan terdorong oleh kiprah mereka ke arah depan. Orang bau tanah tidak butuh nasihat untuk berbuat baik kepada anak anak. Orang perlu di gugah emosinya dengan berpengaruh yakni anak anak semoga mereka mengingat kewajiban mereka terhadap generasi yang telah dihabiskan seluruh madunya hingga kering kerontang (oran tua) oelh mereka (anak anak). Dari sinilah, muncul perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang bau tanah dengan perintah yang tegas, sesudah perintah yang tegas untuk menyembah Allah.
0 Response to "Kata Kata Bijak Iv – Mencar Ilmu Dari Petani Kurma "
Posting Komentar